Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Fatoni

Seminar Peningkatan Kompetensi Pengajar Bahasa Arab

Eduaksi | Monday, 17 Oct 2022, 06:13 WIB

Metode lebih penting dari materi dan guru lebih penting dari metode itu sendiri. Demikian adagium yang popular di kalangan pengajar. Artinya, sebagus seperti apa pun materi akan gagal jika metode yang digunakan tidak tepat. Sementara, tidak ada suatu metode tertentu lebih unggul dari ragam metode lainnya. Maka penting kiranya seorang pengajar memiliki jiwa inovatif dan kreativitas tinggi untuk memanfaatkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi sesuai kebutuhan dan psikologi perkembangan peserta didik. Begitu pula dalam pengajaran bahasa Arab.

Dalam rangka itulah program studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Malang (PBA-UMM) mendatangkan seorang pakar manajemen pendidikan bahasa Arab dari Arab Saudi, Dr. Shalih Abdullah al-Syatsry, yang dikemas dalam sebuah seminar bertajuk “Tarqiyatu Fa’āliyyati Idārati Barnāmiji Ta’līm al-Lughat al-‘Arabiyyah” di Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang, 19 Oktober beberapa waktu yang lalu.

Pakar manajemen pendidikan bahasa Arab dari Arab Saudi, Dr. Shalih Abdullah al-Syatsry (dua dari kiri) sebagai narasumber dalam seminar di Universitas Muhammadiyah Malang.

Kegiatan ini diselenggarakan dengan sasaran pengajar bahasa Arab di lingkungan Prodi Pendidikan Bahasa Arab UMM. Pada kegiatan ini, banyak hal penting yang dibahas, antara lain, perlunya peningkatan efektivitas pengajaran, buku ajar yang sesuai perkembangan peserta didik, dan metode yang tepat sasaran, Terkait buku ajar, misalnya, selama ini menjadi keluhan sebagian besar para pengajar bahasa Arab karena banyak yang tidak sesuai dengan tingkat usia peserta didik.

Bahkan, dalam sesi dialog, ada peserta seminar yang mengeluhkan soal buku ajar yang dianggapnya terlalu berat dipahami karena mengandung kosa kata yang terlalu asing bagi peserta didik. Selain itu, banyak pengajar bahasa Arab yang terlalu mementingkan gramatika yang rumit sehingga memakan waktu relatif lama untuk menguasai bahasa Arab.

Pada akhir acara, Dr. Shalih Abdullah memotivasi para peserta seminar agar terus bersemangat melakukan inovasi dan improvisasi dalam penyampaian materi sehingga pembelajaran bahasa Arab dapat terlaksana secara efektif dan menyenangkan. Umumnya, sementara ini pembelajaran bahasa Arab terkesan sulit, membosankan, dan menakutkan. Itu sebabnya, salah satu alasan utama pendirian prodi Pendidikan Bahasa Arab UMM diikhtiarkan untuk melahirkan tenaga pendidik bahasa Arab yang profesional serta mampu mengubah imej bahwa belajar bahasa Arab itu mudah dan mengasyikkan.

Dalam upaya meningkatkan minat para pebelajar bahasa Arab, pengajar bahasa Arab tanpa terkecuali mutlak menunjukkan profesionalitasnya. Ini dapat ditunjukkan dengan memiliki keahlian bahasa (menguasai materi) dan menguasai strategi dalam menyampaikan ilmunya kepada pebelajar. Berhubung bahasa Arab bukan bahasa ibu bagi orang Indonesia, proses pembelajaran bahasa Arab senyatanya diasuh oleh pengajar yang profesional. Dalam konteks ini, peningkatan kompetensi pengajar bahasa Arab adalah suatu keniscayaan.

Peningkatan kompetensi pengajar bahasa Arab pada gilirannya akan berimplikasi pada meningkatkannya kualitas pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab yang berkualitas tentu akan meningkatkan hasil belajar yang ditandai oleh minat dan penguasaan para pebelajar yang tinggi terhadap bahasa Arab.

Kendati tujuan pembelajaran telah dirumuskan dengan jelas, model pembelajaran yang digunakan telah ditentukan, dan materi ajar telah ditetapkan, semua hal ini tidak menjamin bahwa pembelajaran bahasa Arab akan berhasil secara maksimal. Salah satu faktor yang juga menentukan adalah kompetensi pengajar. Jika pengajar kurang dalam penguasaan linguistik terapan, seperti metode pembelajaran bahasa yang digunakan dan juga penguasaan materi yang diajarkan, maka hasil belajar akan kurang memuaskan.

Mengingat peran pengajar yang sedemikian besar dalam menentukan keberhasilan aktivitas belajar-mengajar dan juga dalam peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Arab secara luas, seorang pengajar bahasa Arab dituntut untuk memiliki seperangkat kompetensi, baik kompetensi paedagogik, profesional, personal maupun sosial, selain penguasaan linguistik Arab.

Jika merujuk pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan, maka model pendekatan menterjemahkan bahasa Arab ke dalam bahasa ibu (grammar and translation method), sebagaimana yang sering dilakukan selama ini, belumlah memadai untuk menjadikan pebelajar mampu menguasai bahasa Arab secara aktif. Tak pelak, model-model pembelajaran bahasa Arab di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Indonesia, memerlukan model-model pembelajaran yang lebih efisien dan inovatif.

_______

Ahmad Fatoni, Pengajar Pendidikan Bahasa Arab FAI-UMM

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image