DIGITALISASI PENDIDIKAN: Percepatan Pemerataan Kualitas Pendidikan
Eduaksi | 2022-10-09 13:12:21Jika beberapa dekade lalu sulitnya akses informasi menjadi salah satu faktor kesenjangan, hari ini bisa dijawab dengan digitalisasi. Bermodal akses internet memadai, dari seluruh tempat baik pelosok desa hingga metropolitan bisa mengakses informasi yang sama. Begitu pula sivitas perguruan tinggi di kota besar hingga perguruan tinggi yang berlokasi di desa dapat mengakses informasi up-to-date yang sama. Sehingga pemerataan kualitas pendidikan peluangnya semakin nyata.
Penulis menyimpulkan ada tiga komponen yang mesti dioptimalkan oleh perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kaitannya dengan digitalisasi pendidikan.
Pertama, perangkat akses informasi dari luar yang advance. Misal, perguruan tinggi menyediakan perpustakaan digital untuk akses publikasi ilmiah bereputasi seperti Web of Science (WoS) (https://www.webofscience.com/ atau https://access.clarivate.com/), maupun database penyedia dan akun publikasi ilmiah lainnya seperti ResearchGate, Publons, dan lainnya. Kedua, penyimpanan atau manajemen data perguruan tinggi yang rapi dan terintegrasi dengan stakeholder, misal terintegrasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dimana setiap data mahasiswa, dosen, kagiatan pendidikan, pengabdian, riset, publikasi direkam dengan rapi, dan terkoneksi dengan sistem pemangku kepentingan.
Juga fitur pendukung akademik lainnya, misalnya fitur pembayaran, cetak transkrip, dan lainnya. Sangat lebih baik jika semuaya saling terintegrasi. Ketiga, tersedianya Learning Management System (LMS) yang mumpuni. Pandemi Covid-19 seperti percepatan maupun uji coba sistem belajar online bagi semua penyelenggara pendidikan. Pasca pandemi, perangkat pembelajaran berbasis platform web ini bukan lagi barang langka, melainkan kebutuhan setiap institusi pendidikan. Apalagi saat ini sangat banyak perguruan tinggi yang membuka kelas pendidikan jarak jauh. Ketiga unsur di atas, jika bisa dioptimalkan akan menjadikan world class university.
Performa perguruan tinggi dalam digitalisasi sebenarnya sudah menjadi hal penting sejak lama. Namun semakin diperhatikan akhir-akhir ini. Sebagai contoh, lembaga perangkingan universitas Webometrics (Webometrics Ranking of World Universities). Webometrics diakui sebagai lembaga perangkingan kredibel yang memakai indikator perhitungan volume konten web (jumlah halaman web dan file), dan visibilitas serta dampak publikasi web. Sederhananya, sistem pemeringkatan ini mengukur seberapa kuat sebuah perguruan tinggi hadir di web dengan domain webnya sendiri, sub halaman, file artikel ilmiah, dan lain-lain.
Setiap tahun, Webometrics membuat dua kali rilis pemeringkatan lebih 31 ribu perguruan tinggi dari seluruh dunia, yaitu periode Januari dan Juli. Penulis memperhatikan selama lima tahun terakhir, rata-rata performa perguruan tinggi Indonesia di Webometrics meningkat. Salah satu faktornya dengan hadirnya platform SINTA (Science and Technology Index) yang merekam performa publikasi setiap perguruan tinggi, serta platform-platform digitalisasi pendidikan lainnya yang disedikan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dengan berbagai platform digital yang dikeluarkan pemerintah, memacu perguruan tinggi untuk terus meningkatkan performa publikasi, serta meningkatkan kualitas manajemen data yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan.
Peran pemerintah dalam digitalisasi patut kita apresiasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Namun, tidak cukup hanya peran tunggal saja. Partisipasi seluruh sivitas akademik di masing-masing perguruan tinggi untuk berinovasi juga menjadi kunci penting. Serta peran pihak swasta penyedia jasa platform digitalisasi pendidikan yang terbukti cepat dan praktis dalam membantu membangun dan upgrade sistem. Mereka yang menyediakan fitur-fitur digitalisasi dalam pendidikan seperti Learning Management System (LMS), manajemen data yang terintegrasi dengan stake holder seperti Kemendikbud-ristek.
Misalnya juga, masih banyak perguruan tinggi yang memiliki masalah dalam transaksi keuangan. Mereka masih cenderung transaksi cash yang tentu punya kekurangan. Seperti risiko kehilangan uang, kesalahan penghitungan, maupun potensi penyelewengan distribusi uang. Fitur pembayaran online juga urgen diperlukan oleh institusi penyelenggara pendidikan. Terlebih yang terkoneksi dengan beberapa Bank besar dan beberapa merchant yang popular di masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.