Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Mewujudkan Pemuda Islam yang Kuat dan Tangguh

Pendidikan dan Literasi | Friday, 30 Sep 2022, 01:36 WIB

"Mukmin yang kuat lebih Allah sukai dari pada mukmin yang lemah. Dan dari keduanya ada kebaikan." (HR. Muslim)

Kata kuat disini bukan hanya fisik tapi juga mentalnya. Saat kita membicarakan kekuatan, tentu fase usia pemuda adalah fase yang memiliki kekuatan. Sebagaimana ulama mengatakan pemuda adalah fase kekuatan diantara dua kelemahan (anak-anak dan orangtua). Allah pun berfirman, "Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (QS Ar-Rum: 54).

Presiden pertama Republik Indonesia, Bung karno pun pernah menyebutkan bahwa pemuda bisa mengguncang dunia. "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. "

Sebegitu dahsyatnya potensi yang ada pada diri pemuda. Pemuda yang memiliki energi besar baik itu dalam hal tenaga fisik ataupun dari segi berpikir. Daya dobrak dan kreativitas biasa lahir dari mereka. Mereka pula yang teguh menjunjung idealisme, dan prinsip yang sudah diyakini. Tak kenal rasa takut akan resiko. Mereka senang dengan tantangan yang memicu adrenalin.

Inilah potensi besar yang ada pada diri pemuda, wajar jika potensi ini jadi rebutan peradaban di dunia.

Sakitnya Pemuda

Berdasarkan data demografi di dunia, negeri-negeri muslim dinyatakan akan memanen bonus demografi. Dengan kata lain, akan banyak potensi pemuda yang bisa diolah dan dioptimalkan. Di Indonesia sendiri, diperkirakan pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif mencapai 70 persen.

Sayangnya, pemuda muslim kini tidak sedang baik-baik saja. Banyak yang sakit fisik dan mentalnya. Dilansir dari laman kemenkes, saat ini Indonesia mempunyai tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Selain itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun.

Masih berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, dinyatakan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Hasil riset ini juga menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri.

Berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Disisi lain, laporan UNICEF yang berjudul The State of the World's Children 2021; On My Mind: promoting, protecting, and caring for children’s mental health mengungkap bahwa 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun mengidap penyakit mental, seperti burnout dan rasa cemas atau anxiety.

Mental illness terjadi ketika berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan menjadi beban pikiran seseorang. Beban tersebut tidak bisa diurai kemudian bertumpuk dan menjadi masalah bagi jiwa dan mental. Menurut ahli medis, ada lebih dari 200 jenis mental illness yang bisa dialami seseorang.

Konsekuensi masalah gizi juga kesehatan mental pada pemuda akan menyebabkan penurunan potensi akademik, penurunan kapasitas kerja dan produktivitas pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

Penyebab Sakitnya Pemuda

Ada banyak yang mengakibatkan sakitnya pemuda saat ini. Perubahan pola hidup, termasuk pola makan dan aktivitas fisik diyakini berkontribusi dalam hal ini. Berdasarkan baseline survey UNICEF pada tahun 2017, sebagian besar remaja menggunakan waktu luang mereka untuk kegiatan tidak aktif, sepertiga remaja makan cemilan buatan pabrik atau makanan olahan.

Tsunami informasi pada pemuda menjadikan mereka latah mengikuti trend yang ada tanpa filter. Baik itu trend fashion, food, fun, hingga pola pikir. Timbulnya perasaan keren dan benar kala mengikuti sesuatu. Walaupun belum tentu benar dan baik.

Paham serba boleh, serba bebas, juga pemisahan agama dari kehidupan memperparah keadaan ini. Pemuda bebas memilih makanannya, fashionnya, cara menggapai kebahagiannya, juga cara pikirnya. Semua dibebaskan. Tak ada standar pasti akan benar dan salah.

