Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mushlihatun Syarifah

Mengulas Profesi Content Creator dalam Pembelajaran IPS Materi Ekonomi Kreatif

Guru Menulis | Wednesday, 26 Oct 2022, 12:35 WIB

Mendidik generasi sekarang untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Generasi sekarang adalah generasi yang lahir dengan teknologi yang berkembang pesat. Mereka sangat terampil menggunakan berbagai macam aplikasi. Kemajuan dan kecepatan informasi teknologi bisa mereka ikuti dengan baik.

Peluang ini harus bisa ditangkap dan menjadi ide bagi guru untuk menentukan strategi pembelajaran di kelas. Mendidik generasi yang dekat dengan teknologi tentu tidak sama dengan generasi terdahulu. Kita tidak bisa menggunakan cara yang sama untuk memperoleh hasil yang berbeda. Guru harus mampu untuk memilih metode dan media yang tepat untuk generasi ini.

Berbagai tantangan muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, terlebih ini merupakan kondisi berbeda yang dialami oleh guru. Salah satu tantangan yang muncul adalah keterbatasan pengetahuan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi dan informasi yang dimiliki oleh guru terutama guru senior. Namun di balik tantangan tersebut, ada praktik baik tentang pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan informasi bagi guru maupun siswa. Mengutip dari Panduan Internet untuk guru, manfaat yang dapat diberikan oleh teknologi dalam proses pembelajaran adalah (1) proses sinkronous dan asinkronous antara guru dan siswa, (2) terdapat persamaan pengamatan dan persepsi siswa dan guru dengan bahan ajar daring, (3) membangkitkan semangat belajar siswa dengan suasana belajar daring, (4) menyajikan informasi belajar secara konsisten, berkualitas, dan dapat diulang penggunaannya sesuai dengan kebutuhan belajar mengajar, (5) menyajikan informasi tanpa batas, dan (6) Menyajikan informasi menarik. (sumber: https://gln.kemdikbud.go.id).

Pembelajaran dengan menggunakan teknologi juga digunakan untuk melatih peserta didik tentang pemanfaatan smartphone secara positif. Siswa diajarkan untuk menggunakan teknologi seperti smartphone dengan lebih optimal, tidak hanya sekedar untuk belajar tetapi juga sebagai penunjang keterampilan hidup atau life skill. Proses pembelajaran tersebut selaras dengan salah satu materi pelajaran IPS untuk kelas 9 di SMPN 8 Salatiga yaitu pembelajaran dengan materi Ekonomi Kreatif. Materi ini sangat menarik untuk dibahas karena dekat dengan keseharian kita. Sub sektor ekonomi kreatif yang berjumlah 14 bisa memantik ide kreatif dan inovatif bagi siswa.

Selama proses pembelajaran, guru memberikan proyek yang menuntut peserta didik untuk mengeluarkan ide-ide kreatif dan inovatif. Melalui pembelajaran berbasis proyek ini, peserta didik berperan sebagai content creator untuk membuat iklan produk sesuai pilihan mereka. Guru membuat rambu-rambu sederhana sebagai berikut: durasi iklan berkisar 1 – 3 menit, bebas memilih produk yang mau diiklankan, tidak mengandung unsur pornografi dan menyinggung SARA. Durasi pengerjaan proyek adalah dua minggu sejak tugas diberikan.

Saat diberikan proyek ini, siswa sangat senang karena mereka dapat menggunakan smartphone dalam kegiatan pembelajaran. Saat ini smartphone merupakan benda wajib yang harus dimiliki oleh siswa. Jika biasanya mereka menggunakan smartphone sekedar untuk chatting Whatsapp, membuka media sosial, bermain game dan lain-lain, diharapkan melalui pembelajaran berbasis proyek content creator ini dapat memantik ide-ide kreatif dari para siswa. Mereka juga didorong untuk belajar secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan informasi terkait detail tugas yang diberikan dan berbagai pilihan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengerjakan proyek. Guru memberikan kebebasan bagi para siswa untuk memilih berbagai aplikasi tersebut. Siswa bisa menggunakan TikTok, CANVA, Kinemaster, Cap Cut, Filmora, VivaVideo, dan lain-lain. Sesuai yang telah diperkirakan sebelumnya, siswa tidak perlu diajari untuk menggunakan aplikasi tersebut karena mereka sudah bisa. Ketika ada yang perlu dipelajari, mereka juga bisa mencari sendiri di internet. Siswa hanya perlu menuangkan ide kreatif untuk menciptakan sebuah iklan yang menarik dan membuat konsumen tertarik untuk membelinya.

