Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syaifan Noor Hakim

Ribuan peserta Meriahkan Sufi Coffe Festival di Dayah Sufi Muda

Wisata | Sunday, 13 Nov 2022, 10:42 WIB

Ribuan peserta dari nusantara dan mancanegara menghadiri Sufi Coffe Festival yang berlangsung 11- 13 November 2022, pagi hingga sore di Dayah Sufi Muda Bener Meriah.

Festival ini diikuti peserta yang kesemuanya adalah jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah murid dari Abuya Sayyidi Sykeh Ahmad Sufi Muda.

Peserta telah hadir kelokasi mulai tanggal 10 november, dan bermalam di dekat lokasi acara dengan memasang tenda. Kegiatan yang dilakukan para jamaah diacara ini, selain festival kopi adalah tawajuh bersama, kuliah alam (kuliah umum) dan makan bersama dan penggalangan dana untuk korban banjir di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh.

Dalam festival akbar ini, peserta dibagi kedalam tujuh (VII) kontingen, kesemuanya menampilkan dan menyuguhkan racikan kopi terbaik dengan varian yang tidak terbatas, racikan kopi ini diperlombakan dan penyaji kopi dengan cita rasa terbaik tampil sebagai pemenang.

Namun, bukan hanya cita rasa kopi yang ditampilkan dan diperlombakan, tetapi juga kuliner tradisional, kuliner khas dari masing – masing wilayah di Aceh dan nusantara, kue – kue tradisonal, juga makanan – makanan tradisonal yang dimasak dan diolah lansung dilokasi acara, seperti kuah tuhee, adee, gutel, lepat, apam, keukarah, buleukat boh drien, cagruek, timphan, leupek, museukat dan berbagai makanan tradisional lainnya.

Sayyid Muniruddin Ali, selaku Program Director Sufi Coffee Festival mengatakan bahwa kopi memang identik dengan sufi, sufi lah yang memperkenalkan dan mempopulerkan kopi keseluruh dunia, dibuatnya festival ini terkait dengan itu. Kisah bahwa kopi itu identik dengan sufi dimulai dari kisah seorang sufi yaitu Syaikh Abul Hasan As-Syadzili, beliaulah sufi penemu biji kopi pertama.

Pada suatu malam, dalam perjalanan uzlah (mengasingkan diri untuk berzikir), Syaikh Abul Hasan As-Syadzili (1197-1258) yang berusaha menghindari binatang buas, naik ke sebuah batang pohon. Di pohon itu dia menemukan biji-bijian tumbuh disitu. Anehnya, rasa kantuknya hilang setelah ia memakannya.

Besoknya, dia membawa biji-bijian itu sebagai makanan penghilang rasa kantuk sepanjang jalan. Setelah kering, biji itu ia panggang dengan api dan sajikan dengan minuman. Itulah kopi yang untuk pertama kali tersajikan secara sempurna dan menjadi minuman para sufi.

Kata Kopi sendiri awalnya berasal dari Bahasa Aab yaitu qahwa, yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. QAF adalah "quut" (makanan). HA adalah "huda" (petunjuk). WAWU adalah "wud" (cinta). HA adalah "hiyam" (pengusir rasa kantuk). Itulah QAHWAH, coffee, kopi. Kemudian, dari Yaman, melalui para sufi, pelancong, peziarah, pedagang, yang turut serta membawa ajaran Islam, keharuman kopi kemudian merebak ke seluruh dunia, menuju benua biru Eropa, Amerika, dan ke negeri kita Indonesia, sehingga akhirnya mendunia

Menurut sejarawan William H Uker dalam magnum opus-nya, All About Coffee (1922), kata ‘kopi’ mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an. Kata tersebut diadaptasi dari bahasa Arab, qahwa , melalui lisan Turki, kahveh.

Dari istilah Arab ini lantas lahir kata koffie dalam bahasa Belanda, café dalam bahasa Perancis, caffè dalam bahasa Italia, coffee dalam bahasa Inggris, kia-fey dalam bahasa Cina, kehi dalam bahasa Jepang, dan kawa dalam bahasa melayu.

Karena kopi ini dipoplulerkan pertama sekali oleh para sufi, maka kopi itu punya nilai spiritualitas yang tinggi, kopi itu energi bagi para sufi untuk berzikir intensif kepada Rabb-Nya, kopi ini juga punya nilai sosial yang tinggi yaitu persaudaraan, silaturahmi dan kekompakan, lanjut Sayyid Munir, yang juga salah seorang Presidium KAHMI Aceh, trainer nasional dan penulis buku Bintang Arasy dari Timur.

Rosmanidar yang datang dari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dan Abi Sanusi yang datang dari Provinsi Bangka Belitung mengatakan sangat senang sekali bisa hadir dan ikut serta dalam festival kopi para sufi ini, kedua peserta ini mengatakan bahwa mereka mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga dari acara ini.

“Kami mendapatkan semuanya sekaligus, pengalaman spiritual, kepuasan ruhani, batiniah melalui tawajuh, kepuasan intelektual dan pengetahuan baru melalui kuliah alam dan juga persaudaraan, kegembiraan yang sangat natural dan alami sekali melalui acara festival kopi, ujar Abi Sanusi yang datang dari Bangka Belitung.

"Acara Sufi Coffee festival ini akan diadakan setiap tahun, tentu dengan peserta yang akan terus bertambah, tahun ini ribuan peserta, tahun depan tidak tertutup kemungkinan akan dihadiri oleh puuhan ribu bahkan ratusan ribu peserta, kali ini festival ini kita adakan di Aceh, dan tahun depan bisa jadi festival Kopi ini akan kita adakan di London”, tutup Sayid Munir.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image