Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supriyadi

Bangkitkan Ekonomi Warga Lewat Program CSR Hidroponik

Lomba | Thursday, 22 Sep 2022, 11:12 WIB
Sayur hidroponik slada keriting di lantai 2 rumah warga (dokpri)

Sering kali kita mendengar kata CSR, namun tidak banyak yang mengetahui secara persis sebenarnya CSR itu apa. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan ataupun masyarakat di sekitar perusahaan melalui berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan lingkungan, membangkitkan potensi masyarakat, serta membantu memperbaiki kehidupan masyarakat hingga pada proses pembangunan ekonomi.

Penerapan program CSR yang tepat sasaran tentu akan berdampak kelangsungan operasional perusahaan akan berjalan baik. Sebab terjadi sebuah hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat di lingkungan sekitar. Sebaliknya, jika pelaksanaan CSR tidak tepat sasaran atau bahkan salah program tidak menutup kemungkinan kelangsungan operasional perusahaan akan terganggu. Karena terjadi disharmonisasi antara perusahaan dan masyarakat sekitar.

CSR sangat penting kaitannya dengan perusahaan atau organisasi bisnis karena memang setiap perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungan ataupun masyarakat melalui berbagai program kegiatan.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”) menjadi landasan bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan CSR mereka.

Menurut Undang Undang Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Sebuah perusahaan farmasi di kota Lawang Jawa Timur yaitu PT Otsuka Indonesia (PTOI) memilih bentuk CSR budidaya hidroponik untuk masyarakat kelurahan Kalirejo kecamatan Lawang kabupaten Malang. Bentuk CSR hidroponik sengaja dipilih untuk memberikan ketrampilan menanam secara hidroponik kepada masyarakat di lahan sempit di rumah mereka. Program budidaya hidroponik ini sudah dimulai sejak tahun 2016 silam, dan terus berlangsung hingga saat ini.

Tujuan utama dari CSR hidroponik ini adalah agar masyarakat bisa menanam sayur dengan sistim hidroponik di rumah mereka untuk mencukupi kebutuhan sayur keluarga sehari - hari. Dan bila kebutuhan untuk keluarga sudah terpenuhi, kelak mereka bisa menjual sayurnya ke pasar atau konsumen. Dengan begitu warga akan bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari kegiatan hidroponik mereka.

Untuk mewujudkan program CSR hidroponik tersebut dibutuhkan satu persiapan yang memadai, tidak boleh asal – asalan. Dalam hal ini tim CSR PTOI menggandeng komunitas hidroponik yang ada di kota Malang yaitu Hidroponik Malang (HIMA). HIMA ditunjuk sebagai partner yang akan memberikan pelatihan dan pendampingan selama kegiatan berlangsung.

Pelatihan Hidroponik Dasar

Setelah melakukan segala persiapan, akhirnya dilakukan pelatihan hidroponik perdana pada Agustus 2016. Pelatihan tersebut diikuti oleh sekitar 60 peserta yang berasal dari warga RW 08 dan RW 04 kelurahan Kalirejo kecamatan Lawang dan juga karyawan PTOI. Untuk selanjutnya peserta pelatihan perdana ini disebut batch 1.

Pelatihan hidroponik tingkat dasar ( dokpri)

Di luar dugaan ternyata pelatihan hidroponik yang baru pertama kali dilaksanakan ini disambut antusias oleh warga sekitar. Rupanya mereka begitu tertarik untuk bisa belajar bercocok tanam hidroponik mengingat banyak kelebihan yang didapat seperti tidak butuh lahan luas, sayurnya bersih, lebih segar dan yang pasti sayur nya sehat dan bebas pestisida.

Bagi masyarakat Lawang dan sekitarnya mendengar kata hidroponik saja masih terdengar asing di telinga mereka pada waktu itu. Jadi tak heran bila pada momen pelatihan perdana tersebut antusias warga begitu besar. Mereka penasaran untuk mengetahui lebih jauh tentang pertanian hidroponik.