Mereka jadi tak mengenal aturan dari agamanya sendiri. Mana yang boleh, mana yang tidak boleh. Mana yang Allah ridai, mana yang Allah murkai. Tak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipikirkan. Dengan landasan hak asasi manusia dan pernyataan yang penting saya bahagia, saya tidak mengganggu hidup anda, mind your own business. Apalagi memang sistem saat ini melahirkan kondisi yang individualis.

Belum lagi kemelut kesulitan ekonomi dengan jurang kemiskinan yang kian menganga, kesulitan rakyat memenuhi kebutuhan hidupnya ditambah dengan timbulnya percikan masalah rumah tangga. Sementara pemerintah kapitalisme menganggap rakyat sebagai beban negara, meminta rakyat mandiri dan tidak manja. Hal ini membuat pemuda menderita kekurangan gizi, kesulitan mengakses kesehatan, bahkan pendidikan.

Wajar jika banyak yang akhirnya takut hidup, takut menikah, takut punya anak, takut tidak dapat rezeki. Sehingga membuat mereka takut melangkah, takut menjalani aktivitas. Padahal ini adalah ranah diluar kuasa manusia. Memikirkan sesuatu yang tidak kita kuasai akan menimbulkan stress, depresi hingga dementia. Jika sudah depresi, sistem imun tubuh akan terus melemah sehingga akhirnya bermunculan penyakit berat dalam tubuh.

Sayangnya, kapitalisme mengajarkan kita mengkhawatirkan semua ini. Dan mereka menjual kekhawatiran kita dengan produk asuransi. Tak perlu takut anak tidak mendapatkan apa-apa jika orangtuanya meninggal, ikut asuransi jiwa atau asuransi pendidikan saja, dan semisalnya.

Inilah potret buruk sekularisme kapitalisme liberalisme yang membuat muslim keliru mengambil langkah dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (hajatul udhowiyah) dan pemenuhan naluri-nalurinya.

Belajar dari Orang Sholeh

Rasulullah saw mendidik umatnya untuk menjadi kuat. Rasulullah saw dalam riwayat Bukhari dan Muslim menganjurkan orang tua untuk mengajarkan anaknya berenang, menunggang kuda, dan memanah. Ini adalah tiga aktivitas fisik untuk memperkuat kualitas jasmani. Selain untuk kesehatan tubuh, ketiga olahraga ini berperan penting dalam ibadah, salah satunya peperangan.

Sejarah mencatat kepiawaian muslim dalam berenang mampu mengantarkan pasukan Turki Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fath merebut Konstatinopel pada abad ke-14. Pasukan Turki ketika itu terlebih dulu harus berenang mengarungi Selat Bospurus (karena laju kapal diadang oleh armada Romawi Byzantium di sepanjang pantai), baru naik kuda untuk mengubrak-abrik pasukan musuh dengan serangan panah bertubi-tubi.

Imam Ibnu Qayyim al-Jawziyyah dalam bukunya, Zad al-Ma'ad, menekankan pentingnya berolahraga dan efeknya pada tubuh. Bagaimana olahraga memperkuat dan membentuk imunitas tubuh terhadap penyakit.

Rasulullah saw juga mengajarkan pola makan yang baik. Yakni makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, makan hanya makanan yang halal dan thayyib. Berdo'a sebelum makan, agar Allah ridai apa yang masuk ke dalam tubuh kita. Dan adab makan lainnya. Semua pemenuhan kebutuhan jasmani diatur dalam Islam.

Begitu juga dengan pemenuhan naluri, termasuk isu mental, Islam membolehkan kita untuk merasa khawatir, sedih, marah, kecewa. Semua emosi negatif juga anugerah dari Allah swt. Itulah ekspresi bentuk gharizah baqo. Manusiawi jika dirasakan. Namun Islam mengajarkan untuk tidak hanyut dalam kekhawatiran, kesedihan, marah, kecewa karena semua harus dikembalikan kepada Allah. Yakin apa yang Allah berikan adalah yang terbaik bagi kita, yakin bahwa Allah Maha Mengetahui sedangkan kita tidak.

