Ulugh Beik: Pendiri Observatorium dari Samarkand
Khazanah | 2022-12-17 16:57:33Sejarah dan Biografi Intelektual Ulugh Beik
Ulugh Beik atau dalam penulisan Barat Ulugh Beg memiliki nama lengkap Mirza Muhammad Taragai Ulugh Beg. Ia adalah cucu dari Tamerlane, berasal dari kata Timur of Lame yang berarti (Timur yang pincang) , yaitu seorang penakluk yang menebar teror selama 40 tahun. Wilayah yang berada dalam genggaman kekuasaannya meliputi Uzbekistan, Afganistan, Irak, Iran, Armenia, dan Georgia. Tamerlane mengirim para calon sarjana, pekerja yang berpendidikan, dan pengrajin untuk belajar seni di Samarkand.
Pada tahun 1404 M Tamerlane meninggal saat ingin menyerang Cina. Tewasnya Tamerlane menyebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan anak-anaknya. Shah lukh kemudian menetapkan dirinya sebagai raja yang sah untuk menggantikan ayahnya. Langkah selanjutnya yang ia ambil adalah memindahkan ibukota ke Herat (sekarang Afganistan). Mulai masa Shah lukh ini dikenal sebagai “Timurid Renaisance” karena kemajuan sains, seni, dan budaya di Dunia Muslim.
Ayah Ulugh beik merupakan anak terakhir dari Tamerlane yang bernama Shah Lukh dan ibunya bernama Gauhar Shad, anak dari keluarga Aristokrat Changhatai. Ulugh Beik lahir pada tahun 22 Maret 1394 M/797 H di Soltamiya (sekitar laut kaspia, saat ini Iran), Persia pada saat Tamerlane melakukan invasi terhadap Iran Utara. Saat berusia 4 tahun, ia dibawa oleh kakeknya menuju kabul dalam rencana menginvasi Delhi.
Masa kecilnya ia habiskan bersama kakeknya dalam menaklukkan sebagian besar Asia tengah. Ulugh Beik memiliki dua anak yang bernama ‘Abd al-Latif dan ‘Abd al-Aziz. ‘Abd al-Latif yang diasuh oleh Gawharshad. Pada usia 16 tahun, Ulugh beik diangkat sebagai penguasa Samarkand (sebuah kota di daerah yang saat ini bernama Uzbekistan di Asia bagian Barat Tengah) dan mengembangkannya sampai Transoxiana.
Tidak seperti ayah dan kakeknya yang hobi berpolitik dan berperang, Ulugh Beik lebih suka membuat kota yang menjadi pusat ilmu dan kebudayaan. Ia menaruh minat terhadap ilmu matematika, astronomi, sejarah, puisi, dan seni. Ia dididik oleh seorang astronom sekaligus matematikawan yang bernama Qadi Zadeh al-Rumi. Pendidikan formalnya ia selesaikan di madrasah kekaisaran Timurid, sekolah Islam tingkat universitas pada masa itu.
Qadi Zadeh memahami betul minat Ulugh beik dalam mencintai pengetahuan, ia melihat muridnya sangat berbakat di bidang astronomi, matematika, musik, puisi, dan kaligrafi. Sebagai wujud kecintaanya terhadap ilmu, Ulugh Beik membangun tiga madrasah, salah satu yang paling besar terletak di Registan, Samarkand. Madrasah ini menjadi rujukan ilmu pengetahuan sehingga banyak murid dari Timur yang berbondong-bondong belajar di sana bersama para professor yang ahli dalam bidang teologi, sastra, ilmu pengetahuan, dan puisi.
Puncak dari gairah keilmuan di Samarkand adalah ketika madrasah sudah menampung 70 Ulama dan dimulainya pembangunan observatorium raksasa. Proyek besar tersebut dimulai pada tahun 1424 M dan diresmikan tahun 1429 M. Observatorium ini dibangun dengan gaya arsitektur bangunan Islam kuno yang ada di Baghdad.
Hal yang menonjol dari bangunan tersebut adalah, adanya sextant raksasa (busur yang terdiri dari seperenam lingkaran) dan kuadran (seperempat lingkaran) untuk ketingian bintang dan planet.Observatoium ini memiliki dua dinding parallel dalam radius 40 meter (dua kali lipat dari yang pernah dibangun sebelumnya).
Di sana juga terdapat bangunan berbentuk silinder tiga lantai dengan diameter 48 meter dan tinggi 45 meter. Bangunan sebesar ini mampu menampung banyak peneliti dan pengamat serta instrumen-instrumen yang mendukung salah satunya adalah triquetrum (instrumen yang menggambarkan bola langit untuk menunjukkan pergerakan bintang, matahari, dan planet yang aa di sekitar bumi).
