Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Mengambil Pelajaran Berharga dari Kasus Ferdi Sambo dan Putri Candrawati

Agama | Monday, 12 Dec 2022, 20:48 WIB

Pada mulanya para pertinggi elit kepolisian percaya atas laporan Ferdi Sambo, telah terjadi tembak menembak antar polisi di kediamannya. Namun akhirnya laporan Sang Jenderal tersebut terbongkar, semuanya hanya rekayasa

Skenario yang dibuat Sang Jenderal tersebut, kini menjadi berita “best seller” yang selalu diburu orang. Persidangan sang penyusun skenario tersebut selalu dinanti orang. Lebih dari itu, hampir setiap persidangan selalu saja ada cerita dan fakta yang membuat hakim, jaksa, penasihat hukum, dan khalayak greget atas jawaban Ferdi Sambo, Putri Candrawati, dan para saksi lainnya.

Tulisan ini tidak akan membahas keseruan persidangan Fredi Sambo Cs., namun tulisan ini mengajak para pembaca untuk mengambil hikmah dari perilaku Ferdi Sambo yang telah mengorbankan banyak orang. Ia begitu kejam telah memerintahkan Bharada Erliezer membunuh Brigadir Yosua, namun lebih kejam lagi, ulahnya telah membunuh karakter orang-orang tak berdosa.

Sejumlah polisi telah diberi sanksi administrasi, etik, dan diberhentikan dengan tidak hormat, padahal mereka hanya melaksanakan tugas karena percaya atas laporan Ferdi Sambo sebagai polisi elit papan atas. Jika Brigadir Yosua sudah berakhir di tempatnya yang abadi, orang-orang korban Ferdi Sambo akan terus menanggung beban malu dan derita sepanjang mereka hidup. Karakter mereka telah dibunuh Ferdi Sambo dan Putri Candrawati.

Dari sinilah kita dapat mengambil pelajaran berharga, perilaku bohong merupakan perbuatan yang akan mencelakakan seseorang dan orang lain. Jangankan di akhirat kelak, di dunia saja perilaku bohong sudah mengantarkan seseorang hidup menderita.

Seseorang yang berperilaku bohong akan berupaya menutup kebohongannya agar tidak diketahui orang lain, tidak terkena sanksi hukum dengan melakukan kebohongan lainnya, bahkan berani mengorbankan orang lain yang tak berdosa. Selain itu, seseorang yang berbohong dia akan melupakan harga dirinya. Ketika ia berbohong seolah-olah ia sedang membela kedudukan dan martabatnya, padahal hakikatnya, ia sedang membuka jalan lebar menuju jurang kehancuran.

Benarlah yang dikatakan seorang filsuf asal Spanyol, Baltasar Gracian (1601-1658) yang menyebutkan, “satu kebohongan menghancurkan seluruh reputasi dan integritas.” Kata-kata filsuf ini, kini telah dialami Ferdi Sambo. Reputasi dan integritas yang ia bangun di dunia kepolisian yang pernah menjadi kebanggaan diri dan keluarganya, bahkan kebanggaan orang lain, kini hancur tak berbekas. Satu hal yang tersisa hanyalah penyesalan yang entah sampai kapan akan menyelimuti kehidupannya.

Dari kasus ini pun kita mendapatkan pelajaran, sehebat apapun seseorang menutupi kebohongannya, pada akhirnya terbongkar pula. Ferdi Sambo dengan kekuasaan dan jabatannya telah berupaya berbohong, bahkan melibatkan banyak orang, namun akhirnya terbuka pula kebohongannya.

Ironisnya, meskipun kebohongannya sudah terbuka di depan publik dan penyidik, di depan persidangan, Ferdi Sambo dan beberapa orang yang menjadi saksi masih berkelit. Ia dan kawan-kawannya sering ditegur hakim dan jaksa. Beberapa keterangannya sering dianggap tidak runut dan tidak masuk akal. Ia dan beberapa saksi lainnya masih berusaha berkelit, berlari cepat dengan kebohongannya.

Seandainya Michel Jackson (1958-2009), penyanyi legendaris asal Negeri Paman Sam, masih hidup dan bertemu Ferdi Sambo Cs, pasti ia akan mengingatkan Ferdi Sambo Cs untuk tidak berbohong dan harus secara terus terang mengakui perbuatannya. Dalam suatu kesempatan, sang penyanyi legendaris tersebut pernah berujar, “Kebohongan sanggup berlari cepat, sedangkan kebenaran hanya bisa berlari maraton. Namun di pengadilan, kebenaran itu akan memenangkan maraton.”

Kebohongan juga mampu membunuh jiwa kesatria, sikap jantan, pemberani yang dimiliki seorang pria pada umumnya. Jiwa kesatria Ferdi Sambo sebagai seorang Jenderal dengan jabatan elit di institusinya telah hancur luluh oleh kebohongan yang diperbuatnya. Dirinya yang dulu disegani, dihormati karena wibawa dan jabatannya, kini tak berarti apa-apa lagi.

Seragam kepolisian dengan beragam tanda pangkat yang menempel, kini tergantikan dengan baju oranye bertuliskan “tahanan” benar-benar telah menghancurkan martabatnya sebagai seorang kesatria. Dahulu dirinya bertugas memborgol orang lain, kini ia sendiri yang diborgol.

Dari sini mari kita renungkan kata-kata Imanuel Kant (1724-1804) seorang filsuf asal Jerman yang mengatakan, “dengan sebuah kebohongan, seorang laki-laki sedang menghancurkan martabatnya sebagai laki-laki atau kesatria.”

Sudah berbulan-bulan lamanya, Ferdi Sambo Cs sedang berusaha berperilaku seperti yang ditulis Michael P. Lynch (2004 : 147) dalam karyanya True to Life: Why Truth Matters. Sang penulis ini menyebutkan, banyak ragam alasan yang melatari seseorang berani berbuat bohong seperti demi menjaga keamanan diri; menarik simpati orang lain; agar dianggap dirinya lebih baik daripada orang lain; mengalihkan perhatian terhadap suatu masalah; untuk merahasiakan kelakuan buruk atau keadaan yang sebenarnya.

Sampai hari ini, tak ada seorang pun yang menyebutkan, perilaku bohong merupakan perbuatan terpuji. Sebaliknya semua orang menilai perilaku bohong sebagai perbuatan keji.

Kita harus berupaya keras menghindari perilaku bohong, dan menumbuhkan sikap jujur. Aristoteles pernah memberikan wejangan agar kita senantiasa bersikap jujur, mencintai dan bangga karena memiliki kebajikan. Kebanggaan terhadap sikap kejujuran dan kebajikan akan mengantarkan seseorang kepada megalopsuchia, yakni kehidupan mulia dan bermartabat.

Dari sudut pandang agama manapun, tak ada satu dalilpun yang membolehkan kita berbuat bohong. Seperti halnya kejujuran, menghindari perilaku bohong merupakan perilaku yang bersifat universal, artinya sikap ini disukai semua orang.

Ajaran Islam sangat menekankan kepada kita untuk berperilaku jujur, menjauhi perilaku bohong. Kejujuran dapat mengantarkan seseorang kepada kebaikan, keselamatan, dan membuka pintu sorga. Sementara perilaku bohong dapat mengantarkan seseorang kepada perbuatan dosa, kecelakaan, dan membuka pintu neraka.

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan ke sorga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat bohong, karena sesungguhnya bohong akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang suka berbohong dan berupaya untuk berbohong, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.” (H. R. Muslim).

Ilustrasi : Ferdi Sambo dan Putri Candrawati

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image