Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agil Septiyan Habib

3 Alasan Mengapa Kita Harus Menjunjung Tinggi Kesabaran

Khazanah | Monday, 03 Oct 2022, 15:46 WIB

Ujian, rintangan, kesulitan hidup, keterpurukan, ketidaknyamanan, dan lain sebagainya seringkali dijadikan dalih untuk mengeluhkan kondisi hidup kita alami.

Sabar merupakan puncak dari keimanan seseorang | Ilustrasi gambar : republika.co.id

Terkadang kita merasa hidup begitu dipenuhi beragam kesulitan; merasa segala yang ada dalam hidup sangat jauh dari harapan; merasa bahwa diri ini bukanlah termasuk orang-orang yang beruntung; atau beranggapan bahwa orang-orang di sekitar kita jauh lebih beruntung dari kita dalam berbagai hal.

Inilah yang seringkali terjadi pada kita yang belum bersabar dalam menjalani setiap rangkaian episode kehidupan.

Berapa kali Kamu mendengar kata “sabar” dari orang-orang sekitar ketika sedang mengalami kesulitan? Sering. Mungkin sebagian dari kita sudah sangat akrab mendengar nasihat ini. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa mampu kita untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip kesabaran dalam menjalani segenap problematika hidup?

Secara sederhana, saya mendefinisikan kesabaran menghadapi problematika hidup ini sebagai kelapangan hati dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan terdalam diri kita.

Adalah bagian dari kesabaran tatkala kita tidak “mengadukan” Tuhan pencipta kita kepada makhluk-Nya. Dengan kata lain, berprasangka baik kepada Tuhan merupakan wujud dari kesabaran.

Sebagaimana dipahami oleh banyak orang, sabar adalah sesuatu yang sangat mudah dilafalkan namun sulit direalisasikan. Akan tetapi jika kita memahami prinsip-prinsip dasarnya maka kesabaran akan jauh lebih realistis untuk diraih.

Kesabaran menjadi lebih mudah “dijangkau” oleh mereka yang memahami hikmah dibalik terjadinya segala ujian dan cobaan hidup. Agar kelapangan senantiasa menghiasi hati kita setiap kali badai ujian datang menerjang, maka (setidaknya) ada tiga hal mendasar yang harus dipahami dibalik terjadinya setiap ujian tersebut.

Ø Tuhan tidak Pernah Mendzalimi Hamba-Nya

Ø Tuhan Mencintai Hamba-Nya Lebih Besar dari Apapun

Ø Jalan yang Dipilih Tuhan untuk Hamba-Nya Pastilah yang Terbaik

Memahami takdir yang diberikan oleh Sang Pencipta tentang hidup kita barangkali tidak selalu mudah untuk dilakukan. Namun demikian, pemahaman yang baik atas ketentuan-Nya akan menjadikan kita lebih optimis dalam memandang masa depan.

Yakin bahwa dibalik setiap peristiwa hidup senantiasa menyimpan hikmah besar akan menjadikan kita pribadi yang lebih tenang dan ringan dalam menempuh perjalanan hidup ini.

Tatkala musibah datang melanda, keyakinan bahwa Sang Pencipta tidak pernah berbuat dzalim terhadap hamba-Nya akan menjadikan kita bersikap lebih positif dalam menyikapi musibah tersebut.

Mungkin musibah itu terjadi sebagai bentuk teguran Tuhan yang rindu akan kehadiran hamba-Nya. Barangkali ketika saat-saat tenang dan nyaman kita lalai dan terbuai oleh suasana sehingga diri kita jauh dari-Nya.

Kehadiran suatu masalah bisa jadi merupakan bentuk panggilan Dzat Yang Mahamencintai yang merindukan hamba-Nya yang dulu pernah begitu dekat dengan-Nya.

Kadar kasih sayang dari Dzat Pencipta Alam sungguh melebihi apapun jua. Seorang ibu yang begitu mengasihi putra-putrinya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebesaran cinta Tuhan kepada hamba-Nya.

Lantas bagaimana mungkin Dzat Yang Mahacinta itu akan tega untuk mendzalimi hamba yang dicintai-Nya?

Terkadang kita lupa bahwa Tuhan kita memiliki cara yang seringkali berbeda dengan yang kita harapkan. Seolah-olah keinginan kita sebagai manusia seringkali berseberangan dengan keinginan-Nya. Padahal jika ditilik lebih dalam sebenarnya jalan yang diberikan oleh-Nya justru merupakan jalan yang terbaik.

Pernahkan kita merasakan suatu peristiwa yang kita anggap begitu menyesakkan dada tapi justru dikemudian hari kita justru bersyukur atas terjadinya hal itu?

Seseorang yang baru saja putus cinta akan merasakan kesedihan dan kegalauan mendalam, namun di kemudian hari ia tersadarkan setelah melihat bahwa sosok yang pernah didambakannya itu menunjukkan perilaku yang ia benci.

Demikian halnya dengan seseorang yang diberhentikan dari tempatnya bekerja mungkin akan mengutuk kondisinya dan mengeluhkan kesusahan yang dialami. Namun, ketika di kemudian hari ia justru berhasil menjadi pengusaha sukses maka apakah ia akan tetap mengutuk kondisinya dahulu atau justru bersyukur?

Jalan yang dipilihkan oleh-Nya sudah pasti jalan yang terbaik. Tinggal bagaimana kita mampu untuk bersabar dalam menyikapi hal itu. Kita hanya perlu menunggu sedikit lebih lama untuk melihat saat-saat indah hadir dalam hidup kita.

Salam hangat,

Agil S Habib

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image