Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Berdendang Bergoyang dan Harapan Pemuda Cemerlang

Musik | Wednesday, 02 Nov 2022, 14:47 WIB

Pernahkah kita perhatikan lebih banyak mana antara pemuda yang duduk di majelis ilmu dibandingkan dengan konser musik kesayangan? Tak diragukan lagi, jumlah pemuda di tempat konser selalu lebih banyak. Seperti yang terjadi di acara kemarin.

Berdendang Bergoyang Dihentikan

Dilansir dari laman Republik.co.id (30/10/2022), konser bertajuk Berdendang Bergoyang yang sedianya digelar selama tiga hari dari Jumat (28/10) sampai dengan Ahad (30/10) harus berhenti oleh pihak kepolisian dan tidak diperkenan menggelar kegiatan di hari terakhirnya. Hal ini dilakukan karena over kapasitas pengunjung yang menyebabkan kericuhan. Pihak panitia pun meminta maaf dan janji merefund tiket 100 persen.

Pihak kepolisian mengatakan akibat kelebihan kapasitas, banyak pengunjung berdesakan dan jatuh pingsan. Padahal kapasitas tempat konser itu hanya bisa diisi oleh 10 ribu massa, namun fakta di lapangan ada sekitar 20 ribu di hari pertama konser digelar.

Pihak kepolisian juga sudah memberikan rekomendasi untuk mengurangi jumlah panggung dari lima menjadi tiga, mengurangi jumlah penonton sampai batas maksimal 10ribu dan menambah petugas kesehatan. Namun, hal ini tidak dilakukan. Sehingga kepolisian menghentikan konser berdendang Bergoyang di hari terakhirnya.

Kesiangan

Bak pahlawan kesiangan, konser baru dihentikan setelah korban jatuh pingsan. Aparat sudah melihat sejak hari pertama adanya ketidaksesuaian antara yang dikatakan panitia tentang jumlah pengunjung. Jumlahnya bahkan Over kapasitas 100 persen. Venue yang harusnya maksimal diisi 10ribu, faktanya dijejali massa hingga 20ribu orang.

Harusnya aparat yang sudah berpengalaman mengurusi perijinan tempat seperti ini bisa mengantisipasi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah tiket yang terjual. Pihak penyelenggara tentu ingin untung sebagaimana ekonomi kapitalisme mengajarkan kita untuk mengeluarkan modal sekecilnya demi untung sebesarnya. Poin keselamatan ditaruh setelah keuntungan dan manfaat materi.

Mirisnya tak hanya masalah Over kapasitas, tapi konser musik ini pun disertai dengan kemaksiatan Terbukti dengan ditemukannya minuman keras di lapangan. Inilah fun yang para pemuda masa kini cari. Bersenang-senang dengan bebas tanpa menghiraukan keselamatan dunia dan akhirat. Walau mereka paham bahaya yang datang saat berjejalan dalam konser juga menenggak minuman keras.

Harapan Pemuda Cemerlang

Kegiatan fun yang diwarnai maksiat banyak diijinkan. Sementara acara kajian yang penuh dengan keberkahan sering dilarang. Tak pahamkah aparat mana yang lebih berbahaya diantara hidup bebas, menenggak miras dengan datang ke majelis ilmu yang dinaungi para malaikat yang mulia?

Kalau berbicara manfaat, apa sajakah manfaat yang bisa didatangkan oleh konser musik? Kesenangan sesaat dengan ikut meluapkan rasa saat sama-sama bernyanyi, aktualisasi diri dengan memposting di media sosial, bagi penyelenggara tentu keuntungan materi yang didapat. Bagaimana dengan mudharatnya? Pingsan karena kehabisan nafas saat berjejalan di tengah banyak orang, terinjak di tengah kerumunan, meninggalkan sholat, rawan pelecehan, dan lainnya.

Apakah ini membawa pada pemenuhan akan harapan pemuda yang cemerlang? Tidak. Itulah wajar jika kini generasi saat ini lebih banyak yang layu dibanding yang cemerlang. Bahkan sedihnya dikatakan generasi strawberry, saking mudahnya ia berubah menjadi busuk.

Berbeda dengan kajian, majelis ilmu, majelis agama. Di dalamnya terdapat aktivitas berpikir, mencerdaskan umat, mengangkat taraf berpikir yang awalnya hanya memikirkan diri sendiri lambat laun memikirkan sesama, yang awalnya hanya memikirkan pemenuhan perut dan sejengkal di bawah perut berubah menjadi memikirkan perubahan dunia yang lebih baik. Sebagaimana Rasulullah saw menempa para sahabat dengan halqoh di rumah Arqom bin Abi Arqom. Keimanan dipupuk, taraf berpikir diangkat, karakter pejuang dan pemenang dibentuk.

Sehingga lahirlah para kesatria yang cerdas dan cemerlang. Bukan hanya cerdas otaknya tapi indah tingkah lakunya, kuat karakternya. Sebutlah Mush'ab bin Umair sang duta Islam, Usamah bin Zaid sebagai panglima termuda. Inilah pemuda yang dirindu di dunia dan akhirat.

Peran Penguasa

Inilah bedanya peran penguasa zaman sekarang dengan saat islam diterapkan sebagai sistem kehidupan. Dalam kapitalisme, penguasa diberikan tugas sebagai supervisor. Ia memantau jalannya negara tanpa diijinkan terjun langsung mengurusi urusan rakyatnya. Sehingga kita lihat banyak pihak swasta baik asing atau lokal berlomba ikut proyek yang mengurusi kebutuhan rakyat.

Sementara dalam Islam, penguasa adalah raain atau pengurus atau pembantu rakyatnya. Di tangan para penguasa kewajiban mengurusi urusan rakyatnya, termasuk memenuhi kebutuhannya akan keamanan dan pendidikan. Dengan tujuan yang sama seperti masa Rasulullah saw, negara wajib membina pemuda menjadi generasi yang tangguh dan cemerlang.

Tak hanya itu, negara juga wajib mengalihkan kegiatan yang dipenuhi kemaksiatan dan kesia-siaan menjadi kegiatan yang penuh keberkahan. Sehingga harapan lahirnya generasi pemuda yang tangguh, beriman, cemerlang bukan hanya sekedar harapan tapi bisa menjadi kenyataan.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image