Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Markus Handriyanto

Menabur Cinta dan Cuan di Usaha Jamur Tiram Ala Ibu Eka

Lomba | Thursday, 22 Sep 2022, 23:17 WIB

Setelah berkeluarga dan memiliki 4 anak, Ibu Eka memantapkan hati untuk membuka usaha budidaya jamur tiram. Bukan perkara mudah baginya, Ibu Eka melakukannya untuk dapat membagi waktu dengan anaknya yang berkebutuhan khusus.

Anak laki-laki ketiga dari Ibu Eka ini didiagnosis Autism Spectrum Disorder atau sering disebut autisme. Ibu Eka dan keluarga akhirnya memutuskan kembali ke kampung halaman suami di Cirebon tahun 2013 setelah mengikuti suaminya bertugas di Kalimantan Selatan.

Ibu Eka menemani anak ketiganya yang autisme di sekolah (Dok:Sukmawati Eka)

Demi memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak dan memulai usahanya, Ibu Eka rela menjual mobil yang dimilikinya untuk dijadikan modal berbisnis. Bahkan Pak Adi, suami Ibu Eka juga melepaskan pekerjaannya dan tidak menerima tawaran pekerjaaan ke luar kota untuk turut membantu usaha yang digagas bersamanya.

Awal mula usaha Ibu Eka dengan membangun kumbung di belakang rumahnya di Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Kumbung merupakan ruangan khusus yang dipakai meletakkan baglog sebagai media tumbuh jamur tiram. Kumbung yang dibuatnya berupa bangunan semi permanen untuk menjaga suhu dan kelembaban yang terbuat dari bambu atau kayu. Ruangan ini disusun dengan rak-rak didalamnya untuk pertumbuhan jamur tiram dengan suhu ruangan yang terpelihara.

Susunan baglog produksi jamur tiram Ibu Eka (Dok:Markus)

Menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan nabati seperti jamur tiram makin banyak diminati saat ini. Jamur tiram dinilai sehat dan mengandung protein yang tinggi. Hal ini juga yang mendorong Ibu Eka membudidayakan jamur tiram di Kota Cirebon meski dengan kondisi suhu udara yang cukup panas.

Berdomisili di Kota Cirebon, Ibu Eka menyadari kotanya memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Sebagai kota dengan daya tarik yang ramah wisata, Kota Cirebon dikenal dengan ragam kuliner khas serta panganan oleh-oleh murah yang terjangkau berbagai kalangan.

Produk jamur krispi Grage Agro Mandiri (Dok:Sukmawati Eka)

Ibu Eka akhirnya membuat inovasi dengan memproduksi panganan jamur krispi. Hal ini untuk mengatasi kelebihan produksi jamur tiram yang tinggi. Selain menambah nilai ekonomis dari jamur tiram, produk olahan jamur krispi tahan lama dan mampu mengurangi potensi produk jamur segar yang terbuang akibat mudah busuk. Ia juga membuat olahan makanan jamur lainnya seperti pepes jamur dan rendang jamur.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon juga turut membantu usaha Ibu Eka dan beberapa UMKM lainnya dengan memberikan pelatihan mengenai marketing, cara produksi yang baik hingga manajemen keuangan. Ia juga pernah mendapatkan bantuan kemasan produk sebanyak 500 buah dari dinas tersebut.

Rumah BUMN Cirebon (RBC) sebagai pusat pembinaan UMKM dari CSR PT PLN merangkul pelaku UMKM di Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon bahkan daerah yang berdekatan Cirebon seperti Kabupaten Kuningan. RBC memberikan dukungan pada pelaku UMKM di Cirebon dengan memberikan pembinaan dan pelatihan serta pendampingan perizinan usaha.

Banyak pelaku UMKM mendapat bantuan perizinan seperti pembuatan NIB, PIRT hingga label makanan Halal. Salah satu penerima manfaat tersebut adalah usaha jamur krispi Ibu Eka dengan merek Grage Agro Mandiri.

Ibu Eka memanen jamur tiram dalam kumbung (Dok:Markus)

Produksi jamur tiram yang dapat dihasilkan Ibu Eka di kumbungnya mencapai rata-rata 30 kg per hari. Hal ini akibat budidaya jamur secara vertikal. Dengan lahan yang tidak terlalu luas, kumbung jamurnya yang dapat menghasilkan kuantitas jamur tiram yang besar.

Seiring dengan berjalannya waktu, Ibu Eka memiliki strategi cerdas untuk membudidayakan jamur tiram menjadi lebih efisien. Setelah mendapatkan keuntungan yang cukup menjanjikan dari usaha budidaya jamurnya, Ibu Eka mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dana KUR tersebut dipergunakan membeli lahan yang lokasinya tidak jauh dari pusat Kota Cirebon.

Ibu Eka disamping baglog yang sudah melalui proses sterilisasi/pengukusan dalam tungku bear (Dok:Markus)

Ibu Eka membangun kumbung keduanya di daerah kaki gunung Ciremai di Desa Sindang Kasih, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon. Jika budidaya jamur tiram bertempat di Kota Cirebon membutuhkan 2 kali penyiraman per harinya sedangkan di kaki pegunungan hanya perlu 2 hari sekali penyiraman.

Pemilihan kaki gunung Ciremai di Desa Sindang Kasih sebagai lokasi budidaya jamur tiram, bukan hanya kondisinya yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram. Lokasi ini juga berdekatan dengan Kabupaten Kuningan dimana anak ketiganya bersekolah di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Taruna Mandiri. Setiap hari sekolah, Ibu Eka dan suami mengantarkan anaknya ke sekolah tersebut.

Di saat Ibu Eka menemani anaknya di sekolah, Pak Adi juga tetap bekerja dengan mengajar di SMA Negeri 1 Beber mengenai kewirausahaan yang menjadi salah satu soft skill yang dimilikinya. Setelah mengantarkan pulang anaknya, Ibu Eka dan Pak Adi mengurus usaha budidaya jamur tiramnya. Mereka juga memberdayakan warga sekitar sebagai pekerja harian lepas di usaha budidaya jamur tiramnya. Pekerja lepas harian yang terlibat kebanyakan buruh tani di Kecamatan Beber.

Walaupun sudah merasakan kehidupan di berbagai daerah semenjak kecil hingga berkeluarga, Ibu Eka dan suami tidak masalah tinggal kembali di Cirebon. Sesuai dugaannya, Ibu Eka berhasil mendapatkan keuntungan dari usahanya serta menyekolahkan anaknya di tempat yang terbaik meski salah satunya mengalami autisme.

Produk jamur krispi olehan Ibu Eka dengan 2 pilihan rasa pedas dan original (Dok:Sukmawati Eka)

Kini produk olahan jamur krispi Ibu Eka sudah banyak dikenal, berkat dinas terkait yang mendukung produk UMKM lokal. Produk olahan jamur tiram Ibu Eka dengan merek Grage Agro Mandirimudah dijumpai di pusat oleh-oleh Cirebon, seperti Sentra UMKM Kota Cirebon dan etalase UMKM Hotel Aston Cirebon.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image