Masjid Raya Al-Azhom, Sejarah dan Penyebaran Islam di Kota Tangerang
Sejarah | 2022-12-08 09:55:44Terletak di Kompleks Walikota, Alun-alun Kota Tangerang, Masjid Raya Al-Azhom ini berdiri begitu luas. Masjid yang memiliki kubah terbesar di dunia, didirikan oleh Walikota Madya yaitu Bapak Drs. H. Djakaria Mahmud dan kemudian mulai diresmikan oleh pengganti beliau yaitu Bapak Drs. H. Mochammad Thamrin pada 23 April 2003.
Pada monumen peresmian yang berdiri di halaman depan masjid menunjukkan bahwa peletakan batu pertama pada 7 Juli 1997, dengan luas keseluruhan 2,25 ha yang dibangun diatas tanah wakaf dan arsitek dari masjid ini yaitu Bapak Ir. H. Slamet Wirasonjaya yang merupakan guru besar arsitektur di ITB. Beliau terinspirasi dari masjid yang berada di Timur Tengah yang bernama Hagia Sophia, sebuah masjid yang merupakan gereja terbesar di Turki pada abad ke VI, saat berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium).
Anggota Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Tangerang, Agung Wiratama mengatakan, adanya Masjid Raya Al-Azhom merupakan ikon umat beragama di Kota Tangerang, dengan adanya Masjid tersebut menjadi salah satu penguat moto Kota Tangerang yakni menjadikan Kota Tangerang yang Akhlakul Karimah.
“Tentunya masjid ini didirikan untuk menyebarkan keagamaan khususnya agama Islam, banyak kegiatan yang dilakukan untuk mendorong masyarakat agar tertarik untuk mengunjungi masjid ini, salah satunya melalui event yang bersifat syiar Islam yaitu Festival Al-Azhom,” ungkapnya saat diwawancara di depan gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Lobby Al-Firdaus pada Jumat (2/12).
Agung melanjutkan, karena posisi masjid yang berdekatan dengan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), banyak kegiatan pemerintah yang menyelipkan sisi keagamaan di dalamnya. Dan kegiatan rutin yang pasti dilaksanakan setiap tahunnya yaitu Musabaqah Tilawah Quran (MTQ) yang kemarin sudah diselenggarakan.
Selain itu, Masjid Raya Al-Azhom juga memiliki keunikan dari desain arsitekturnya yang merupakan perpaduan antara Timur Tengah dan Sunda. Ditambah dengan adanya fasilitas edukasi religi yang berisikan sejarah perkembangan Islam guna menambah wawasan bagi masyarakat yang berkunjung.
“Sekarang ini, Pemerintah Kota Tangerang sedang melakukan perbaikan berupa peningkatan kualitas galeri Islam yang berada di dalam masjid, agar lebih informatif, lebih banyak konten islami, dan dapat menjadi objek penambah wawasan,” ucapnya.
Ketua Dewan Kemakmuran (DKM) Masjid Raya Al-A’zhom, K.H. Khairudin mengungkapkan, bangunan utama masjid tersebut mencakup luas 5.775 meter persegi. Terdiri atas dua lantai dan memiliki daya tampung 15 ribu orang jamaah.
“Yang menjadi keunggulan di masjid ini karena memiliki kubah terbesar di dunia tanpa tiang penyangga,” katanya, Jumat (2/12).
Senada dengan hal itu, dirinya menjelaskan karena tidak ada tiang penyangga, struktur kubah induk di tengah ditopang oleh 4 kubah anak berbentuk setengah lingkaran di bawahnya sehingga cukup kuat menyangga kubah induk, 5 kubah tersebut melambangkan 5 rukun Islam dan juga shalat 5 waktu.
Sementara itu, di area tengah terlihat jelas keindahan bagian dalam kubah yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran, yang ditorehkan di atas material berwarna cokelat muda kekuning- kuningan. Material ini berpadu serasi dengan lantai batu granit berwarna white-star yang didatangkan khusus dari Cina. Sebuah kombinasi yang menimbulkan suasana syahdu namun cerah. Pada sisi bagian barat bertulisakan Surah An-Nur ayat 35, Al-Baqarah ayat 255, dan Al-Baqarah ayat 284-285. Sedangkan, sisi bagian selatan, Surah At-Taubah ayat 105, Al-Nahl ayat 97, Al-Imran ayat 112, An-Nisa ayat 32, dan Al-An’am ayat 132-133.
Kemudian, untuk kubah bagian timur bertuliskan Surah Al-Bayyinah ayat 5 dan Ar-Rum ayat 30-33, serta kubah bagian utara yaitu Surah Al-Anbiya ayat 107, Al-Fath ayat 29, dan Lukman ayat 17-18. Ayat tersebut disusun tiga baris dan baris keempat diisi dengan Asmaul Husna.
Dirinya menambahkan, bangunan Al-Azhom juga dilengkapi dengan empat buah tower yang tingginya 55 meter di empat sudut bangunan, dan memiliki makna empat ajaran Islam yaitu akidah, akhlak, syariah, dan ibadah. Selain itu, karena Kota Tangerang sebelumnya dinamakan Kota Benteng, dibuatlah kantilever di atas genteng berbentuk banteng dengan banyak lubang di tengah sebagai tempat Meriam dalam sebuah banteng.
“Untuk awal biaya pembangunan masjid ini, sebesar 28 miliar yang berasal dari Pemerintah Kota Tangerng dan sumbangan dari masyarakat, hingga saat ini sudah banyak renovasi yang telah dilakukan,” ungkap Khairudin.
Kemegahan dan keunikan masjid ini akhirnya menarik masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan di halaman masjid seperti melakukan shooting untuk acara religi di televisi dan kerja kelompok siswa karena jaraknya tidak jauh dari sekolah-sekolah.
Di halaman masjid juga terdapat plaza, taman bermain anak, dan tempat parkit kendaraan yang luasnya 14 ribu meter persegi. Nuansa Timur Tengah sangat menonjol di area ini karena ratusan pot pohon palem diatur sejajar dengan sejumlah pohon kurma yang memagari sisi kanan dan kiri plaza, tepat dihadapan pintu masuk masjid.
“tidak ada keterbatasan kegiatan di halaman masjid, selagi hal itu positif boleh saja dan ketika azan berkumandang langsung melaksanakan shalat,” tambahnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.