Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Menjaga Kesehatan Mental dengan Menjauhi Hasad

Gaya Hidup | Sunday, 09 Oct 2022, 17:11 WIB

Menjaga Kesehatan Mental dengan menjauhi Hasad

Membicarakan kesehatan mental ibarat sumur tanpa dasar. Isu ini memiliki cabang kajian yang sangat banyak, meliputi kondisi fisik dan mental, meliputi dimensi biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Para ahli, sampai saat ini juga kesulitan untuk menetapkan satu definisi khusus yang disepakati oleh seluruh civitas di seluruh dunia. Maka ragam definisipun muncul untuk menjelaskannya

Mental health does not exist on its own. It is an integral and essential part of overall health, which can be defined in at least three ways – as the absence of disease, as a state of the organism that allows the full performance of all its functions or as a state of balance within oneself and between oneself and one’s physical and social environment (Sartorius, 2002) dalam (Bhugra, Till, & Sartorius, 2013)

Maka secara umum dapat dikatakan bahwa sangat sulit mendefinisikan Kesehatan mental secara ‘sendirian’, tanpe melibatkan dimensi Kesehatan lain dari individu. Ini adalah bagian esensial dan integral penting dari keseluruhan Kesehatan yang dapat didefinisikan setidaknya dalam tiga skema utama yaitu, (1) Tidak adanya penyakit, (2) Kondisi organisme yang mendorong lahirnya performansi terbaik dari seluruh fungsi-fungsi dalam indivdiu dan (3) Kondisi keseimbangan antara individu serta/atau antar individu dan serta keseimbangan dengan kondisi fisik dan lingkungan sosial.

Lebih jauh, Bhugra dkk (2013) menjelaskan bahwa keadaan kesehatan mental menyiratkan bahwa individu memiliki kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan kasih sayang dengan orang lain, untuk tampil dalam peran sosial biasanya bermain dalam budaya mereka dan untuk mengelola perubahan, mengenali, mengakui dan mengkomunikasikan tindakan positif dan pikiran serta untuk mengelola emosi seperti kesedihan. Kesehatan mental memberikan individu perasaan berharga, kontrol dan pemahaman tentang fungsi internal dan eksternal.

Sehingga, mengupas isu soal kesehatan mental, tentunya merupakan bahasan yang panjang dan multidimensi. Namun demikian, bukan berarti harus putus asa dan berhenti. Justru kajian ini perlu terus didalami demi kemaslahatan umat manusia.

Mahluk Ruh

Manusia sebagai mahluk ruh, memiliki dimensi spiritual atau jiwa. Jiwa, seperti halnya jasad fisik, juga berpotensi sehat ataupun sakit. “Kurang sehatnya jiwa” secara umum dapat dibagi dua yaitu gangguan jiwa atuapun penyakit jiwa. Merujuk pada definisi diatas, maka terminologi kesehatan mental meliputi tidak adanya penyakit (khususnya dalam jiwa), jiwa yang siap menghasilkan kinerja perilaku terbaik, dan juga keseimbangan individu dalam pikiran dan hati (qalbu)-nya.

Maka orang yang sehat mental adalah mereka yang mampu menerima keadaan dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain. Mereka ikhlas dengan kondisi dan kepemilikan pribadinya, dibandingkan dengan kondisi dan kepemilikan orang lain disekitarnya, baik itu tetangga maupun anggota keluarganya. Mereka mampu menerima dengan lapang dada keadaan dirinya, tanpa harus membandingkan dengan keadaan orang lain. Individu yang sehat mental seyogianya memiliki empati yang baik, yaitu ikut bersedih ketika orang lain mengalami musibah, dan ikut berbahagia ketika orang lain menerima nikmat.

Penyakit Hati

Tulisan ini secara singkat mengupas salah satu penyakit hati (diantara banyak sekali jenis dan bentuk penyakti hati) yang berpotensi mempengaruhi lesehatan mental individu yang yaitu hasad. Insya Allah, untuk kaitan Kesehatan mental dengan penyakit hati (qalbu) lainnya akan dikupas pada

Hasad

Apa itu hasad? Hasad adalah iri atau dengki. Yakni menginginkan nikmat yang ada pada orang lain. Hal itu menjadi tercela ketika keinginan itu dibarengi harapan untuk hilangnya nikmat dari orang yang dihasadi (Majalah Tasfiyah, Edisi 95 volume 8, 1441 Hijriah).

Maka kondisi ini jelas akan menimbulkan ‘ketidaseimbangan mental’ yaitu mental yang ‘was-was dan kawatir’ dimana orang lain akan memiliki nikmat yang tidak dimilikinya. Cemas orang lain lebih sukses dari dirinya. Rasa ‘panas hati’ melihat rekannya lebih sukses dan memiliki capaian lebih baik dari dirinya. Individu akan dibungkus perasaan yang menyiksa, yaitu kebencian melihat orang lain berhasil meraih pencapaian tertentu.

Maka hasad adalah penyakit hati yang berbahaya, dan memiliki berpotensi mempengaruhi kondisi Kesehatan mental individu. Apa ciri hasad? Jika ada yang lebih unggul daripada dirinya, dia akan merasa berat dan tidak suka. Orang yang terjangkiti hasad akan menghalalkan segala cara untuk menjegal saudaranya. Semua cara dan upaya ditempuh agar nikmat tersebut hilang dari saudaranya (Majalah Tasfiyah, Edisi 95 volume 8, 1441 Hijriah).

Maka sejatinya, individu perlu terus menjaga hatinya, serta berusaha keras membuang sifat dan sikap hasad dalam dirinya. Ia perlu terus ‘berperang’ dengan hawa nafsunya. Ia wajib ‘menolak’ hadirnya bibit-bibit hasad dalam pikirannya, untuk menghindari dosa dan menjaga keutuhan kesehatan mentalnya.

Seperti halnya kesehatan fisik, maka kesehatan mental juga memerlukan usaha ekstra untuk menjaganya. Diperlukan kesinambungan upaya dari individu untuk terus menjadi aura positif dari pikiran dan perasannya. Dibutuhkan konsistensi usaha dari individu untuk ikhlas menerima kondisi dirinya, dan tidak terpengaruh pikiran negatif melihat orang lain mendapatkan kenikmatan.

Hasad Positif (Ghibtah)

Pada kasus tentang hasad ini, ternyata tidak seluruhnya negatf. Terdapat jenis hasad yang positif (para ulama menyebutnya sebagai ghibtah), yaitu hasad terpuji, dengan ciri utama melecut semangat, membakar motivasi dan menambah keinginan dalam berbuat baik tanpa berharap hilangnya nikmat dari saudaranya. Untuk jenis inilah, insya Allah jenis yang justru akan menambah baik kondisi kesehatan mental individu. Ini adalah situasi dimana individu akan menambah semangatnya untuk berbuat baik dan terus menambah kebaikan. Ini adalah dorongan bagi individu untuk terus menambah kedekatan dengan yang menciptakannya.

Akhir kata, berikut adalah petuah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadist Riwayat Bukhari dan Muslim “Tidak ada hasad kecuali pada dua hal: seseorang yang Allah anugerahkan Al Qur’an kepadanya, maka diapun membacanya di malam dan siang hari; dan seseorang yang Allah karuniakan harta kepadanya, maka dia pun menginfakkannya di malam dan siang hari.

References

Bhugra, D., Till, A., & Sartorius, N. (2013). What is Mental Health? International Journal of Social Pschiatry, 3-4.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image