Zaman Makin Canggih, Miskomunikasi Makin Marak
Gaya Hidup | 2021-12-11 22:02:47Di balik kelebihan yang dihadirkan dari teknologi, ternyata terdapat kekurangan di dalamnya. Kekurangan tersebut adalah maraknya terjadi miskomunikasi. Ketika menggunakan platform media sosial untuk berbagi informasi, tidak jarang ditemukan miskomunikasi.
Seperti yang kita ketahui, di era revolusi 4.0 kegiatan dari jarak jauh semakin mudah dilakukan. Pada awal pandemi, mungkin masyarakat masih sulit beradaptasi terkait penggunaan teknologi yang masif. Namun, setelah hampir dua tahun hidup bersama pandemi, penggunaan teknologi pun semakin tidak asing di masyarakat.
Peristiwa komunikasi juga tetap dapat kita lakukan menggunakan teknologi. Kita dapat melakukan komunikasi melalui berbagai platform, seperti Line, WhatsApp, atau Telegram bersama rekan dan keluarga.
Kita tidak dapat menyalahkan teknologi, karena justru ia lah yang sangat membantu kita semua di masa pandemi ini. Kelemahannya adalah tingkat literasi masyarakat yang masih rendah ketika mengelola pesan komunikasi yang disampaikan melalui media sosial.
Literasi merupakan kemampuan dalam membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk mengetahui pengetahuan seseorang baik dalam lisan dan tulisan. Melalui pengertian tersebut, membaca adalah bagian penting dari literasi.
Menurut survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, ternyata tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Berdasarkan situasi tersebut, dapat dikatakan jika miskomunikasi yang terjadi memiliki kaitan dengan rendahnya tingkat literasi masyarakat di Indonesia. Apalagi, di kala pandemi ini semua pesan cenderung lebih sering disampaikan melalui platform chatting.
Miskomunikasi di Era Digital
Tidak jarang miskomunikasi terjadi hanya karena salah membaca pesan dalam platform chatting. Kita kurang teliti ketika membaca pesan, sehingga salah menangkap makna pesan. Hal tersebut merupakan faktor utama miskomunikasi yang terjadi dalam zaman serba digital.
Tak jarang, mereka juga melewatkan beberapa pesan penting karena malas membaca. Mereka tidak membaca poin-poin pesan dengan lengkap, melainkan hanya membaca poin yang tertangkap oleh mata mereka.
Apakah ini termasuk hal yang lumrah? Ya, mungkin bagi beberapa orang ini merupakan hal yang biasa terjadi. Akan tetapi, jika dibiarkan terus menerus akan berdampak fatal. Jika terus terjadi, mungkin saja tingkat literasi di Indonesia semakin menurun untuk beberapa tahun ke depannya.
Ketika kita salah atau terlewat satu kata ketika membaca pesan, kita mungkin akan salah salah menafsirkan pesan tersebut. Mulai dari situ, miskomunikasi akan terjadi. Bukan hanya informasi yang diterima akan salah, melainkan juga bisa saja terjadi konflik karena kesalahpahaman.
Jika membaca pesan melalui platform chatting saja sudah salah, bagaimana dengan membaca artikel ilmiah atau buku yang bahasannya akan lebih berat ketimbang bahasan ketika kita membaca pesan dalam platform chatting?
Sekali lagi, gambaran di atas merupakan bukti jika Indonesia darurat literasi. Perlu ada upaya yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan ini.
Sebuah Upaya Kecil dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi
Sebelum mengambil langkah jauh untuk meningkatkan kemampuan literasi, cobalah mulai dari langkah yang sederhana. Membaca pesan dalam platform chatting dengan baik dan benar tanpa terburu-buru merupakan salah satu langkah yang tepat.
Selain itu, sebelum melakukan suatu hal lebih lanjut kita harus dapat memastikan apakah informasi yang diterima adalah benar atau tidak. Pengecekan informasi perlu dilakukan ketika berkomunikasi dengan sebuah teknologi, seperti platform chatting. Hal tersebut turut menjadi langkah untuk meminimalisir miskomunikasi.
Mulai dari situ, kita akan terbiasa membaca dengan baik dan juga menyerap informasi dengan benar. Hal tersebut pun akan meminimalisir terjadinya miskomunikasi, bahkan konflik personal.
Setelah itu, membaca artikel ilmiah dan bacaan dengan pembahasan lain di luar platform chatting mungkin saja akan terasa lebih mudah dipahami. Hal ini karena Anda sudah terbiasa meluangkan waktu untuk membaca dengan baik dan benar, meski pesan yang diterima hanya melalui platform digital.
Tunggu apalagi? Seberapa banyak miskomunikasi yang ingin Anda buat kembali jika tidak ada niat untuk meningkatkan kemampuan literasi dari diri sendiri?
Kini, Indonesia sudah darurat literasi. Jangan jadikan perkembangan teknologi menjadi alasan literasi semakin darurat. Anda memiliki peran dalam membantu meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.