Sextant ganda raksasa dibangun selaras dengan meridian guna mengukur posisi bintang yang berada di atas cakrawala dan perjalanan bintang melewati meridian (transit). Berikut ini Sextant raksasa yang terdapat dalam observatorium Samarkand:
Observatorium ini merupakan observatorium non-optik sehingga arsitekurnya didesain sedemikian rupa untuk memudahkan pengamatan benda langit. Seperti sextant raksasa yang membagi busur dalam bentuk derajat (20° hingga 80°), menit busur, bahkan sampai detik busur. Pada setian sisinya dibatasi oleh dua tepi marmer yang memiliki jarak 0,698 meter (senilai 1°). Bagian tersebut memiliki panjang 11 meter ke arah bawah.
Salah satu hasil pengukuran yang dilakukan oleh astronom Samarkand adalah bidang sudut lintasan matahari (obliqueness of the ecliptic) pada bola langit yang terhubung dengan khatulistiwa. Pengukuran tersebut sangat penting karena akurasi yang didapatkan akan digunakan untuk membuat kalender. Hasil yang didapatkan bahwa peerjalanan matahari dalam sehari selama 23° 30’ 17”. Perhitungan ini hanya memiliki selisih 32 detik dati perhitungan modern saat ini.
Perhitungan akurat yang dihasilkan oleh observatorium Samarkand adalah pergerakan matahari. Tahun sideris matahari (waktu yang dibutuhkan matahari untuk kembali pada posisi semula dengan patokan bintang) dinyatakan selama 365 hari, 6 jam, 10 menit, 8 detik. Perhitungan ini hanya memiliki selisih 58 detik (0,04%) dengan perhitungan modern (365.25636304).
Ini merupakan pencapaian luar biasa kala itu. Selama dua puluh tahun obervatorium berjalan, ada banyak produk astronomi yang dihasilkan. Diantaranya penulisan Zij-I Gurgani, data dan table untuk menghitung posisi matahari dan planet-planet, katalog 1018 bintang yang memiliki akurasi setara dengan penelitian Tycho Brahe di Eropa setengah abad kemudian.
Meskipun demikian, ia bukanlah pemimpin yang hebat, ia wafat karena dibunuh oleh orang suruhan anaknya sendiri yang bernama Abdul Latif. Jasad Ulugh Beik ditemukan di Gour Emir, makam yang berada di Samarkand. Dari hasil pemeriksaan kerangkanya ditemukan adanya bekas pukulan keras di bagian kepala sebelah kiri yang melewati rahang dan membelahnya menjadi dua.
Kajian Pemikiran Ulugh Beik
Pada pertengahan era antara Yunani kuno dan Renaisans, sains di Eropa mengalami stagsnasi. Di sisi lain, astronom Arab mulai meragukan astronom Yunani yang bernama Ptolemy sehingga memicu dibangunnya observatorium, salah satunya adalah observatorium Samarkand.
Pada tahun 1429 M, Samarkand menjadi pusat perdagangan jalur sutra. Pada saat yang sama di sana diresmikan observatorium terbesar yang pernah ada. Illmuan dari seluruh Dunia datang berbondong-bondong untuk menyaksikan kemegahan observatoium yang memiliki 40 diameter sextant sedalam 40 meter tersebut. Selain itu, fitur menakjubkan yang ditawarkan adalah sundial raksasa dengan dinding eksternal yang dihiasi lukisan zodiak, teras canggih untuk mengukur waktu dan ruang, clepsydra, dan astrolabe.
Sosok dibalik arsitektur observatorim Samarkand yang megah adalah Ulugh Beik. Ia juga orang yang mengelola operasional sekaligus kegiatan penelitian astronomi di sana. Jabatan sebagai gubernur Samarkand tidak membuat kecintaannya terhadap pengetahuan dan langit menurun. Ia menghabiskan waktu untuk melakukan observasi, perhitungan, dan pada akhirnya menciptakan karya fenomenal yang disebut Zij-i Sultani.
Di bawah kepemimpinan Ulugh Beik, Samarkand semakin memperluas pengaruhnya. Akan tetapi, Ulugh Beik lebih mengedepankan ilmu pengetahuan dan seni untuk memajukan kotanya, khususnya Transoxiana. Dua anaknya tumbuh dalam lingkungan yang berbeda. Abdul Latif sosok ambisius dan fanatik yang tumbuh jauh dari ulama, sedangkan Abdul Aziz tumbuh dengan toleransi dan diajai astronomi oleh ayahnya.
