Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najmuddin Saifullah

Potensi Perbedaan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha 2023

Agama | 2022-12-16 18:01:17
Free Vector | Free vector elegant ramadan kareem decorative festival card (freepik.com)" />
Free Vector | Free vector elegant ramadan kareem decorative festival card (freepik.com)

Perbedaan memulai puasa Ramadan ataupun lebaran bukanlah hal baru bagi umat Islam di Indonesia. Faktor penyebab terjadinya perbedaan tersebut karena adanya metode penetapan awal bulan hijriah yang berbeda-beda di kalangan kelompok Islam. Sebenarnya banyak sekali versi perhitungan yang ada, namun terdapat dua kubu besar yang perhitungannya diikuti oleh mayoritas masyarakat, yaitu: keputusan pemerintah dan keputusan hisab Muhammadiyah. Pemerintah melalui Menteri Agama RI menetapkan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 1 Zulhijjah melalui sidang isbat yang diadakan pada tanggal 29 bulan sebelumnya. Akan tetapi, hasil dari sidang isbat tidak jauh berbeda dengan kriteria baru penetapan awal bulan yang disepekati oleh Menteri Agama dari empat negara yang disingkat MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Isi dari kriteria tesebut adalah adanya imkan rukyat (kriteria minimal untuk bisa melakukan rukyat) dengan syarat ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Tinggi hilal adalah posisi bulan baru pada tanggal 29 bulan hijriah setelah matahari terbenam. Sedangkan elongasi yang dimaksud di sini adalah sudut antara bulan dan matahari saat matahari terbenam. Berdasarkan kriteria tersebut, maka apabila hilal sudah lebih dari 3 derajat dan elongasi lebih dari 6,4 derajat, maka sudah memenuhi syarat untuk besok masuk ke dalam bulan baru hijriah. Berikut ini ilustrasi tinggi hilal dan elongasi:

1.gif (611×457) (tarjih.or.id)" />
1.gif (611×457) (tarjih.or.id)

Ketinggian 2 derajat pada gabar di atas adalah tinggi hilal, sedangkan jarak lengkung 3 derajat adalah elongasi. Gambar di atas adalah kriteria MABIMS lama, yang terbaru tingginya 3 derajat, dengkan elongasinya adalah 6,4 derajat.

Kemudian Muhammadiyah menggunkan hisab hakiki wujudul hilal dalam penetapan awal bulan. Ada tiga syarat dalam wujudul hilal ini: pertama, sudah terjadi ijtimak (bulan sudah satu putaran penuh mengelilingi bumi). Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, saat matahari terbenam hilal masih berada di atas ufuk berapapun ketinggiannya. Dari kriteria ini, bisa kita simpulkan apabila tanggal 29 bulan hijriah sudah terjadi ijtimak sebelum matahari terbanam, dan ketika matahari terbenam hilal masih berada di atas ufuk meskipun setinggi 1 derajat, maka besok sudah bisa dimulai bulan baru.

Dua kriteria di atas menyebabkan perbedaan memulai awal bulan karena masing-masing memiliki syarat yang berbeda. Berdasarkan patokan dua kriteria tersebut, maka dilakukan analisis terhadap tiga bulan berikut, yaitu:

1. Ramadan, tinggi hilal pada tanggal 29 bulan Sya’ban adalah 7° 0,32’ dan elongasi 7° 56,32’. Karena tinggi hilal sudah memenuhi kriteria MABIMS yang dipakai oleh pemerintah dan Muhammadiyah, maka awal Ramadan tahun 2023 akan dimulai di hari yang sama yaitu hari Kamis, 23 Maret 2023 M.

2. Syawal, tinggi hilal pada tanggal 29 bulan Ramadan adalah 00° 51,24’ dan elongasi 1° 28,72’. Tinggi hilal dan elongasi ini tidak memenuhi kriteria MABIMS, namun sudah memenuhi kriteria hisab wujudul hilal yaitu lebih dari 00°. Sehingga akan terjadi perbedaan memulai Lebaran Idul Fitri antara Pemerintah dan Muhammadiyah yang menggunakan hisab hakiki wujudul hilal. Muhammadiyah akan memulai Idul Fitri lebih awal yaitu pada hari Jum’at 21 April 2023 M, sedangkan pemerintah memulai esoknya pada hari Sabtu, 22 April 2023 M. Informasi lainnya adalah, Muhammadiyah melaksanakan puasa Ramadan sebanyak 29 hari, sedangkan pemerintah sebanyak 30 hari.

3. Zulhijjah, tinggi hilal pada tanggal 29 bulan Zulqa’dah adalah 00° 11,78’ dan elongasi 4° 23,93’. Tinggi hilal dan elongasi ini tidak memenuhi kriteria MABIMS, namun sudah memenuhi kriteria hisab wujudul hilal yaitu lebih dari 00°. Sehingga akan terjadi perbedaan memulai Lebaran Idul Adha antara Pemerintah dan Muhammadiyah yang menggunakan hisab hakiki wujudul hilal. Muhammadiyah akan memulai Idul Adha lebih awal yaitu pada hari Rabu, 28 Juni 2023 M. Sedangkan pemerintah memulai esoknya pada hari Kamis, 29 Juni 2023 M.

Berdasarkan dua data di atas, maka kesimpulannya adalah. Puasa Ramadan akan dimulai di hari yang sama. Untuk Idul fitri dan Idul Adha terjadi pontensi perbedaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image