Sebagaimana kisahnya para pemuda yang diabadikan menjadi nama surat dalam Al quran, Al Kahfi. Kisah 7 pemuda yang beriman, melarikan diri ke dalam gua demi menyelamatkan iman mereka. Karena raja yang berkuasa saat itu zalim dan tidak menyukai para pemuda ini beriman pada Allah.

Rasa takut dan khawatir menyergap para pemuda ini sehingga mereka akhirnya pergi dari kediamannya dan bersembunyi di dalam gua. Selanjutnya, keajaiban terjadi, Allah tolong mereka. Para pemuda ini ditidurkan oleh Allah selama beberapa abad tapi keadaan mereka tidak berubah sedikit pun. Allah selamatkan para pemuda yang beriman ini dari kezaliman rajanya.

Para pemuda ini bukan nabi, tidak ada ulama diantara mereka, mereka juga bukan tokoh agama di tengah masyarakat, mereka adalah pemuda yang beriman. Di masanya tidak ada nabi, sebagaimana yang terjadi di masa kita kini. Mereka ingin bertahan dengan keislamannya sementara yang lain menentangnya. Hingga Allah bimbing mereka melewati hal yang mustahil.

Juga kisah pemuda hartawan nan rupawan Mush'ab bin Umair. Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, "Mush'ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush'ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati." (al-Jabiri, 2014: 19).

Nikmat dunia yang biasa ada rela ia gadaikan dengan hidayah iman dan Islam. Walau harus disiksa dan diisolasi oleh keluarganya, Mush'ab tetap bertahan dalam keimanan. Hingga warna kulitnya berubah karena bekas penyiksaan, tubuhnya pun bertambah kurus. Zubair bin al-Awwam mengatakan, "Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba lalu muncullah Mush'ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, "Sungguh aku melihat Mush'ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya..." (HR. Hakim No. 6640)

Mush'ab berperan besar dalam penegakan Daulah di Yasrib. Potensi diri yang penuh dengan ilmu mendalam dan kecerdasan serta kepiawaiannya dalam berbicara membuatnya diutus menjadi duta islam pertama untuk suku Aus dan Khazraj. Atas izin Allah, dalam waktu singkat penduduk Yasrib pun mau membaiat Rasulullah, rida diatur oleh Islam.

Saad memiliki kesan yang mendalam terhadap Mush'ab bin Umair radhiyallahu 'anhu dan apa yang ia ucapkan. Kata Saad, "Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya".

Masih banyak kisah teladan para pemuda beriman yang teguh dan tangguh dalam memegang keimanannya. Menahan diri agar menjadikan semua potensi diri diberikan hanya untuk Allah dan dakwah. Berupaya sekuat tenaga memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya sesuai dengan koridor syara dan diridai Allah.

Bagaimana Islam Memandang Emosi dan Kesehatan Mental

Allah yang memberi rasa, Allah pula yang mengaturnya. Boleh bagi kita untuk bersedih, marah, kecewa, khawatir, tapi kita dilarang untuk berputus asa dari rahmat Allah.

Sebagaimana dikisahkan penyebab turunnya surat Al Kautsar. Sebelumnya nabiyullah Muhammad saw. diejek oleh kafir Quraisy bahwa tidak ada yang akan menjadi penerus beliau karena tidak memiliki anak laki-laki. Allah justru menurunkan surat Al Kautsar yang arti dari ayat pertamanya, "Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak."

