Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image FUJI SEPTIANI TAUFIK

Lautan Menjadi Tempat Sampah, Siapa yang Harus Disalahkan?

Info Terkini | Monday, 19 Dec 2022, 19:13 WIB

Manusia merupakan penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Setiap hari manusia menggunakan berbagai macam produk dengan berbahan dasar plastik. Kebutuhan manusia tidak terlepas dengan penggunaan sampah plastik. Sampah plastik merupakan masalah yang paling serius saat ini, akan tetapi masih banyak orang yang mengabaikannya seperti tidak terjadi apa-apa dengan bumi ini

Penggunaan sampah plastik dari setiap satu individu dalam satu hari sudah sangat banyak. Bayangkan saja jika satu individu di pagi hari mandi lalu menghasilkan sampah dari bungkus sampo, pembalut, plastik pembungkus rambut atau yang lainnya. Tidak hanya itu, jika di siang hari individu tersebut membeli minuman dengan botol plastik dan sedotan plastik. Setiap harinya satu individu menghasilkan lebih dari satu sampah plastik. Belum lagi dari sore sampai malam, masih banyak sampah plastik yang dihasilkan

Sampah plastik tidak hanya berasal dari sedotan atau kantong plastik saja. Sampah plastik dapat dihasilkan dari penggunaan botol air mineral yang sekali pakai. Tidak hanya itu, sampah plastik yang biasanya digunakan untuk memanaskan makanan di dalam microwave juga sulit di daur ulang di alam. Alam mampu mendaur ulang sampah plastik jutaan tahun, sedangkan setiap harinya sampah plastik terus bertambah.

Sampah plastik tidak hanya yang terlihat secara makro saja oleh mata, tetapi terdapat mikroplastik juga yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia atau untuk lingkungan. Selain sampah plastik, banyak sampah yang tersebar di lautan. Seperti halnya gambar yang ada di atas. Banyak sampah seperti perabotan, barang bekas, tali tambang, kayu, ataupun yang lainnya. Air laut yang biru berubah menjadi sangat tercemar dengan adanya sampah yang berserakan di lautan.

Sampah plastik yang dihasilkan oleh satu individu jika dikalkulasikan di Indonesia sangatlah banyak. Berdasarkan tabel pada gambar 1 mengenai estimasi jumlah sampah plastik yang lepas ke lautan setiap tahunnya, Indonesia berada pada urutan kedua dengan negara sebagai penghasil sampah plastik yang dilepas ke lautan. Jumlah populasi sekitar 200 juta dan estimasi jumlah sampah plastik yang dihasilkan sebanyak 1,5 ton/tahunnya. Hal ini harus menjadi perhatian dan harus segera dikendalikan supaya Indonesia bisa mengurangi penggunaan sampah plastik

Berdasarkan tabel di atas, negara dengan estimasi jumlah sampah plastik terbanyak di lautan adalah Cina. Cina memperoleh peringkat pertama dengan jumlah populasinya 250 juta dan jumlah sampah plastik yang dihasilkan yaitu 3,5 ton/tahun. Jumlah sampah plastik yang dihasilkan lebih banyak daripada jumlah populasinya. Hal ini terjadi karena satu individu dapat menghasilkan lebih dari satu sampah plastik dalam satu harinya.

Berbeda halnya dengan negara India. Berdasarkan tabel di atas negara India masuk ke dalam peringkat terakhir dari negara penghasil sampah plastik yang dibuang ke lautan. Populasi di India mencapai sekitar 200 juta dan jumlah sampah plastik yang lepas ke lautan yaitu di bawah 0,5 ton/tahun. Jumlah penduduk India lebih banyak bahkan hampir sama dengan Indonesia tetapi jumlah sampah plastik yang dilepas ke laut lebih banyak Indonesia daripada India.

Sampah plastik yang dilepas kelautan sangatlah mengganggu habitat hewan ataupun makhluk hidup yang ada di lautan. Selain itu, laut menjadi tercemar dan mengurangi keindahan laut. Dengan banyaknya sampah plastik yang dibuang ke laut banyak hewan laut memakan sampah plastik. Bahkan terdapat kasus yaitu paus biru terdampar di pantai dengan dipenuhi sampah plastik di luar dan di dalam tubuhnya. Selain itu juga banyak hewan laut yang terjerat di antara tumpukan sampah plastik.

Sampah plastik sudah menjadi masalah yang besar. Jika terus dibiarkan kemungkinan akan terjadi pengurangan populasi hewan yang ada di laut karena mati atau tercemar sampah plastik yang makro maupun mikro. Selain itu bencana terbesarnya jika rusaknya ekosistem laut yang akan mengakibatkan punahnya hewan maupun biota lain yang ada di dalam laut. Laut Indonesia sangat indah dan kaya, jangan sampai kaya akan sampah plastik di lautnya

Sampah plastik yang terus menerus bertambah setiap harinya perlu menjadi perhatian oleh setiap individu. Setiap individu ada baiknya untuk sadar tidak menggunakan bahan dengan berbahan dasar plastik. Setidaknya bisa mengurangi penggunaan sampah plastik, karena jika tidak menggunakan akan sulit. Hal ini perlu mencari alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti plastik.

Upaya untuk mengurangi sampah plastik dapat dilakukan mulai dari diri sendiri. Seperti menggunakan botol minum/tumbler yang dapat digunakan berkali-kali. Penggunaan sedotan dari bahan stainless, penggunaan kantong belanja setiap akan melakukan belanja maupun hal lainnya yang dapat diterapkan oleh diri sendiri. Jika itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka dapat ditularkan ke orang terdekat lalu ke masyarakat. Sehingga dalam menjaga lingkungan dapat dilakukan secara bersama-sama. Karena lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, jika hanya satu orang saja yang peduli maka sama saja lingkungan tidak akan berubah menjadi yang lebih baik bahkan akan semakin buruk.

Lingkungan tercemar, banyak sampah di lautan hingga habitat hewan laut terancam. Lantas jika sudah seperti ini pihak mana yang harus disalahkan. Pemerintah? Kementerian Lingkungan hidup? Yang pastinya yang salah dalam hal ini yaitu manusia yang terlibat di dalamnya. Setiap individu yang ada di bumi ikut bertanggung jawab atas kerusakan yang ada di alam. Semua manusia harus bersama-sama dalam menjaga alam. Jika kita memberi hal positif terhadap alam maka alam juga akan memberi yang terbaik untuk manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image