Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agung Han

Yuk, Mencintai Buah Lokal

Gaya Hidup | Tuesday, 11 Oct 2022, 14:47 WIB
dokumentasi pribadi

Saya berasal dari keluarga sederhana, ayah guru SD dan ibu membuka warung di pasar. Kalau berkunjung ke rumah pakde, ada rasa ciut di benak. Pakde pemilik rumah joglo, dua rumah berdiri berhimpitan dengan megahnya.

Kalau siang hari, di halaman rumah terhampar padi hasil panen. Sementara itu di teras, bertumpuk gabah yang sudah siap dijual. Di belakang dan di samping rumah, masih ada kebun dengan aneka buah-buahan bertumbuh subur. Sungguh, merepresentasikan orang kaya di masa itu.

Sementara anak-anak Pakde, teraput usia beberapa tahun di atas saya. So, tidak ada yang mengajak bermain kalau saya datang. Dan di kemudian hari (sampai dewasa), sebagai saudara sepupu kami tak begitu akrab.

Meski saya pernah berusaha mendekat, tetapi (seolah) ada yang terlanjur berjarak. Kami seperti tidak bisa dipaksakan saling dekat, dan terasa dibuat-buat.

Rumah besar pantas dimiliki priyayi, sangat berbanding terbalik dengan rumah kami. Rumah sangat sederhana, perpaduan separuh papan dan sebagian lainnya tembok. Rumah bagian belakang, dindingnya terbuat dari anyaman bambu.

---

"Sana ke belakang, metik sawo, mangga atau jambu" Bude mencairkan kebekuan

Tawaran yang sangat menarik, menjadi pelepas "mati gaya" selama berkunjung. Saya dan kakak berhamburan, menuju kebun luas di belakang rumah. Kakak memang terkenal jago memanjat pohon, sangat gesit dan pemberani dibanding saya.

Dan pohon mangga menjadi pilihan, selain dimakan satu dua buah sisanya bisa dibawa pulang. Bude membebaskan keponakannya, memetik buah yang disukai. Selain pohon mangga, ada pohon sawo, jambu klutuk,yang lebih banyak adalah pohon kelapa.

Rasa senang tak terganti, ketika pulang bisa membawa buah hasil petik sendiri. Melihat kegemaran kami akan buah-buahan, ayah menanam pohon rambutan dan Jambu di halaman rumah. Ayah mencangkok dari batang pohon jambu di kebun Pakde, di kunjungan berikutnya dipotong dan dibawa pulang.

Jambu biji kaya akan serat, kandungan vitamin A membantu kesehatan mata. Jus jambu biji berkhasiat, membantu penyembuhan demam berdarah dengue. Buah lokal kala itu merajai pasaran, baik dibeli dari pasar atau hasil petik dari pohon sendiri. Harganya sangat terjangkau, tak pikir panjang untuk membeli.

Yuk, Mencintai Buah Lokal

Setelah menikah dan beranak pinak, keluarga kecil saya tinggal di kota penyangga Ibukota. Tak ubahnya Jakarta, rumah di daerah seikitarnya relatif minim pekarangan dan atau daerah resapan. Perumahan dibangun ukuran standar, taman mini mustahil ditanami pohon besar.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah, tak ada jalan kecuali dengan membeli. Kini banyak brand buah, dijual di supermarket dan atau Pasar modern. Mulai iisang, jeruk baby, apel, melon, nanas, buah naga, semangka diberi tempelan label brand. Tanpa sadar menanam kesan di benak konsumen, label Sunpride adalah jaminan buah berkualitas.

Salah satunya, PT. Sewu Segar Nusantara (SSN) atau Sunpride, telah menjalin kerjasama dengan Universitas Padjajaran Bandung dan Asosiasi Logistik Indonesia. Mengembangkan sistem rantai pasok sayuran dan buah, pengembangakan meliputi petani dan kelompok tani.

Menugaskan satu lulusan Fak.Pertanian Unpad, mendampingi kelompok tani binaan Sunpride. Guna penerapan SOP dalam menanam dan pasca panen, penggunaan packing house untuk petani binaan, dan memberi pelatihan bagi petani.

Brand ternama melihat potensi besar, industri Hortikultur Indonesia lebih dikembangkan. Strategi branding yang tepat, menjadi kunci sukses sebuah produk. Konsumsi buah lokal membawa dampak, paling dekat dan nyata adalah membantu petani buah Negri.

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), membutuhkan peran serta dan gandeng tangan semua pihak. Agar produk dalam negri mampu bersaing, dengan gempuran produk luar negeri. Konsumsi dan mencintai buah lokal, ibarat mengejawantah perasaan mencinta negri sendiri. Langkah ini kelihatan kecil, dengan dimulai dari dalam keluarga sendiri.

Yuk, Mencintai Buah Lokal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image