Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismi Hayati

Proses Afiksasi pada Cerpen

Sastra | Tuesday, 06 Dec 2022, 16:29 WIB

Sebelum aku membahas mengenai proses afiksasi pada cerpen "Fokus" karya Putu Wijaya, aku akan jelasin terlebih dahulu apa itu afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman , 1998:519).

Books. Sumber : Unsplash

Pembahasan mengenai Afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun, pembahasaan dalam buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda.

Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis Afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebuh mendalam mengenai Afiks.

Selanjutnya, aku akan membahasa mengenai cerpen atau cerita pendek atau dalam bahasa Inggris novellete merupakan sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2013:12).

Lalu, dalam artikel ini aku akan membahas lebih jauh terkait dengan proses afiksasi, di mana afiksasi merupakan suatu proses atau hasil penambahan Afiks pada akar, dasar, atau alas (Kridalaksana, 2008:3).

Kumpulan Buku. Sumber : Unsplash

Proses afiksasi terdiri dari Prefiks (awalan), Infiks (sisipan), Sufiks (akhiran), dan Konfiks (imbuhan terbelah). Adapun penjelasan dari masing-masinng proses afiksasi tersebut sebagai berikut

Pertama, Prefiks (awalan) afiks yang ditambahkan pada bagian depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin juga kata jadian). Terdapat delapan jenis prefiks, yaitu prefiks (me-N), (ke-), (ber-), (di-), (se-), (peng-), (per-), dan (ter-). Antara lain seperti kata digelar, membuka, menjadi, terjaga, setelah, mengambil, bertanya, dan keputusan.

Lalu kedua, Infiks (sisipan) afiks yang disipkan pada bagian dalam dasar. Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat infiks yang tidak lagi produktif, yang terdiri dari (-el-), (-em-), (-er-), dan (-in-). Saat ini kata dengan infiks cenderung dianggap sebagai sebuah kata pada umumnya. Sayangnya, pada cerpen berjudul fokus Putu Wijaya tidak ada proses infiks.

Yang ketiga, Sufiks (akhiran) afiks yang ditambahkan pada bagian belakang dasar. di dalam bahasa Indonesia, sufiks terbagi menjadi sufiks asli yang terdiri dari sufiks (-an), (-i), (-kan), (-kah), (-lah) dan (-nya), dan sufiks serapan yang mencakup sufiks (-man), (-wan), (-wati), (-isasi), dan (-isme). Antara lain seperti kata tahunan, katanya, gesekan, itulah, beberapa, sosialisasi, dan fenimisme.

Dan yang terakhir, Konfiks (imbuhan terbelah) afiks tunggal yang terdiri dari dua bagian yang terpisah, satu bagian di awal dan satu bagian lainnya di akhir pada dasar kata. Konfiks terbagi menjadi lima, yaitu (ke-...-an), (ber-...-an), (peng-...-an), (per-...-an), dan (se-...-nya). Antara lain seperti kata pembegalan, mengembalikan, percakapan, kenyamanan, diberikan, menghargai, sebelumnya, dan memutuskan.

Ilustrasi Writting. Sumber : Unsplash

Jadi teman-teman, secara lebih ringkas afiksasi dapat dijelaskan sebagai suatu proses pembubuhan afiks pada suatu satuan (tunggal atau kompleks) untuk membentuk kata.

Berdasarkan analisis yang telah aku lakukan pada cerpen "Fokus" karya Putu Wijaya. Ditemukan bahwa terdapat afiksasi yang membangun cerpen tersebut dengan pemakaian kata secara keseluruhan sejumlah 1206 kata.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image