Tiga ragam dakwah sudah sering kita lakukan, kita tidak boleh melupakan ragam dakwah keempat
Agama | 2022-10-20 10:31:10Selepas menyerahkan bendera pasukan muslim kepada sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. menjelang perang Khaibar, Rasulullah saw berpesan, “Utuslah anggota pasukanmu kepada mereka, penduduk Khaibar. Ajaklah mereka untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, memeluk Islam, dan ajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban mereka sebagai hamba Allah. Seseorang mendapatkan hidayah Allah melalui ajakanmu (dakwahmu) itu lebih baik daripada perniagaan yang baik, banyak, dan mengutungkan” (Syaikh Muhammad Ramadhan al Buthy, Fiqhu Siratu Nabawiyah, hal. 423).
Dari sepenggal riwayat perjalanan dakwah Nabi saw kita dapat mengetahui betapa besarnya pahala mengajak dan mengajarkan kebaikan. Mangajak dan mengajarkan kebaikan, pada saat ini lebih kita kenal dengan istilah dakwah. Hanya saja, dakwah di kalangan orang awam sering dipersempit dengan istilah ceramah atau pidato. Lebih sempit lagi, agar “dakwah” yang disampaikan seorang da’i laku, ia harus menyampaikannya dengan penuh selera humor, kalua perlu sekocak mungkin agar mampu mengocok perut para pendengar.
Jika dakwah hanya dibatasi dengan ceramah atau pidato, mungkin hanya sebagian orang yang mampu melakukannya, sebab tidak semua orang mampu berbicara dengan penuh gaya di hadapan khalayak. Hal ini akan berarti pula akan banyak orang yang tidak memperoleh pahala dakwah, sebab mereka tak memiliki kemampuan berbicara atau berpidato di depan khalayak. Lebih kasihan lagi orang yang tunawicara, ia secara fisik tidak akan mampu berdakwah sama sekali.
Karenanya, secara istilah dakwah bukanlah ceramah atau pidato. Setiap aktivitas mengajak dan mengajarkan kebaikan berdasarkan tuntunan Allah dan Rasul-Nya tergolong kepada dakwah. Mengajak dan mengajarkan kebaikan tidak mesti via ceramah, bisa pula dilakukan via cara lainnya misalnya tulisan.
Pada saat ini dakwah via tulisan merupakan dakwah yang paling banyak tantangannya. Dalam hal ini, tulisan bisa diperluas dengan ragam media sosial beserta ragam isinya baik gambar, foto, maupun video.
Kehadiran beragam media sosial tersebut merupakan area dakwah sekaligus area “peperangan” yang begitu luas dan terbuka. Perang antara kebenaran melawan kebatilan sering kita saksikan bahkan kita alami. Merupakan suatu perbuatan bijak jika pada saat ini kita telah mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah.
Itulah dua ragam dakwah yang telah sering kita praktikan. Kini untuk melatih keterampilan melaksanakan kedua dakwah tersebut telah banyak lembaga pelatihan yang menyelanggarakan pelatihan retorika dan pelatihan keterampilan menulis baik untuk media sosial maupun pelatihan menulis secara umum.
Jika kita tidak memiliki kemampuan melakukan dakwah dengan kedua ragam dakwah tersebut, kita masih bisa melakukan ragam dakwah ketiga, yakni dakwah melalui perbuatan. Kita dapat mengajak orang lain melakukan kebaikan dengan cara kita melakukannya terlebih dahulu. Misalnya, kita telah terbiasa mengeluarkan sedekah sebelum kita mengajak orang lain untuk mengeluarkan sedekah. Kita sudah terbiasa melakukan shalat berjamaah sebelum mengajak orang lain melakukannya.
Dakwah dengan perbuatan nyata akan lebih berdampak kuat daripada dakwah hanya dengan retorika dan rangkaian kata-kata dalam pidato dan tulisan. Rasulullah saw dan para sahabatnya lebih sering melaksanakan dakwah melalui pemberian contoh nyata yang baik daripada sekedar dakwah dengan gaya retorika yang memukau. Namun tentu saja akan lebih menarik lagi jika kita berdakwah dengan memiliki kemampuan retorika yang bagus, rangkaian kata yang indah dalam menulis, dan sekaligus kita telah melaksanakan perbuatan baik yang kita jadikan bahan dalam ceramah dan tulisan.
Jika kita sudah melakukan ketiga ragam dakwah tersebut atau kita sudah melakukan salah satunya, selayaknya kita tidak meninggalkan ragam dakwah yang keempat, yakni do’a. Aktivitas berdo’a dapat dilakukan pada setiap saat. Kekuatannya dapat menembus ke segala arah dan penjuru tanpa terhalang batas-batas negara, cuaca, situasi, dan batasan apapun. Do’a laksana angin yang bisa berhembus ke arah mana saja dan dapat dirasakan hembusannya oleh semua orang.
Setelah kita melakukan ketiga ragam dakwah sebagaimana yang telah dipaparkan jangan lupa untuk segera berdakwah melalui ragam dakwah keempat, yakni do’a. Kita hanya memiliki kemampuan mengajak dan mengajarkan kebaikan, sementara yang membolak-balikkan hati manusia, membuka, dan memberi hidayah hanya Allah semata. Alangkah bijaknya jika kita memohon kepada Allah agar membukakan hati dan memberi hidayah kepada orang-orang yang kita ajak untuk berbuat kebaikan.
Ketika kita melihat seseorang atau sekelompok orang sedang melakukan perbuatan dosa dan nista, pernahkah kita memperingatkan mereka untuk segera meninggalkan perbuatan tersebut? Jika jawabannya pernah atau tidak pernah karena tidak memiliki kekuatan untuk memperingatkannya, pernahkah kita memohon kepada Allah untuk memberi hidayah kepada mereka agar mereka bertaubat, segera kembali ke jalan yang benar?
Ketika Rasulullah saw melihat potensi kekuatan yang dimiki Umar bin Khattab dan Amr bin Hisyam alias Abu Jahal, ia mengajaknya masuk Islam. Mereka berdua bukan menerimanya dengan baik, namun sebaliknya mereka berdua menolak dan mencerca ajakan yang dilakukan Rasulullah saw.
Rasulullah saw tak berputus asa, ia terus mengajak mereka berdua untuk mengikuti ajaran Islam, sampai akhirnya ia mengajak mereka berdua masuk Islam menjadi bagian dari kekuatan Islam melalui do’a yang ia panjatkan kepada Allah.
“Ya Allah perkuatlah kemuliaan Islam dengan salah satu dari dua orang ini menurut kehendak-Mu, yakni Amr bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar bin Khattab” (H. R. At-Tirmidzy, Sunan at Tirmidzy, Juz IV, hadits nomor 4032).
Allah mengabulkan do’a Rasulullah saw, salah seorang dari mereka berdua menjadi pembela Islam yakni Umar bin Khattab r.a. Sementara Abu Jahal menjadi penentang Islam sampai akhir hayatnya.
Jika pada saat ini kita sudah melakukan beragam dakwah untuk mengajak kepada kebaikan, menyadarkan orang-orang yang berkubang dalam perbuatan nista dan dosa, selayaknya kita tidak hanya mengandalkan kekuatan retorika, rangkaian indah kata-kata dalam tulisan, dan pemberian contoh yang baik saja. Kita pun harus memohon kepada Allah agar membukakan hati mereka, melembutkan hati mereka agar condong kepada perbuatan baik, dan segera keluar dari kubangan perbuatan nista dan dosa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.