Meskipun salah sasaran, jangan pernah menyesal telah mengeluarkan sedekah
Agama | 2022-10-07 14:37:19Sedekah merupakan sebagian bukti dari keimanan kepada Allah. Seseorang yang telah ikrar meyakini Allah sebagai Tuhannya, ia akan patuh atas segala titah dan perintahnya. Harta dan jiwa siap ia korbankan untuk memenuhi titah dan perintah Allah.
Rida Allah menjadi target utama dari pengorbanan harta dan jiwanya. Ia pun sangat yakin, apapun yang ia keluarkan di jalan Allah tak akan berakhir dengan sia-sia. Selain pahala dan keridaan Allah, penggantian yang berlipatganda atas harta yang ia keluarkan akan ia dapatkan. Tentu saja semua itu akan ia peroleh manakala ia ikhlas dalam melaksanakannya.
Sebaliknya, ia akan merasa berdosa dan hidup menderita manakala ia menolak mengeluarkan sedekah atau mengorbankan jiwanya dalam membela agama Allah. Penderitaan yang sangat pedih akan ia peroleh ketika ajal sudah menjemputnya.
Siapapun orangnya, tatkala ia sudah meninggal dunia akan memohon kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia. Ia ingin berbuat kebaikan, dan kebaikan pertama yang akan ia lakukan adalah mengeluarkan sedekah. Namun sayang sekali, ia mustahil dapat kembali hidup di muka bumi dan mengerjakan amal yang ia cita-citakan.
“Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.’ ”(Q. S. Al-Munafiqun : 10).
Sedekah yang kita keluarkan akan menjadi amal berharga bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Bahkan dari sisi kemanusiaan, kita diperbolehkan mengeluarkan sedekah kepada siapapun, sekalipun berbeda agama dan keyakinan dengan kita.
Singkatnya, siapapun penerima sedekah yang kita keluarkan, kebaikannya akan kembali kepada kita. Dengan kata lain, kita tidak boleh menyesal setelah mengeluarkan sedekah ketika mengetahui agama dan keyakinan penerimanya berbeda dengan kita, bahkan kita pun tak boleh menyesal ketika sedekah kita diterima oleh orang-orang yang senang berbuat maksiat. Namun demikian, tentu saja yang paling baik, utamakan terlebih dahulu orang-orang ahli ibadah dan berakhlak baik sebagai penerima sedekah kita.
Sedekah yang diterima orang-orang yang berlainan agama dan keyakinan dengan kita diharapkan menjadi jalan datangnya hidayah Allah dan menjadi bukti ajaran Islam itu mulia karena kebaikan akhlak para pemeluknya. Demikian pula, sedekah kita yang diterima orang-orang durhaka diharapkan menjadi jalan tergeraknya jiwa mereka untuk bertaubat kepada Allah.
Imam Bukhari, dalam Shahih Al-Bukhari, Kitab Zakat, Bab Idza Tashaddaqa ‘Ala Ghaniyyin Wahuwa Laa Ya’lamu, hadits nomor 1421 membeberkan riwayat orang yang sedekah salah sasaran.
“Malam ini aku akan bersedekah?” Demikian kata seseorang yang gemar bersedekah.
Kemudian ia keluar dari rumahnya dengan membawa uang yang akan disedekahkan. Setelah berkeliling kampung mencari orang yang layak menerima sedekahnya, ia bertemu dengan seorang laki-laki, dan uang sedekah itu diberikan kepadanya.
Keesokan harinya orang-orang membicarakan bahwa sedekah orang tersebut salah sasaran, karena yang menerima sedekahnya ternyata seorang pencuri.
“Ya Allah! Segala puji bagimu. Orang-orang ramai memperbincangkan sedekahku yang salah sasaran. Malam ini aku akan bersedekah lagi.” Gumam orang tersebut.
Seperti biasa, ia berkeliling kampung mencari orang yang layak menerima sedekahnya. Di perjalanan, ia bertemu dengan seorang perempuan, dan uang sedekah itu diberikan kepadanya.
Keesokan harinya orang-orang membicarakan bahwa sedekah orang tersebut salah sasaran, karena yang menerima sedekahnya ternyata seorang wanita pezina.
“Ya Allah! Segala puji bagimu. Orang-orang ramai memperbincangkan sedekahku yang salah sasaran. Malam ini aku akan bersedekah lagi”.
Ketika malam tiba, ia keluar membawa lagi uang untuk disedekahkan. Tanpa susah payah, pada malam itu ia bertemu dengan seorang laki-laki. Dengan segera ia berikan uang sedekah itu kepadanya.
Keesokan harinya orang-orang membicarakan bahwa sedekah orang tersebut tetap salah sasaran, karena yang menerima sedekahnya ternyata orang kaya raya.
“Ya Allah! Segala puji bagimu. Orang-orang ramai memperbincangkan sedekahku yang salah sasaran lagi”.
Kemudian dikisahkan laki-laki tersebut kedatangan seseorang, menurut sebagian riwayat dialah malaikat yang menjelma dalam wujud manusia.
“Kamu jangan menyesal dengan sedekahmu yang salah sasaran. Sedekahmu yang diterima seorang pencuri, mudah-mudahan menjadi jalan baginya untuk berhenti dari perbuatan mencurinya. Sedekah yang diterima oleh seorang wanita pezina mudah-mudahan menghentikan dirinya dari perbuatan zina, dan sedekah yang diterima orang kaya mudah-mudah menjadi pendorong baginya untuk tidak kikir dengan hartanya dan menjadi orang yang gemar melakukan sedekah seperti dirimu.”
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.