Aplikasi Teori Struktur Fungsional Radcliffe-Brown dalam Penyajian Tari Saman
Edukasi | 2022-11-25 16:03:32Teori Struktur Fungsional Alfred Radcliffe-Brown
Alfred Reginald Radcliffe-Brown adalah antropolog Inggris yang lahir di Sparkbrook, Birmingham, Inggris pada tanggal 17 Januari 1881 dan wafat di London, Inggris pada tanggal 24 Oktober 1955. Ia mengembangkan suatu teori yang disebut dengan teori struktur fungsional. Teori ini melihat masyarakat sebagai suatu sistem kompleks yang setiap bagian atau strukturnya memiliki tugas, fungsi, dan perannya masing-masing untuk menciptakan stabilitas dan solidaritas. Ia berteori bahwa setiap individu berperilaku sosial untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur sosial masyarakat sendiri dapat diartikan sebagai seluruh jaringan dari hubungan-hubungan sosial yang ada, dan seluruh struktur tersebut berhubungan secara fungsional dalam menciptakan keseimbangan sistemik masyarakat itu sendiri.
Radcliffe-Brown “meminjam” konsep ini dari biologi. Ia menganalogikan masyarakat seperti tubuh manusia yang memiliki organ-organ. Jika salah satu dari organ ini memiliki kecacatan dalam fungsi, maka kesehatan tubuh secara keseluruhan akan terganggu.
Mengenal Tari Saman dan Unsur-Unsurnya
Tari Saman adalah tarian tradisional yang berasal dari Suku Gayo, Provinsi Aceh. Sejak 24 November 2011, Tari Saman ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Asal usul dan sejarah dari tarian ini cukup rancu. Hal ini disebabkan oleh penyampaiannya yang dilakukan secara lisan, sehingga bukti tertulis mengenai asal usul Tari Saman tidak banyak ditemukan. Akibatnya, terdapat beberapa versi menganai asal muasal tarian ini. Versi pertama menyatakan bahwa Tari Saman bersumber dari kesenian “pokane” asal masyarakat Gayo Lues yang mengandalkan tepukan tangan dan tepukan tangan ke paha sembari benyanyi. Versi selanjutnya menyatakan bahwa Tari Saman dibawa oleh seorang ulama yang bernama Syekh Muhammad as-Samman ke Gayo Lues pada abad ke-16. Tari Saman mengandung makna sopan santun, pendidikan, kepahlawanan, dan kekompakan yang menggambarkan nilai-nilai masyarakat Aceh, khususnya Suku Gayo.
Tari Saman adalah tari beregu yang dilakukan dalam posisi duduk bersimpuh di lantai atau tanah, dengan kedua kaki yang terlipat menjadi tumpuan penari. Aspek gerak pada Tari Saman meliputi gerakan tepuk tangan, gerak guncang, kirep, lingang, dan surang-saring yang ditarikan secara harmonis. Secara spesifik, gerak pada Tari Saman meliputi tepukan kedua tangan ke dada, tepukan satu tangan ke bagian dada dan tangan satunya ke bagian paha, petikan ibu jari dan jari tengah (kertip), serta gerakan badan dan tangan yang dinamis dan seiring dengan nyanyian lagu.
Pola lantai Tari Saman adalah berupa garis lurus (horizontal). Para penari duduk bersimpuh dan berjajar membentuk barisan yang memanjang ke samping dengan jarak yang rapat hingga bahu penari satu dan lainnya saling bersentuhan. Biasanya, badan para penari akan bergerak dan berganti tumpuan seiring berjalannya tarian. Misalnya, dari yang awalnya duduk bersimpuh, kemudian bertumpu pada lutut dan meninggikan badannya, kemudian kembali ke posisi awal. Hal ini biasanya dilakukan tanpa mengubah pola lantai horizontal mereka. Kalau pun ada pergeseran pada pola lantai, bentuknya tetap akan kembali ke pola lantai awal.