Allah ajarkan untuk memandang ulang qadha yang sudah Allah timpakan dengan pengingat bahwa Allah sudah memberikan nikmat yang banyak. Disini Allah mengajarkan kita untuk tetap tenang dan bersyukur. Islam juga mengajarkan kita untuk menggantungkan semua urusan pada Allah semata. Urusan rezeki, kesehatan, karir, pendidikan, masa depan, semuanya diserahkan pada Allah semata. Sementara tugas kita hanya ikhtiar dan berdoa diberikan yang terbaik. Ibnu qayyim rahimahullah berkata, "Tawakal adalah setengah agama"

Keyakinan pada Allah, bahwa Allah lebih mengetahui tentang diri kita, bahwa Allah sayang kita, tak akan membebani kita melampaui batas kesanggupan kita, akan menguatkan kita menjalani berbagai episode kehidupan.

Untuk menjadikan pemuda islam sehat dan tangguh, iman harus ditanam dalam diri. Tawakal harus terus dilatih. Tak lupa zikir dan ketaatan pada Allah senantiasa dipupuk. Tentu tidak melupakan bantuan profesional baik itu psikolog atau psikiater jika dibutuhkan. Karena ini ikhtiar yang ditempuh, sebagaimana Rasul dan para sahabat contohkan. Mengiringi ikhtiar dengan tawakal.

Itulah peran secara individu yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan pemuda islam yang kuat dan tangguh. Tentu tak cukup disitu saja. Ada tiga pilar yang membawa pada solusi, yakni individu, masyarakat dan negara. Dari sisi individu sudah dipaparkan sebelumnya bahwa keimanan, ketakwaan serta tawakal harus dipupuk sebagai benteng pertahanan.

Pilar kedua adalah masyarakat, termasuk keluarga. Support system harus hadir dalam menjaga keimanan dan ketakwaan juga tawakal. Budaya amar ma'ruf nahi mungkar harus senantiasa dijaga. Saling mengingatkan atas dasar cinta dan sayang. Sehingga bisa seiring sejalan menuju jalan yang Allah ridai. Saling menopang, menguatkan dan memotivasi jika ada yang sedang merasa terpuruk. Inilah yang dilakukan Rasulullah saw dan para sahabat.

Terakhir, pilar ketiga adalah negara. Sebagai pemegang kekuasaan, negara berperan penting dalam membentuk lingkungan yang sehat, kuat dan tangguh. Dari sistem pendidikan yang dirancang untuk memupuk keimanan, ditopang dengan bagian media yang membuat tayangan, iklan, dan lainnya dengan tujuan memperkuat iman. Negara juga akan melarang tayangan serta paham yang bisa menjauhkan muslim dari islam. Paham yang rusak dan merusak fitrah manusia.

Latihan fisik pun tak dilupakan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan. Negara akan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang untuk pemeliharaan kesehatan rakyat. Pola hidup sehat juga akan diajarkan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan sahabat untuk sederhana dalam hidup. Termasuk sederhana dalam berpakaian, makanan, pikiran dan aspek dunia lainnya

Sementara sistem ekonomi, sistem pangan islam akan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, termasuk kebutuhan gizinya. Sehingga diharapkan setiap warga daulah bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, tak akan terganggu pertumbuhannya karena status gizi.

Sejarah mencatat Khilafah sangat concern untuk memastikan penyediaan makanan halal dan thayyib. Khilafah menurunkan petugas inspeksi untuk setiap pabrik roti. Bahkan, pada masa Abbasiyah, ada peraturan penggunaan topi dan pencukuran rambut ketiak bagi pegawai roti. Tak hanya itu, dalam penyaluran naluri, terkenal kisah bagaimana Umar bin Abdul Aziz memberikan subsidi kepada rakyatnya yang memiliki keinginan untuk menikah akan tetapi tidak memiliki uang untuk membayar mahar.

Masyaallah. Inilah sejarah islam yang sangat concern dengan kondisi umat. Hingga pemenuhan kebutuhan jasmani juga naluri-nalurinya diatur, difasilitasi sedemikian rupa. Wajar jika lahir para pemuda sehat dan tangguh. Mari kembali pada aturan Ilahi yang jelas keberkahan dan rida Nya.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image