Proses Afiksasi (Imbuhan Prefiks) Pada Cerpen Mei Tak Pernah Bisa Menulis Karya Ahda Imran
Sastra | 2022-12-01 15:45:56Afiksasi adalah salah satu pokok bahasan yang terdapat dalam morfologi. Afiksasi salah satu proses dalam pembentukan dalam kata turunan baik berkategori verba berkategori nomina maupun berkategori ajektiva. (Chaer, 2008:106). Afiksasi memberikan makna yang lebih kompleks pada suat kata dasar. Penempatan afiks pada kata dasar disesuaikan dengan posisinya menjadi prefiks, sufiks, dan infiks. Pengertian dari prefiks adalah imbuhan yang diletakkan di awal atau di depan suatu kata dasar, sehingga prefiks sering juga disebut sebagai awalan. Jenis-jenis prefiks adalah imbuhan ber-, me-, per- se- di-, ke-, dan ter-.
Pada artikel ini akan di fokuskan dengan penggunaan imbuhan Prefiks pada cerpen Mei Tak Pernah Bisa Menulis karya Ahda Imran. Afiks pembentuk nomina sejauh yang akan dipakai pada Cerpen Mei Tak Pernah Bisa Menulis ini ada Prefiks (-Ke. -Se. -Ber, -Me, -Ter).
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan dalam bentuk pembahasan dan dijelaskan dalam bentuk pembahasan, Prefiks yang terdapat pada cerpen Mei Tak Pernah Bisa Menulis ialah sebagai berikut:
1. meN- atau meng- Prefiks meN- atau dapat disebut juga dengan prefiks meng- adalah varian prefiks yang digunakan untuk menerangkan kata kerja pada bentuk kata dasar yang telah mendapatkan afiksasi prefiks. Pada penelitian ini prefiks meN- atau meng- yang ditemukan adalah dengan varian-varian prefiks pembentuk kata kerja men-, mem-, meny-, meng-.
“Menghadang dan menyeret orang mati itu keluar”.
Kata menghadang merupakan varian prefiks meN- (meng-) dengan komposisi kata meliputi varian prefiks men- dan bentuk kata dasar hadang sehingga membentuk kata menghadang dan memiliki makna berupa kegiatan mempertahankan, mengawal, mengasuh, melindungi, dan lain sebagainya.
2. ber- Sama halnya dengan varian prefiks meN- (meng-), varian prefiks ber- pun diimbuhkan didepan bentuk kata dasar untuk membentuk verba atau kata kerja. Prefiks ber- memiliki varian di antaranya be- dan bel-. Penggunaan prefiks ber- pada bentuk kata dasar dapat menerangkan bentuk kepemilikan, pemakakaian, menghasilkan, dan lain-lain. Pada varian ini tidak ada syarat peleburan huruf konsonan seperti varian meN- (meng-).
“Yang tinggal hanya sebatang pohon itu,tumbuh bersama ingatan mey”.
Pada kata bersama pun memiliki struktur prefiks ber- dan bentuk kata dasar sama, kata bersama sendiri memiliki makna lain seperti berbarengan.
3. ter- Sama halnya dengan prefiks meN- (meng-) dan ber-, prefiks ter- pun diimbuhkan didepan bentuk kata dasar untuk membentuk verba atau kata kerja. Prefiks ber- memiliki varian di antaranya te- dan tel-. Penggunaan prefiks ter- pada bentuk kata dasar dapat menerangkan bentuk yang paling atau dapat pula menerangkan keadaan dalam kegiatan, telah dialami, dan lain-lain. Pada varian ini tidak ada syarat peleburan huruf konsonan seperti yang terdapat pada varian meN- (meng-). Hal lain yang diperhatikan ialah prefiks ter- dengan varian te- dan tel- akan memiliki makna kesanggupan untuk melakukan sebuah hal jika didahului kata tidak atau berakhiran (sufiks) –kan.
“Ini pernah terjadi ketika bapak membunuh kucing kesayangan mey”.
Pada kata terjadi dibentuk berdasarkan prefiks ter- dan bentuk kata dasar jadi, hal tersebut membuat kata terjadi memiliki makna sebagai telah melakukan dari sebuah hal, namun berkenaan dengan kata yang mendahuluinya adalah pernah, maka hal tersebut dapat dimaknai sebagai sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau.
Itulah penjelasan singkat mengenai Afiksasi yang terfokus pada Imbuhan Prefiks dan contoh kutipan yang terdapat pada cerpen Mei Tak Pernah Bisa Menulis karya Ahda Imran. Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan informasi yang bemanfaat bagi para pembaca.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.