Setelah dua minggu, siswa mengumpulkan tugas iklan produk. Iklan dikumpulkan dalam berbagai bentuk dan melalui berbagai platform. Ada yang menandai (tag) guru di TikTok, melampirkan link Youtube, mengirim dalam bentuk video, mengunggah di Instagram dan lain-lain. Iklan yang mereka hasilkan sangat bagus dan menginspirasi banyak orang. Ide-ide yang semula tidak kita bayangkan bisa mereka tuangkan dalam bentuk visual. Melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek tersebut, tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

Tujuan pembelajaran materi ekonomi kreatif salah satunya adalah menganalisasi hubungan antara ekonomi kreatif dengan industri kreatif. Saat siswa membuat iklan, secara tidak sadar mereka belajar tentang teori dan cara mempromosikan sesuatu agar menarik dan orang mau untuk membeli. Berperan sebagai content creator telah memberikan pengalaman bagi para siswa untuk menjadi pelaku ekonomi kreatif. Mereka dapat memberikan ide kreatifnya untuk memasarkan produk agar dapat bersaing dengan produk lain dalam industri kreatif.

Ketika menjadi content creator, siswa belajar dengan lebih baik. Ilmu dan informasi masuk secara optimal saat mereka mempraktikkan langsung semua informasi yang semula hanya teori dari buku. Berbagai kesulitan saat menjadi content creator akan mereka pecahkan seiring dengan proyek pembuatan iklan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran berbasis proyek tersebut dapat menyiapkan generasi dengan profil pelajar Pancasila yang dapat mencari solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi.

Beberapa dimensi dalam profil pelajar Pancasila dapat dicapai siswa melalui proyek menjadi content creator ini. Dimensi mandiri dicapai melalui usaha dari mereka untuk mempersiapkan materi iklan yang akan dibuat karena ini proyek individu maka kemandirian akan sangat terlatih disini. Selain dimensi mandiri juga tercapai dimensi bernalar kritis, sebagai seorang content creator harus mengolah informasi yang ada sehingga pesan iklan dapat tersampaikan dengan mudah.

Salah satu dimensi yang paling terasah dan paling kelihatan adalah kreatif. Melalui proyek membuat iklan harus mengeluarkan ide-ide kreatif yang berbeda dengan produk lain sehingga konsumen yang melihat iklan akan tertarik dan berminat untuk membelinya. Ide kreatif dapat muncul dari anak-anak yang sering mengerjakan tugas berbentuk proyek.

Setelah proyek selesai dan hasil iklan dikumpulkan, langkah selanjutnya yang dilakukan guru adalah menayangkan beberapa hasil iklan untuk didiskusikan bersama-sama. Terjadi berbagai pendapat, masukan dan saran dari teman-teman sekelasnya. Guru sebagai fasilitator bertindak sebagai mediator untuk sesi diskusi ini. Selanjutnya bersama-sama membuat kesimpulan tentang proyek iklan yang telah selesai dikerjakan.

Lebih lanjut untuk memastikan siswa mencapai tujuan pembelajaran, di akhir pembelajaran guru melaksanakan refleksi. Kegiatan pembelajaran refleksi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang materi ekonomi kreatif yang telah diberikan. Kemudian untuk melengkapi pencapaian tujuan pembelajaran, guru membuat latihan soal dalam bentuk Google Form yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Penulis:

Mushlihatun Syarifah, M.Pd.

Guru IPS SMPN 8 Salatiga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image