Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhevy Hakim

Festival Musik Berdendang Bergoyang Vs Hijrah Festival

Gaya Hidup | Thursday, 17 Nov 2022, 16:18 WIB

Festival Musik “Berdendang Bergoyang” Vs Hijrah Festival

Oleh: Dhevy Hakim

Sifat manusia yang mudah jenuh dan cepat lelah dalam beraktifitas menjadikan manusia butuh yang namanya hiburan. Berbagai macam hiburan yang dapat manusia pilih, mulai dari hal yang sederhana dengan bercengkerama bersama keluarga ataupun melakukan ibadah hingga hiburan yang merogoh kocek seperti rekreasi, menonton film di bioskop, melihat konser dll.

Berharap dengan menghibur diri, manusia bisa melepas rasa capek, jenuh, bosan hingga stress. Namun bagaimana jika niat memilih hiburan justru menghantarkan pada persoalan baru? Tentu semestinya memilih hiburan yang seperti ini patut ditinjau ulang.

Beberapa waktu lalu misalnya ada sebuah konser music "Berdendang Bergoyang" di Istora Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat memanas menjadi ricuh hingga terjadi korban yakni banyak penonton yang pingsan. Hingga akhirnya festival music tersebut yang semestinya berlangsung selama tiga hari dihentikan oleh aparat.

Menurut keterangan Kapolres, Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin konser tersebut dihentikan karena overcapacity dari perizinan tiket konser hanya untuk 10.000 penonton tapi di lapangan berkali lipat penontonnya hingga 21.000 orang. Kepadatan penonton tentu secara otomatis mudah menyulut terjadinya kericuhan apalagi dalam kondisi mereka berjoged. Bahkan disinyalir oleh aparat beredar minuman keras. Namun rupanya potensi terjadinya kericuhan dan kemaksiatan ini tidak diperhitungkan sehingga perizinan pun tetap diberikan.

Di sisi lain adanya festival seperti Hijrah Fest yang jelas-jelas tidak ada potensi kericuhan maupun kemaksiatan justru dilarang pelaksanaannya. Hijrah Fest sejak awal dimotori oleh artis-artis yang berhijrah memeluk islam kaffah kenyataannya sudah jelas berisi kegiatan yang mengundang ustadz-ustadz kondang dalam rangka mengajak kawula muda supaya termotivasi dalam hiduonya berubah lebih baik dan semangat untuk melakukan hal-hal yang positif.

Tentu wajar jika sebagian dari kaum muslimin merasa heran, ada apa dan kenapa perlakuan pada kedua event festival ini sungguh berbeda. Satunya diberi izin sedangkan yang satunya dilarang pelaksanaannya. Padahal jelas pelaksanaan Hijrah Festival memberi dampak positif pada generasi bangsa ini.

Ataukah memang sejatinya ada aura phobia pada islam sehingga setiap acara yang berbau islam sekalipun itu baik dan berdampak positif kemudian dilarang? Jika demikian berarti pertanyaan yang mesti dijawab adalah generasi macam apa yang layak untuk meneruskan estafet perjuangan bangsa ini? Apakah generasi yang hedonis hanya berhura-hura saja.

Sejatinya baik festival music maupun hijrah festival sama-sama merupakan kegiatan yang bisa dipilih untuk melepas penat. Namun bagi kita yang mau berfikir logis, hiburan yang berfaedah dan tidak menimbulkan persoalan baru tentu yang dipilih. Lebih lanjut Negara dalam hal ini menjadi pihak yang berkewajiban untuk menjaga generasi bangsa supaya tidak terpengaruh pada hal-hal yang negative. Pemerintah semestinya menjamin lingkungan yang kondusif sehingga senantiasa memastikan setiap hiburan yang ada adalah hiburan yang mendidik.

Wallahu a’lam bi showwab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image