Seperti tarian lainnya, para penari Saman juga menggunakan beberapa properti. Adapun properti tersebut antara lain:
1. Bulung teleng atau tengkuluk, semacam penutup kepala berwarna hitam dengan hiasan sulaman benang.
2. Baju kerawang, baju adat khas Gayo dan celana penjang dengan hiasan sulaman.
3. Sarung dengan motif batik Gayo yang dililitkan di bagian pinggang (di luar celana panjang).
4. Stagen untuk mengencangkan baju.
5. Sabuk untuk menutupi stagen yang melingkari pinggang penari.
6. Topong gelang dan sapu tangan yang dikenakan di tiap pergelangan tangan penari.
Selain tepukan tangan, ciri khas dari Tari Saman adalah lantunan syair berbahasa Gayo yang dinyanyikan oleh para penari maupun pengiringnya. Secara umum, terdapat lima macam nyanyian yang digunakan pada Tari Saman, yaitu:
1. Regum, yaitu pembukaan Tari Saman berupa tiruan bunyi yang diikuti dengan lantunan kalimat pujian.
2. Dering, yaitu regum yang diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan penari pada bagian tengan barisan.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan dengan suara panjang, tinggi, dan melengking yang biasanya menjadi tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Menganalisis Tari Saman dengan Teori Struktur Fungsional Radcliffe-Brown
Di bagian sebelumnya, sudah dipaparkan mengenai struktur-struktur besar Tari Saman, dimulai dari komposisi gerak, pola lantai, properti, hingga iringan. Tampak jelas bahwa elemen-elemen tersebut memiliki hubungan satu sama lain. Selain itu, semua struktur juga memiliki fungsinya masing-masing. Contohnya adalah tata rias yang menunjang ekspresi dari para penari dan iringan yang berfungsi sebagai patokan ritme dan tempo dari penari. Jika salah satu struktur tarian mengalami kecacatan, tentu Tari Saman tidak dapat disajikan secara maksimal.
Karena Tari Saman adalah tari berkelompok, setiap individu juga membentuk suatu keutuhan struktur yang saling berhubungan dan fungsional. Artinya, kekompakan para penari adalah unsur kunci dalam tarian ini. Jika salah satu individu membuat kesalahan, seperti kehilangan keseimbangan atau terlambat bergerak, keseluruhan performa Tari Saman berpotensi mengalami kegagalan. Hal ini penulis lihat sendiri dalam perlombaan Tari Saman di kota asal penulis. Kala itu, suatu tim gagal mempertahankan gelar juara karena salah satu penari membuat kesalahan gerakan dan memicu penari lainnya untuk melakukan kesalahan yang sama dan beruntun. Maka, dapat disimpulkan bahwa kesalahan dan kegagalan penari untuk menjaga keseimbangan antara unsur tari lainnya berdampak negatif pada penyajian tari secara keseluruhan.
Narasi tersebut sesuai dengan teori struktur fungsional Radcliffe-Brown. Ia menyebutkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang memiliki struktur-struktur di dalamnya, dan seluruh struktur tersebut harus menjalankan fungsinya masing-masing untuk menciptakan atau menjaga kedamaian dan kestabilan sistem. Berdasarkan tulisan di atas, sudah jelas dibuktikan bahwa teori struktur fungsional Radcliffe-Brown dapat digunakan sebagai paradigma untuk menganalisis kebudayaan, dalam hal ini kesenian Tari Saman.
Referensi
Anonim. (2022). Alfred Radcliffe-Brown. Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_Radcliffe-Brown
Dewi, R. S. (2012). Keanekaragaman Seni Tari Nusantara (1st ed.). Balai Pustaka.
Malarsih. (2004). Aplikasi Teori Struktural Fungsional Radcliffe-Brown dan Talcot Parsons pada Penyajian Tari Gambyongan Tayub di Blora Jawa Tengah. Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni, 5(1), 1–11. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/825/758
Setyaningrum, P. (2022). Tari Saman: Gerakan, Pola Lantai, Properti, Iringan dan Makna. Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2022/08/23/073358878/tari-saman-gerakan-pola-lantai-properti-iringan-dan-maknanya?page=all
Urry, J. (2000). Sociology Beyond Societies: Mobilities for the Twenty-First Century. Routledge.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.