Pagelaran Wayang Kulit
Sastra | 2022-10-28 11:34:01Pagelaran wayang yaitu pertunjukan wayang yang dimainkan oleh Ki Dalang dan biasanya membawakan suatu cerita pewayangan yang dibawakan pada acara-acara tertentu. Selain itu, Pagelaran wayang termasuk sebuah pertunjukan yang unik dengan banyak peralatan yang terlibat di dalamnya. Ada peralatan utama maupun yang bersifat penunjang antara lain terdiri dari wayang, kotak, cempala tangan, cempala kali, keprak, kelir atau layar, debog atau batang pohon pisang, blencong atau pelita, dan gamelan.
Wayang berasal dari bahasa Jawa yang artinya "Bayangan" adalah seni pertunjukan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Sunan Kalijaga merupakan seorang wali yang pertama kali menciptakan wayang dari kulit lembu.
Satu pagelaran wayang bisa memakan waktu yang lama, sampai 9 jam. Yang dimainkan oleh Ki Dalang, artinya tukang cerita. Dalam pertunjukan, wayang yang dimainkan oleh seorang Ki Dalang menceritakan beragam kisah raja, ksatria, raksasa, dan putri.
Pagelaran wayang juga dapat dipandang sebagai pertunjukan teater total, artinya menyajikan aspek-aspek seni secara total. Mulai dari seni drama, seni musik, seni gerak tari, seni sastra, dan seni rupa.
Filosofi yang terkandung dalam pagelaran wayang, melambangkan makhluk Tuhan (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda mati). Simpingan kanan dan kiri melambangkan sifat baik dan buruk manusia. Kotak melambangkan gerak paru-paru yang berkaitan dengan napas (hawa/nyawa) mansia. Kecrek melambangkan aliran darah (rah/roh) yang berkaitan dengan jantung manusia.
Ada nilai universal yang terdapat pada filosofi wayang itu meliputi : Empati (caring), Kejujuran (Trustworthiness), Saling Menghargai (Respect), Tanggung Jawab (Responsibility), Keadilan (Fairness), dan Loyal pada Negara (Citizenship). Maka dari itu, wayang dinilai cocok untuk menjadi sarana edukasi dan hiburan juga kepada masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.