Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ajija Ulfah Harahap

Adab Berteman dalam Kitab Hidayatus Salikin Karya Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani

Agama | Tuesday, 25 Oct 2022, 13:56 WIB
Naskah kuno atau manuskrip adalah hasil tulisan yang berisi infornasi mengenai budaya bangsa yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Naskah kuno banyak bercerita mengenai tingkah laku, kebiasaan, dan budaya masyarakat Provinsi.

Naskah kuno juga bisa diartikan warisan budaya yang berisi beranekaragam teks karya cipta masyarakat lama yang dapat digunakan untuk penelitian keagamaan, falsafah, kesejarahan, kesusastraan, kebahasaan, persoalan adat istiadat, perundang-undangan dan kajian-kajian dengan sudut pandang yang lain. Jadi, dapat disimpulkan naskah kuno atau manuskrip adalah segala bentuk hasil karya manusia yang berbentuk tulisan yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun, yang harus dilestarikan dan dirawat sedemikian rupa guna memberikan informasi kepada generasi berikutnya. Salah satunya adalah kitab Hidayatus Salikin karya Abdus Shamad Al-Palimbani.

Kitab Hidayatus Salikin yang ditulis Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani dalam bahasa Melayu pada tahun 1192 H/1778 M, sering disebut sebagai terjemahan dari Kitab Bidayah al-Hidayah karya Imam Al-Ghazali. Tetapi di samping menerjemahkannya, Syaikh Abdus Shamad juga membahas berbagai masalah yang dianggapnya penting di dalam buku itu dengan mengutip pendapat Imam Al-Ghazali dari kitab-kitab lain dan para sufi yang lainnya. Dalam kitab ini beliau menyajikan suatu sistem ajaran tasawuf yang memusatkan perhatian pada cara pencapaian ma’rifah kesufian melalui pembersihan batin dan penghayatan ibadah menurut Syariat Islam.

Kitab Hidayatus Salikin merupakan uraian dari kitab Bidayatul Hidayah, yaitu ringkasan kitab Ihya Ulumuddin karangan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Berisikan berbagai amalan berdasarkan Al-Quran, Hadist dan pendapat para ulama. Dalam penyusuan kitab ini, pengarang membagi kepada Muqaddimah dan 7 bab serta diakhir dengan penutup. Isi kitab ini berjumlah 190 halaman.

Manusia ditakdirkan hidup untuk tidak sendiri. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang senang dengan kebersamaan. Jalan hidup manusia tak ada yang sama. Tapi, sadarkah, setiap manusia butuh teman untuk melengkapi hidupnya?

Karena pentingya bersosialisasi dan berteman, kita tidak boleh semena-mena terhadap teman ada beberapa hal atau adab yang harus kita perhatikan.

Dalam Hidayatus Shalikin, Syekh Abdus Shamad mengutip dari karangan Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah tentang adab dalam berteman, yaitu :

1. Mendahulukan teman dengan memberi harta, sekalipun kita sangat membutuhkan.

2. Bila tidak mampu berbuat demikian, berikan sesuatu yang lebih dari kebutuhan diri bila temannya berkehendak.

3. Memberikan pertolongan secepat mungkin kepada teman untuk mencapai tujuannya, sekalipun teman tidak minta tolong.

4. Menutup rahasia.

5. Menutup aib teman.

6. Bila ada orang yang mengatakan aib temannya, jangan didengar.

7. Apabila mendengar orang memuji teman atau mendengar sesuatu yang menyenangkannya, sampaikanlah hal itu kepadanya.

8. Apabila si teman memberi kabar,dengarkanlah dengan sungguh-sungguh.

9. Jangan suka berdebat.

10. Panggilah nama temanmu dengan nama kesenangannya.

11. Apabila teman berbuat baik, bersyukurlah dan berterima kasih kepadanya.

12. Melarang orang yang mencela teman yang tidak ada (ghibah).

13. Memberi nasihat kepada teman dengan lemah lembut.

14. Memaafkan kesalahan teman.

15. Mendo’akan kepada teman waktu shalat, atau diwaktu qunut, baik masih hidup atau sudah mati.

16. Hendaklah berbuat baik kepada keluarga teman.

17. Jangan membebani teman untuk melaksanakan suatu hajatagar senang hatinya.

18. Menyatakan gembira atas keberhasilan teman dan sedih atas musibahnya.

19. Memberi salam ketika bertemu dengan teman.

20. Bila teman datang di suat majelis, berilah tempat yang luas untuknya.

21. Antarkan bila teman bangkit.

22. Diamlah bila teman berkata.

23. Tidak mencampuri perkataannya.

Dari semua penjelasan ini, kita mesti membuat teman kita gembira, bukan membuat mereka benci. Jika kita menginginkan hubungan kita dengan teman bisa akrab baik dalam pekerjaan, agama, menuntut ilmu dan lain sebagainya, Syekh Abdus Shomad memberi tips memilih teman yaitu:

1. Orang yang berakal. Karena menurut beliau musuh yang berakal lebih baik dari pada teman yang tidak punya akal, karena jika berteman dengan teman yang tidak punya akal, akan terjadi pertengkaran dan sakit hati.

2. Orang yang baik kelakuan dan perangainya. Jangan berteman dengan orang jahat, yaitu orang yang tidak mampu mengendalikan amarah dan hawa nafsu.

3. Bertemanlah dengan orang shaleh.

4. Jangan berteman dengan orang yang sangat cinta kepada dunia.

5. Hendaklah berteman dengan orang yang jujur, bukan dengan orang pendusta.

Menurut Syekh Abdus Shomad, manusia itu terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Seperti makanan yang tidak disukai.

2. Seperti obat yang hendak diminum waktu sakit, sedang waktu sembuh tidak diinginkan.

3. Seperti penyakit yang tidak dikehendaki oleh seluruh orang.

Kemudian beliau juga mengatakan teman itu terbagi menjadi, yaitu sebagai berikut :

1. Teman bagi akhiratmu. Maka jangan engkau pelihara di dalamnya melainkan agama.

2. Teman bagi dunia. Maka jangan engkau pelihara di dalamnya melainkan perangai yang baik dan pekerjaan yang membawa kebajikan.

3. Teman bagi berbaik-baikan dengannya. Maka jangan engkau pelihara di dalamnya melainkan terhindar dari tipu daya dan kejahatannya.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kita harus menjaga persaudaraan dengan teman. Awal mula kita berkenalan, kemudian saling memahami, selanjutnya saling membantu sesame teman. Islam juga mengajarkan kita bahwa sesama muslim itu bersaudara. Jika satu saudara kita sakit, maka kita semestinya juga ikut merasakan itu dan membantunya. Islam juga mengajarkan kita untuk memahami perasaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image