Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Peluang Kebaikan Menghapus Keburukan

Agama | Tuesday, 22 Nov 2022, 05:06 WIB

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan orang yang melakukan amal-amal buruk (dosa) kemudian mengerjakan amal-amal baik (saleh), bagaikan seorang yang memakai baju besi sempit sehingga membuatnya terhimpit. Ketika dia mengerjakan satu amal baik, maka perisai (baju besi) itu terasa agak longgar sedikit. Selanjutnya ketika dia mengerjakan satu amal baik lainnya, maka baju besi tersebut terasa makin longgar, hingga orang itu meninggal dunia." (HR Ahmad dari Uqbah bin Amir).

Dari perumpamaan tersebut kita pahami bahwa melakukan amal buruk itu bagaikan orang yang memakai baju besi yang makin menghimpit dan membelit tubuh hingga makin sesak. Makin sering berbuat buruk, maka baju besi itu akan makin membuat sesak tubuhnya. Dengan kata lain, hasil dari amal buruk adalah kesempitan, dan kesengsaraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, orang yang melakukan amal baik setelah melakukan berbuat buruk, maka ibarat orang yang mengendurkan himpitan baju besinya. Makin bertambah kebaikannya makin longgar pula baju besinya. Apa arti sebenarnya?

Hasil dari berbuat baik tidak lain adalah kelapangan, kemudahan, dan kebahagiaan. Hal-hal yang diimpikan banyak orang.

Dalam buku berjudul 'Perumpamaan-perumpamaan dari Nabi SAW' terbitan Tinta Medina, L. Nihwan Sumuranje menulis bahwa memang tidak ada orang yang seratus persen terbebas dari kesalahan. Pada suatu ketika, Umar bin Khaththab ra pernah memberikan pendapatnya. Beliau berkata bahwa manusia akan diketahui potensi kesalahannya melalui tiga kesempatan. Pertama, apabila telah lama bertetangga dengannya. Kedua, ketika melakukan perjalanan jauh dengannya. Ketiga, apabila berurusan terkait uang.

Dari ketiga poin krusial itu ada potensi-potensi kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada diri kita. Bisa jadi karakter asli seseorang akan dapat terpampang lebih nyata jika berurusan dengan tiga hal tersebut.

Orang yang bertakwa, seperti termaktub dalam Al-Qur'an, bukan berarti orang yang tidak pernah berbuat salah sama sekali, tetapi adalah orang yang tidak mau melanjutkan kesalahannya itu baik bagi dirinya sendiri apalagi jika berdampak buruk bagi orang lain.

"dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui." (QS Ali Imran : 135)

Berikhtiar memperbanyak kebaikan dalam bentuk apa pun dan di mana pun semoga dapat menghapus atau paling tidak, meminimalkan keburukan yang pernah kita perbuat. Selama nafas masih menyatu dengan badan, semoga kita mau dan mampu untuk terus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. Ternyata, salah satu kunci rahasia penghapus keburukan adalah dengan berbuat kebaikan. Tentu saja kebaikan yang selaras dengan tuntunan Islam. Mudah-mudahan, lantaran kebaikan itu kita mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image