Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ari Sudrajat

Mencari Pemimpin Visioner PMII Cabang Tangerang

Pendidikan dan Literasi | Tuesday, 04 Oct 2022, 22:44 WIB
Debat Kandidiat dan Konferensi Cabang Ke-IV PMII Cabang Tangerang (dokpri).

REGENERASI | Kemarin, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tangerang mengadakan debat kandidat. Tahapan untuk memilih pemimpin baru.

Tujuannya jelas, memperluas informasi menyangkut profil, visi, dan misi. Sebagai referensi pemilih. Agar tidak ada tragedi memilih kucing dalam karung. Atau manut titah paduka senior. Ini zaman sudah modern. Tidak ada lagi perintah dan kepentingan senior.

Debat merupakan cara terbaik menjalani persaingan individu secara rasional dan beradab. Baik bagi kandidat maupun pemilih. Dalam perdebatan, akan terlihat mana calon yang paling siap menahkodai perahu untuk mengarungi samudra.

Harus diakui, banyak mahasiswa yang tidak dapat lagi menjalankan fungsi sebagai agen perubahan (agent of change). Kurang begitu tanggap terhadap berbagai persoalan yang ada di sekitar.

Mereka kurang peduli problem sosial. Mulai dari persoalan kampus, daerah, hingga di tingkat masyarakat. Acuh. Jalan sendiri-sendiri. Egois dan tidak peka.

Untuk itu, perlu adanya pemimpin visioner dalam sebuah organisasi. Memiliki peran penting untuk mengarahkan dan mempengaruhi para anggota. Tanpanya, sulit untuk mencapai tujuan organisasi.

Konferensi Cabang PMII Tangerang diharapkan dapat melahirkan pemimpin yang dapat mengelola dan mengatur organisasi. Mencapai tujuan-tujuannya. Mengembalikan peran mahasiswa pada tempatnya: agent of change, juga agent of social control.

Pengurus PMII Tangerang yang baru harus menjadi agent of social control. Kantong-kantong diskusi harus diintensifkan kembali. Membahas segala disiplin ilmu sosial. Termasuk pergerakan dan perubahan. Seperti pos ronda, isinya membicarakan sesuatu yang tidak ada dalam kelas.

Atau, bahkan mengkritisi apa saja yang terbakukan dalam kelas. Mengontrol kebijakan pemerintah daerah. Menjadi penyambung lidah masyarakat. Mahasiswa sekarang ditantang untuk itu. Bukan melulu soal ngolah.

Terakhir, saya teringat petuah Romo Mangunwijaya, "Kita lebih bodoh dari generasi Soekarno-Hatta." Tugas mahasiswa hari ini, mematahkan pandangan itu. Mahasiswa yang tidak punya kompas ide membayangkan Indonesia sampai 100 tahun ke depan.

Perlu disadari bersama, salah satu faktor keberlangsungan jalannya organisasi ialah memegang prinsip meritokrasi. Memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan. Bukan senioritas, jago ngolah, atau sebagainya.

Regenerasi kepengurusan dalam organisasi atau pergantian pemimpin merupakan hal mutlak. Wajib untuk dilakukan. Jangan ditunda. Tanpa adanya regenerasi, pergerakan bisa mandeg. Kaderisasi akan menjadi korban.

Selamat Konfercab sahabat-sahabat. Jangan pernah menghubungi saya untuk soal pemilihan. Ini hajat kalian. Jangan tarik senior ke medan pertempuran. Jadikan konferensi ini sebagai ajang latihan. Juga pembelajaran. Tidak boleh terlalu lama main api. Setelah usai, sesegeralah konsolidasi.

Atau, kalau ada senior main mata, sampaikan pada mereka: ini hajat kader, bukan senior. Kutuk mereka yang ikut campur. Karena sesungguhnya ini adalah zaman kalian, bukan lagi momentum para pensiunan. Biarkan sahabat-sahabat menyelesaikan dengan baik dan elegan. (Penulis: Subandi Musbah).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image