Pelatihan hidroponik yang dilaksanakan oleh tim CSR PTOI ini selain untuk masyarakat juga diberikan kepada karyawan yang menjelang usia purna tugas sebagai bekal ketrampilan mereka kelak setelah tidak lagi bekerja sebagai karyawan.

Model pelatihan hidroponik yang dikembangkan oleh tim CSR PTOI ini sedikit berbeda dari pelatihan hidroponik pada umumnya. Karena tim CSR PTOI bersama HIMA memberikan pelatihan hidroponik secara berkesinambungan. Maksudnya setelah diberi pelatihan, warga dalam berproses hidroponik juga masih mendapatkan pendampingan dari tim CSR dalam bentuk evaluasi kegiatan, lomba hidroponik, sampai pada proses penjualan sayur hasil panen hidroponik.

Harapannya melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan secara terpadu ini akan menjadikan masyarakat pelaku hidroponik bisa melakukan percepatan dalam mewujudkan tujuan utama untuk bisa menghasilkan sayur konsumsi keluarga dan bahkan bisa menambah ekonomi keluarga dari hasil penjualan sayur.

Pada pelatihan hidroponik tingkat dasar tersebut peserta mendapat materi pelatihan meliputi pengenalan tentang pertanian hidroponik dan jenis – jenis sistem tanam hidroponik. Sistem menanam hidroponik yang dikenalkan kepada peserta meliputi sistem sumbu, sistem DFT, sistem, NFT, sistem rakit apung, sistem irigasi tetes, dan lain – lain. Peserta mendapat penjelasan yang lengkap tentang kelebihan dan kekurangan dari semua sistem tanam tersebut.

Peserta juga diberikan informasi langsung beserta contoh sarana perlengkapan untuk pertanian hidroponik. Peserta bisa melihat langsung bahan tanam seperti nutrisi AB mix, rockwool, netpot, bibit, seedling, TDS meter, pH meter, dan sebagainya.

Peserta belajar praktek menyemai bibit ( dokpri)

Selain mendapat materi pelatihan berupa teori dasar tentang tata cara budidaya hidroponik mulai dari awal, peserta juga diajak untuk praktek langsung menyemai bibit di kelas dengan menggunakan rockwool dan tusuk gigi sebagai alat semainya. Ternyata tusuk gigi yang selama ini mereka gunakan sebagai alat bantu setelah makan, bisa berfungsi sebagai pengganti cangkul untuk menanam hidroponik. Peserta tambah antusias.

Praktek membuat instalasi ( dokpri)

Dan yang menjadi pembeda pada pelatihan hidroponik yang dilakukan tim CSR PTOI ini adalah peserta juga diberi pelatihan dan praktek langsung tentang tata cara pembuatan instalasi hidroponik dari bahan paralon. Peserta yang sudah dibagi dalam kelompok – kelompok kecil diberi tugas untuk melubangi paralon dengan holesaw hingga merangkai paralon menjadi sebuah instalasi frame A.

Bukan hanya bapak – bapak saja yang pandai melobangi paralon dengan holesaw, tapi ibu – ibu juga cukup cekatan memegang bor dan melobangi paralon. Mereka sangat bersemangat untuk praktek membuat instalasi bersama kelompoknya. Selanjutnya Instalasi yang dibuat oleh setiap kelompok masyarakat ini dihibahkan kepada kelompok tersebut untuk digunakan sebagai instalasi menanam secara bersama – sama.

Tugas merangkai instalasi setiap kelompok peserta pelatihan ( dokpri)

Tujuan utama dari pelatihan membuat instalasi ini adalah untuk memberi ketrampilan pada peserta agar kelak mereka bisa membuat instalasi hidroponik sendiri untuk menjalankan kegiatan menanam. Jadi mereka tidak perlu membeli instalasi hidroponik lagi, sehingga akan bisa menghemat biaya untuk budidaya hidroponik.

