Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hulwatul Aisy Alfani

Pengaruh Internet Terhadap Anak dan Remaja

Teknologi | Sunday, 18 Dec 2022, 22:09 WIB
ilustrasi: anak bermain gadget (https://www.itworks.id/wp-content/uploads/2018/07/kids-social-media.jpeg)

Bagi remaja, media sosial menjadi sebuah wadah yang menarik karena dapat menjadi sarana akumulasi penguatan identias terkait dengan relasi dengan teman-temannya. Apabila ada anak yang tidak menggunakan media sosial yang serupa dengan temannya, maka anak tersebut akan dianggap tidak update dan tertinggal informasi. Hal ini yang menjadikan anak menjadi tereksklusi dari lingkar sosial. Media sosial juga mempunyai batasan usia untuk penggunanya, yaitu paling tidak berusia 13 tahun. Namun, media sosial tentu saja tidak memiliki sistem yang dapat mendeteksi secara valid untuk menghindarkan anak usia dibawah 13 tahun memalsukan identitasnya.

Saat ini anak-anak maupun remaja telah dijajah oleh internet. Penggunaan internet yang semakin mudah digunakan menjadikan mereka semakin tidak mengenal waktu yang mungkin bisa digunakan untuk hal yang positif. Fitur-fitur yang ada diinternet tidak mengenal usia, jenis kelamin maupun pekerjaan. Laki laki dan perempuan sama-sama terjebak diantara internet dan medial sosia. Laki-laki saat ini terjebak pada nuansa dunia game, bahkan banyak diantara mereka yang tidak mengenal waktu dalam memainkan video game. Tidak mengenal rasa lapar dan lupa akan kehidupan sehari-hari. Bermain video game yang dilakukan dari pagi sampai pagi sangat berpengaruh buruk bagi mental dan kesehatan mereka. Bergadang dan telat makan menjadi makanan mereka sehari-hari yang mengakibatkan banyaknya kejadian anemia dan magh ada saat ini. Bermain video game pun dapat menyebabkan pembelajaran mereka terganggu. Sepulang dari sekolah, bukannya mengerjakan pekerjaan rumah melainkan menghidupkan gadget dan langsung bermain game. Didukung dengan pengawasan orang tua yang kurang, mengakibatkan mereka semakin menjadi-jadi dalam memainkan video game.

Sama dengan anak-anak perempuan, mereka terobsesi dengan media sosial seperti Instagram, facebook, dan tiktok. Banyak dari mereka sampai lupa dengan kewajiban untuk menutup aurat demi viral dimedia sosial. Seperti yang ada disekitar, anak-anak hanya bergulat di depan gadget mereka sepanjang hari. Yang menjadikan mereka budak gadget dan budak media sosial. Media sosial kerap kali menayangkan iklan yang tidak cocok untuk anak-anak, seperti iklan pada game yang menampilkan unsur kekerasan dan pornografi. Oleh karena itu, jika ada anak usia dibawah 13 tahun yang sudah mengakses media sosial akan menimbulkan dampak negatif. Mereka yang tidak sengaja melihat tayangan iklan, berita, maupun film yang mengandung unsur negatif maka akan berdampak pada psikologis anak.

Menurut pengamatan penulis, dimedia sosial anak-anak sering dijadikan bahan untuk membuat konten dan diperlakukan secara tidak sesuai dengan umurnya. Mulai dari berias dan bergaya selayaknya orang dewasa hingga menampilkan tarian-tarian yang tidak sesuai dengan usia mereka. Banyak orang tua yang memberikan gadget kepada anaknya agar anaknya bisa diam dan tidak menangis. Mengingat dimedia sosial terdapat konten yang juga dapat membahayakan anak, seperti meniru orang tua yang merokok dan meminum minuman keras

Keluarga, terutama orang tua memiliki peran penting dalam pengawasan perkembangan anak, terutama di period computerized ini, di mana web sangat mudah diakses oleh setiap orang dengan gawai atau contraption mereka. Para orang tua harus mengetahui bahwa bukan gawai lah yang harus diproteksi, melainkan menyiapkan anak-anak kita dalam menyikapi time advanced. Pada dasarnya masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, kognitif, dan kematangan emosional. Remaja kini memanfaatkan media sosial sebagai salah satu wadah untuk mencoba hal-hal baru sesuai dengan minat dan kesukaannya. Dengan adanya media sosial ini, remaja menjadi sangat diuntungkan karena mudah beriteraksi dengan sesama, menyesuaikan diri, serta berbagi informasi secara tidak terbatas. Internet dan remaja sekarang ini menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan seiring perkembangan penggunanya yang semakin maju.

Bagi orang tua, diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan literasi media sehingga dapat memaksimalkan proses pendampingan pada anak ketika bermedia sosial. Apalagi orang tua pada dasarnya tidak memiliki seluk beluk media sosial namun hanya sebatas berperan sebagai pengguna yang memiliki kepentingan tertentu. Sehingga orang tua, harus belajar untuk memiliki kemampuan memahami isi media dan juga melek media. Karena menjadi seseorang yang melek media akan menjadikan kita mempunyai perspektif yang lebih kelas untuk melihat antara dunia nyata dan dunia yang dihasilkan dalam media. Perhatian juga diberikan orang tua agar anaknya mendapatkan prestasi di sekolahnya dan kelak dapat tercapai cita-cita anaknya selain itu anaknya agar mampu menjadi pribadi yang mandiri. Bimbingan dan perhatian dari orang tua sangat diperlukan oleh anaknya dalam proses pencapaian prestasi belajarnya, Jadi dengan kata lain, perhatian orang tua merupakan faktor utama dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik anaknya di kalangan keluarga sehingga anaknya menjadi generasi penerus yang lebih baik. Perhatian dan teladan orang tua akan dicontoh anak-anaknya dalam pembentukan karakter anaknya. Orang tua sebagai pengasuh dan bertanggung jawab penuh kepada anaknya baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Adapun beberapa bentuk pengawasan orang tua terhadap anaknya, seperti selalu berkomunikasi kepada anak, agar tahu perkembangan anak, dan anak pun tidak sungkan mau bercerita kepada Orang Tua apa yang terjadi dilingkungan sekolahnya, teman-temannya, dengan begitu orang tua bisa memberikan masukan, motivasi, nasihat yang berguna kepada anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image