Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Kata Imam Bukhari, Inilah Tatakrama Kehidupan Yang Harus Kita Laksanakan (1)

Agama | Friday, 18 Nov 2022, 08:23 WIB

Muara akhir dari ibadah yang kita laksanakan adalah terbentuknya akhlak yang mulia. Secara sederhana, akhlak dapat diterjemahkan tatakrama. Orang yang rajin ibadah shalat, zakat, shaum, dan ibadah lainnya, tak akan berarti apa-apa di hadapan Allah manakala ia berakhlak jelek , tak memiliki tatakrama, berakhlak jelek dalam pergaulan antar sesama manusia.

Seseorang yang pintar, berilmu tinggi, berwawasan luas, dan terkenal kecerdasannya, ilmunya tak akan berarti apa-apa manakala tak disertai dengan hiasan adab atau akhlak yang baik. Para ulama ahli ilmu menyatakan, adab atau akhlak yang mulia, tatakrama antar sesama makhluk Allah harus didahulukan daripada penguasaan terhadap ilmu.

Adab atau akhlak merupakan ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Kita diwajibkan untuk mengkaji adab atau akhlak yang kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata.

Berkenaan dengan hal tersebut, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim yang lebih terkenal dengan panggilan Imam Bukhari menyusun sebuah kitab khusus tentang adab atau akhlak. Kitab tersebut ia beri judul Al Adabu al Mufrad. Kitab ini terdiri dari 644 Bab, 1322 hadits.

Meskipun secara singkat tulisan ini akan menguraikan adad-adab yang terdapat dalam kitab tersebut. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan dan menjadikan tulisan ini sebagai ilmu yang bermanfaat. Amin.

1. Hadits tentang berbakti kepada kedua orang tua

سَأَلْتُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ، قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي

“Aku bertanya kepada Nabi saw, ‘amal apakah yang paling dicintai Allah?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Shalat pada awal waktu. Aku bertanya, ‘Apa lagi?’ Rasulullah saw menjawab, ‘berbuat baik kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya, ‘Apa lagi?’ Rasulullah saw menjawab, ‘jihad fi sabilillah’. Rasulullah menyampaikannya kepadaku, sekiranya aku meminta tambahan kepadanya, maka niscaya beliau akan menambahnya untukku.”

Kandungan hadits

1. Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw dalam hadist tersebut adalah Abdullah Ibnu Mas’ud

2. Kita harus senantiasa mencari dan melaksanakan amal-amal yang paling dicintai Allah

3. Terdapat tiga amal yang paling dicintai Allah, yakni shalat pada waktunya; berbakti atau berbuat baik kepada kedua orang tua; dan jihad fi sabilillah.

Penjelasan Singkat

Satu hal yang menarik dari hadits tersebut, Rasulullah saw menempatkan jihad fi sabilillah berada pada tingkatan yang ketiga setelah melaksanakan ibadah shalat dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Hal ini dapat dimaknai sebelum melaksanakan jihad fi sabilillah kita harus memperbaiki hubungan kita dengan Allah (ibadah mahdhah) dan perbuatan baik antar sesama manusia (ibadah ghair mahdhah). Dengan kata lain, sebelum kita melaksanakan jihad fi sabilillah baik dengan harta, tenaga, bahkan jiwa, kita harus memperbaiki kondisi spiritual dan sosial kehidupan kita.

Dalam hadits lain dikisahkan, seorang pemuda meminta izin untuk ikut bergabung bersama pasukan Rasulullah saw untuk berjihad membela agama Allah. Rasulullah saw merasa bangga dengan maksud dan tekad pemuda tersebut. Sebelum mengizinkannya, Rasulullah saw bertanya kepada pemuda tersebut, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”

“Ada, ya Rasulullah saw. Mereka berdua sudah sangat tua.” Jawab pemuda tersebut.

“Jika mereka berdua kau tinggalkan, siapa yang menjaga mereka berdua?” Lanjut Rasulullah saw.

“Tidak ada, ya Rasulullah.” Jawab pemuda tersebut.

“Kalau begitu, pulanglah kamu. Bahagiakanlah mereka berdua. Berjihadlah di sisi keduanya.” Demikian jawab Rasulullah saw.

Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Seseorang datang, seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku datang ke sini untuk ikut berjihad bersama Anda. Aku datang ke sini dalam keadaan kedua orang tua saya menangis.’ Maka beliau bersabda, ‘Kamu harus pulang lagi, temui kedua orang tuamu, buatlah mereka tertawa, sebagaimana engkau membuat mereka menangis.’ “ (H. R. Ahmad, Abu Daud)

Singkatnya, betapa besar pahala berbakti atau berbuat baik kepada kedua orang tua, pahalanya setara dengan jihad fi sabilillah. Keridaan Allah berada dalam keridaan kedua orang tua. Demikian pula murka Allah berada dalam kemurkaan kedua orang tua.

Dalam hadits kedua dari kitab Al Adabu al Mufrad disebutkan,

رِضى الرَّبِّ في رِضَى الْوَالِدِ ، وسَخَطُ الرَّبِّ فِيْ سَخَطِ الْوَالِدِ

“Keridaan Allah berada dalam keridaan kedua orang tua. Demikian pula murka Allah berada dalam kemurkaan kedua orang tua.”

Cisurupan Garut, Medio November 2022

Ilustrasi : Berbakti kepada orang tua (sumber gambar : republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image