Model pelatihan hidroponik dasar seperti itu dilanjutkan lagi pada tahun – tahun berikutnya. Untuk peserta pelatihan batch 2 dilakukan pada tahun 2017. Dan dilanjutkan dengan pelatihan batch 3 pada tahun 2018. Hingga pelatihan tingkat lanjut pada tahun 2019. Dan selama 4 tahun berjalan tercatat CSR pelatihan hidroponik untuk masyarakat di kelurahan Kalirejo sudah menjangkau 6 RW.

Pada tahun 2020 dan 2021 vakum tidak ada kegiatan pelatihan hidroponik karena pandemi. Dan baru pada bulan September 2022 kembali diadakan pelatihan dengan tema yang berbeda yaitu Pelatihan Marketing Hidroponik.

Setelah mengikuti program pelatihan, warga diberikan pendampingan dalam bentuk evaluasi atas kegiatan menanam yang mereka lakukan. Seluruh peserta pelatihan setiap batch dikumpulkan dan diberi kesempakatan untuk berdiskusi tentang segala kendala yang dihadapi selama proses menanam di rumah atau di instalasi kelompok masing – masing.

Evaluasi kegiatan hidroponik warga (dokpri)

Pada saat evaluasi ini tim CSR PTOI didampingi instruktur HIMA membantu mencarikan solusi atas segala persoalan budidaya yang dihadapi oleh petani. Selesai evaluasi warga diberi bahan menanam lagi berupa bibit, nutrisi dan rockwool sebagai penyemangat mereka untuk melanjutkan kegiatan menanam.

Evaluasi setiap batch pelatihan dilakukan sebanyak dua kali. Pada kesempatan evaluasi kedua ini tim CSR PTOI akan menyampaikan informasi tentang lomba hidroponik antar kelompok di dalam satu batch pelatihan. Kesempatan evaluasi kedua tersebut dijadikan sarana sosialisasi tentang tata cara pelaksanaan lomba hidroponik antar kelompok.

Dan sebagai bahan menanam untuk lomba, tim CSR PTOI sudah menyiapkan bibit sayur yang sama untuk semua kelompok, rockwool, dan nutrisi. Setiap kelompok akan menerima pembagian bahan lomba yang sama.

Warga panen sayur hidroponik (dokpri)

Lomba hidroponik antar kelompok

Tim CSR PTOI berkomitmen tinggi untuk membantu masyarakat sekitar perusahaan agar bisa berhasil dalam mengembangkan kegiatan pertanian hidroponik mereka. Sebagai bentuk perhatian perusahaan kepada warga yang sudah pernah mengikuti pelatihan hidroponik, maka tim CSR PTOI mengadakan lomba menanam hidroponik antar kelompok warga pada setiap batch pelatihan.

Lomba menanam hidroponik ini sendiri melibatkan tim juri dari komunitas Hidroponik Malang. Sedangkan tanaman sayur yang dilombakan berupa slada keriting. Tujuan dari lomba ini agar masyarakat bisa menanam hidoponik dengan benar dan bisa menghasilkan sayur yang bagus. Diharapkan ke depan masyarakat bisa mandiri untuk bisa menambah pendapatan dari penjualan sayur hidroponik. Dan mimpi untuk menjadikan Kelurahan Kalirejo sebagai Kampung Hidroponik bisa segera terwujud.

Lomba untuk setiap batch pelatihan biasanya akan diikuti oleh lima sampai enam kelompok peserta. Masing – masing kelompok yang terdiri 5 orang tersebut mulai menyemai tanaman sesuai dengan jadwal lomba yang ditetapkan oleh tim CSR PTOI selaku panitia lomba. Setiap kelompok secara bersama – sama mengikuti lomba dengan menampilkan proses menanam pada instalasi frame A mereka.