Ia digadang-gadang bisa menggantikan ayahnya menjadi raja. Pada tahun 1448 M, Abdul Latif bersama pasukan dari Uzbekistan menyerbu Samarkand. Selama invasi, Abdul latif membunuh saudara kandungnya sendiri pada 27 Oktober 1449 M. Ulugh Beik pun turut dipenggal atas perintah Abdul Latif. Peristiwa ini dalam sejarah dikenal sebagai “The Patricide”. Serangan yang dilakukan oleh Abdul Latif ini juga mengakibatkan hancurnya kota, termasuk observatorium Samarkand. Observatorium ini diratakan olehnya dan hilang begitu saja.
Sampai pada tahun 1908 M, sisa-sisa observatorium ini ditemukan oleh arkeolog Rusia yang bernama V.L. Vyaktkin ketika melalukan penggalian. Mereka menemukan lubang reruntuhan yang merupakan bagian dari sextant besar. Ketika terjadi penghancuran observatorium, astronom yang bernama Ali Qushji dan keluarganya melarikan diri dari Samarkand. Ia turut membawa naskah berharga berupa tabel astronomis bersamanya. Secara dramatis ia berhasil sampai di Konstantinopel dan disambut oleh sultan Mehmet II. Kemudian ia menyerahkan naskah berherga yang ia bawa dalam upacara seremonial. Akhirnya naskah tersebut diterbitkan dengan judul Zij-i sultani (Sultani Astronomical Tables).
Zij-i sultani memiliki nama lain seperti Zij-i Ulugh, Zij-i Jadid Sulthani, atau Zij-i Gurgani. Dalam pengantar Zij-i sultani, Ulugh Beik menyebutkan bahwa ia menyusun buku ini atas bantuan dari astronom lain, yaitu Qadhi Zade, Kashi, dan Qushji yang membantunya melakukan observasi sehingga mendapatkan data untuk membuat tabel. Buku ini berisi empat bab yaitu kronologi, trigonometri dan spiral astronomi, posisi planet, dan astrologi. Buku ini telah diterjemah kan dalam berbagai bahasa namun tidak mencantumkan contoh perhitungan.
Bagian terpenting dari Zij-i Sultani adalah pengamatan dan perhitungan dan disajikan dalam bentuk tabel. Contohnya adalah tabel sinus yang terdiri dari 18 halaman. Disajikan sinus lima sexagesimal untuk setiap menit busur 0° sampai 87°. Enam sexagesimal untuk setiap menit busur 11° sampai 90°. Semuanya dihitung dengan kelipatan 5’. Hasil dari perhitungan ini cukup akurat. Tabel ini pada tahun 1437 merupakan satu-satunya hasil pengamatan terbesar yang dilakukan umat Islam pada abad pertengahan (pada masa itu hanya ada tabel ptolemy untuk mengukur bintang. Akan tetapi akurasinya masih rendah).
Ulugh Beik mengembangkan sebuah metode yang bertujuan untuk persaman kubik yang akurat, mempelajari teorema binomial, dan mengembangkan rumus untuk interval trigonom bola. Ulugh Beik juga menghasilkan tabel sinus dan tangen yang memiliki akurasi sampai 1° pada interval 0,8. Ia juga membuat katalog bintang ekstensif pertama (catalogue of stars) semenjak terakhir kali dibuat oleh Ptolemy. Data yang ia kumpulkan menggunakan observatorium buatannya adalah estimasi lama satu tahun matahari yaitu 365 hari, 5 jam, 49 menit, 15 detik. Data tersebut bisa dibilang sangat akurat karena hanya memiliki selisih 31 detik lama dengan perhitungan modern.
Pengaruh Ulugh Beik bisa dirasakan di Asia melalui karyanya yang dikembangkan oleh ilmuan Turki. Selain itu, observatorium yang ada di Samarkand telah menginspirasi negeri lain untuk membuatnya pula. Seperti India yang membangun lima observatorium pada awal abad ke 18 M oleh maharaja Jaih Singh II. Ia merupakan penggemar berat dari Ulugh Beik. Sedangkan Zij-i Sultani pertama kali tiba di Eropa pada awal aad ke 17 M. Karya Ulugh Beik diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali di Oxford pada tahun 1648 M.
Ketika karya Ulugh Beik sampai Eropa, di sana sudah berdiri observatorium yang canggih dan efisien. Salah satunya yang dibangun oleh Tycho Brahe di Uraniborg, Swedia. Ada juga Flamsteed di Greenwich, Inggris, Hevelius di Dantzig, (sekarang Gdansk, Polandia). Instrumen astronomi juga berkembang pesat pada abad 17. Hal ini ditandani dengan munculnya optik, refraktor, dan diikuti oleh teleskop. Semua kemajuan ini berkat pengembangan dari pemikiran Copernicus, Kepler, Galileo, Newton, termasuk juga Ulugh Beik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.