Menjadi Makhluk Terkuat, Sehat, dan Bahagia Melalui Sedekah
Agama | 2022-12-05 19:47:33Dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia merupakan makhluk paling mulia dan sempurna. Setelah Allah usai menciptakan Nabi Adam a.s. seraya dilengkapi dengan berbagai bekal untuk menjalani kehidupan, terutama bekal ilmu, Ia menyuruh para malaikat untuk memberikan hormat kepada Nabi Adam a.s. Ini merupakan bukti nyata bahwa manusia makhluk mulia dan terhormat.
Bukan hanya dibekali kemuliaan, Allah membekali pula manusia dengan berbagai kekuatan akal dan fisik untuk dapat menundukkan semua makhluk yang ada di muka bumi. Betapapun besar dan kuatnya seekor gajah, buasnya harimau, singa, banteng, dan lainnya, semuanya dapat tunduk kepada kekuasaan dan kekuatan manusia. Di muka bumi, manusia benar-benar berkuasa.
Namun demikian, sehebat dan sekuat apapun manusia, adakalanya manusia tak mampu mengalahkan dirinya sendiri, tak mampu menguasai hawa nafsunya. Tak sedikit orang yang memiliki tenaga hebat, mampu mengangkat beban puluhan bahkan ratusan kilogram, namun ia belum mampu melaksanakan shalat shubuh yang hanya dua rakaat, ringan dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat singkat. Padahal orang tersebut mengaku sebagai seorang muslim.
Ketika seseorang menguasai ilmu, terutama ilmu agama, ia begitu handal dan hebat dalam berbicara, lantang berpidato dengan beragam retorika dalam menyampaikan ilmu dan kebenaran. Banyak orang yang terpukau dengan gaya pidatonya. Ia mengajak khalayak untuk berbuat kebaikan, sayangnya terkadang ia terlena. Dirinya tak mampu melaksanakan kebaikan sebagaimana yang ia bicarakan dengan lantang dalam pidato-pidatonya. Ia mampu menerangi orang lain, namun ia sendiri tersesat dalam kegelapan.
Dalam hal ini alangkah bijaknya kata-kata Maulana Jalaluddin Rumi, Sang Sufi. Ketika seorang manusia merasa pintar, mulutnya sering gatal untuk mengutarakan segala kebenaran yang telah ia kuasai. Ia selalu ingin menasihati dan menaklukkan orang lain. Namun, tatkala seorang manusia memiliki sikap bijak, ia merasa bodoh dan berupaya untuk dapat menaklukkan dirinya sendiri.
Kekuatan seorang manusia akan paripurna manakala ia memiliki kekuatan tenaga dan kekuatan jiwa. Dengan kata lain, ia memiliki kekuatan fisikal dan spiritual, taat beribadah seraya berhiaskan kemuliaan akhlak.
Salah satu indikator kekuatan spiritual seseorang adalah manakala ia mampu berbagi dengan orang lain. Ia mampu merasakan penderitaan orang lain, kemudian, ia mampu menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu meringankan beban orang lain. Dengan kata lain, kemampuan melaksanakan sedekah, memberi kepada orang lain tanpa pamrih merupakan indikator kekuatan jiwa seseorang.
Kita harus mengakui, mengeluarkan sedekah itu berat. Salah satu buktinya di dalam hati kita sering terjadi perang bisikan antara bisikan untuk mengeluarkan sedekah dan bisikan untuk menahan mengeluarkan sedekah.
Secara jujur harus kita akui, sering terdapat perasaan sayang akan sebagian harta yang kita sedekahkan. Lelah dan sulitnya mengumpulkan harta sering terbayang dan menjadi penghalang dalam mengeluarkan sedekah. Jika kita terkalahkan bisikan yang melarang sedekah, berarti kita menjadi makhluk terlemah. Sebaliknya, jika kita mampu melawan bisikan yang melarang sedekah, dan kita tetap mengeluarkan sedekah dengan ikhlas, berarti kita menjadi makhluk terkuat di hadapan Allah.
Dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi (Sunan At-Tirmidzi, Jilid IV, hadits nomor 3685) disebutkan, ketika Allah usai menciptakan bumi, kondisi bumi terus bergoyang. Kemudian Allah menciptakan gunung sebagai pasaknya, maka bumi menjadi kokoh.
Melihat keadaan tersebut, para malaikat menjadi heran. Kemudian mereka bertanya, “Wahai Tuhanku, adakah makhluk yang lebih kuat daripada gunung?”
Allah berfirman, “Ada, yakni besi.”
Kemudian Allah memperlihatkan segala kekuatan besi kepada para malaikat, dan mereka pun merasa heran. Kemudian mereka bertanya, “Wahai Tuhanku, adakah makhluk yang lebih kuat daripada besi?”
Allah berfirman, “Ada, yakni api.”
Kemudian Allah memperlihatkan segala kekuatan api kepada para malaikat, dan mereka pun merasa heran. Kemudian mereka bertanya, “Wahai Tuhanku, adakah makhluk yang lebih kuat daripada api?”
Allah berfirman, “Ada, yakni air.”
Kemudian Allah memperlihatkan segala kekuatan air kepada para malaikat, dan mereka pun merasa heran. Kemudian mereka bertanya, “Wahai Tuhanku, adakah makhluk yang lebih kuat daripada air?”
Allah berfirman, “Ada, yakni angin.”
Kemudian Allah memperlihatkan segala kekuatan angin kepada para malaikat, dan mereka pun merasa heran. Kemudian mereka bertanya, “Wahai Tuhanku, adakah makhluk yang lebih kuat daripada semuanya?”
Allah berfirman, “Ada, yakni hamba-hamba-Ku yang mengeluarkan sedekah. Mereka mengeluarkan sebagian hartanya dengan tangan kanan, seraya tangan kiri tidak mengetahuinya (bersedekah dengan ikhlas).”
Selain menjadi makhluk terkuat, orang-orang yang mampu mengeluarkan sedekah juga akan menjadi manusia sehat. Stephen Post, salah seorang guru besar di Stony Brook University melaporkan, kebiasaan bersedekah telah terbukti meningkatkan manfaat kesehatan pada penderita penyakit kronis
Studi lainnya yang dilakukan Doug Oman dari University of California (1999) menemukan hasil, orang-orang yang rutin membantu tetangga dan teman memiliki risiko kematian lebih rendah selama periode lima tahun daripada mereka yang tidak suka membantu orang lain.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Rachel Piferi dari Universitas John Hopkins dan Kathleen Lawler dari University of Tennessee (2006) menemukan keterkaitan antara kebiasaan memberi dengan tekanan darah seseorang. Berdasarkan riset, mereka yang rutin bersedekah memiliki tekanan darah lebih rendah daripada yang tidak.
Selain kesehatan, kebahagiaan akan diperoleh orang-orang yang rutin bersedekah dengan ihklas, tanpa pamrih. Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw sudah menjamin akan hal ini.
Sebagai penutup dari tulisan ini tidak ada salahnya jika kita mencermati peribahasa Tiongkok Kuno berikut ini.
“Jika Anda ingin kebahagiaan selama satu jam, silakan tidur siang. Jika Anda ingin kebahagiaan selama satu hari, pergilah memancing. Jika Anda ingin kebahagiaan selama satu tahun, warisi kekayaan. Jika Anda ingin kebahagiaan seumur hidup, bantulah orang lain.”.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.