Ulasan Buku 'Tafsir Kebahagiaan'
Eduaksi | 2022-10-27 13:17:38
Setiap segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ditetapkan oleh-Nya. Namun, kita tidak tahu takdir hidup kita akan berjalan dan berakhir seperti apa. Tugas kita, sebagai manusia, berusaha sekuat tenaga agar bisa meraih hal terbaik yang akan mengantarkan kita ke gerbang kebahagiaan, dunia maupun di akhirat.
Melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya menjadi cara terbaik bagi kita untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan hidup. Tentu, setiap orang mendambakan hidupnya diwarnai dengan kebahagiaan atau keberuntungan.
Siapa kira-kira orang yang berhasil meraih keberuntungan dalam hidup ini? Orang-orang yang beruntung menurut Al-Qur’an adalah mereka yang bertakwa kepada Allah, beramar makruf-nahi mungkar, yang timbangan amal salehnya berat, beriman kepada Nabi Muhammad saw. dan menolong agamanya, mengikuti petunjuk Al-Qur’an, yang menuruti ajakan Nabi, memberikan hak-hak fakir miskin, dan ibnu sabil, tidak berkasih-kasihan dengan musuh-musuh Allah, yang menyucikan jiwanya, menjauhi setan, mengingat nikmat-nikmat Allah, banyak berzikir kepada Allah, bertobat kepada-Nya, terjaga dari sifat kikir. Semua timbangan amal mereka berat. Merekalah yang akan mendapatkan keuntungan di dunia maupun akhirat (hlm. 17-18).
Menjalani hidup di dunia, kita akan diuji dengan dua hal. Yakni, ujian yang berupa kesusahan dan ujian yang berwujud kesenangan. Mungkin sebagian orang bertanya-tanya, mengapa hal-hal yang menyenangkan itu termasuk ujian hidup? Bukankah yang namanya ujian hidup itu segala hal yang sifatnya menyedihkan atau membuat jiwa merasa menderita karenanya?
Ada penjelasan menarik yang saya baca dalam buku “Tafsir Kebahagiaan” yang ditulis oleh Dr. Ahsin Sakho Muhammad, bahwa musibah bisa terkait dengan kebaikan, juga dengan keburukan. Karena jika musibah itu berupa keburukan, maka orang yang tertimpa musibah akan merasakan kepahitannya. Jika terkait dengan kebaikan maka orang tersebut harus bersyukur atas kebaikan tersebut. Sikap bersyukur merupakan sikap yang lebih susah. Tidak setiap orang mampu melakukannya. Oleh karena itu, tertimpa kebaikan juga suatu musibah.
Dr. Ahsin Sakho Muhammad menjelaskan, bencana atau malapetaka yang menimpa manusia bisa terbagi dua. Pertama, bencana karena dosa dan keengganan manusia menerima ajaran Allah sebagaimana yang menimpa kaum-kaum terdahulu. Kedua, bencana yang menimpa manusia untuk menguji keimanan dan kesabaran manusia tanpa didahului oleh dosa. Bencana model pertama disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut penjelasan ringkasnya:
Faktor pertama, kejahatan kemanusiaan. Inilah yang dilakukan oleh Fir’aun. Dia takabur, sombong, merasa paling tinggi, menceraiberaikan masyarakat (devide et impera) sehingga tidak ada satu kekuatan yang dominan dalam masyarakat yang bisa menjungkalkan kekuasaannya, membunuh bayi lelaki dari kelompok Bani Israil, dan yang paling sesat adalah mengaku dirinya sebagai tuhan. Inilah bentuk keangkuhan kekuasaan yang paling berbahaya.
Fator kedua, melecehkan simbol-simbol keagamaan. Inilah yang sering dilakukan para umat terdahulu. Mereka mengejek utusan Allah, mendustakan mereka, membikin makar, bahkan membunuhi para utusan Allah.
Faktor ketiga, kejahatan seksual. Hal ini seperti perilaku seks yang menyimpang yaitu homoseksual, sebagaimana yang dilakukan kaum Nabi Luth. Mereka sudah tidak segan lagi dan secara terang-terangan melakukan hal tersebut.
Faktor keempat, kejahatan ekonomi. Seperti mengurangi timbangan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nabi Syu’aib. Bukan sekadar itu, mereka juga mengganggu dan menyakiti orang yang lewat, menghambat manusia yang mencari kebenaran, di samping penyembahan mereka kepada selain Allah.
Masih ada dua faktor lagi yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam buku ini, yakni faktor pengingkaran terhadap nikmat-nikmat Allah, dan faktor menantang Tuhan. Terbitnya buku “Tafsir Kebahagiaan” terbitan Qaf (2019) ini sangat bagus dijadikan sebagai bacaan yang dapat membantu umat Islam merenungi atau introspeksi diri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