Kriteria penilaian lomba bukan hanya ditekankan pada hasil akhir menanam, tapi mencakup keseluruhan proses menanam hidroponik. Mulai dari saat menyemai bibit setiap minggu. Proses pindah tanam seedling ke instalasi. Pemberian identitas tanaman pada instalasi berisi tanggal tanam dan tanggal panen. Termasuk juga kreatifitas setiap kelompok untuk menambah titik tanam diluar instalasi utama. Semua tahapan proses menanam tersebut dokumentasinya wajib dikirimkan oleh setiap kelompok kepada juri lomba.

Penilaian lomba dilakukan sebanyak dua kali. Pada penilaian pertama dilakukan dua minggu setelah proses pindah tanam. Pada kesempatan penilaian pertama ini peserta lomba diperkenankan untuk konsultasi dengan juri penilai tentang kondisi tanaman mereka. Sebab lomba ini sebenarnya sebagai bagian proses pembinaan dan pendampingan menanam kepada warga agar mereka bisa melakukan proses menanam hidroponik dengan baik.

Baru pada saat penilaian kedua, atau satu bulan setelah pindah tanam juri tidak bisa lagi diajak konsultasi. Karena pada penilaian kedua ini juri bertugas menilai tampilan tanaman peserta untuk mencari pemenang lomba. Tanaman yang dinilai juri adalah tanaman yang ada di instalasi dan juga di instalasi tambahan lainnya yang dibuat oleh peserta.

Semua proses yang dilakukan pada saat lomba menanam selama satu bulan setengah tersebut, sejatinya adalah memberikan pelatihan kepada petani tentang cara budidaya hidroponik. Sehingga kelak ketika mereka sudah bisa menemukan pasar, maka mereka akan mampu untuk merencanakan strategi produksi sayur secara kontinyu. Dengan cara seperti itu maka tahapan proses menanam mulai dari menyemai, pindah tanam, memanen, hingga mengemas sayur menjadi satu bagian utuh yang dipelajari oleh semua kelompok petani.

Dalam acara pengumuman pemenang lomba hidroponik, panitia menyediakan hadiah untuk juara pertama berupa 1 set instalasi hidroponik. Sedangkan untuk juara 2 dan 3 menerima hadiah peralatan hidroponik berupa pH meter dan TDS EC sebagai sarana pelengkap untuk kegiatan hidroponik.

Dan sebagai bentuk penghargaan kepada semua peserta lomba yang sudah berusaha dengan baik, maka tim CSR PTOI memberikan bantuan paralon kepada masing – masing kelompok peserta. Diharapkan warga bisa menambah jumlah titik tanam dengan bantuan paralon tersebut. Sehingga hasil panenan sayurnya bisa lebih meningkat lagi dengan tambahan jumlah titik tanam baru.

Memasarkan sayur hidroponik

Ada hal yang paling penting dari kegiatan hidroponik itu adalah menjual hasil panenan sayur petani. Setelah cukup dengan kebutuhan sayur keluarga di rumah, maka pilihan untuk bisa menjual sayur ke konsumen itu menjadi penentu kegiatan hidroponik akan terus berlangsung. Sebab jika tidak ada serapan pasar pada saat panen sayur, maka warga tentu akan merasa enggan untuk meneruskan kegiatan hidroponik karena tidak ada hasil nyata yang mereka dapatkan.

Terkait dengan pemasaran produk sayur hasil panen petani ini, tim CSR juga membantu masyarakat dengan mencarikan pasar sayur bagi mereka. Cara pertama tim CSR adalah dengan menawarkan sayur warga tersebut kepada karyawan perusahaan. Setiap ada panenan sayur, warga akan melaporkan pada tim CSR. Selanjutnya tim akan menawarkan sayur tersebut ke karyawan. Dan ketika ada pesanan sayur, maka warga akan mengirim sayur ke koperasi karyawan yang ada di depan kantor perusahaan. Cara sederhana menjual sayur warga by order seperti ini ternyata cukup efektif untuk membantu serapan sayur dari panenan warga

Panen sayur hidroponik siap dipasarkan (dokpri)

Cara kedua yang dilakukan adalah dengan membantu mencarikan pasar sayur warung makan. Untuk pasar warung makan ini jenis sayur yang diminati adalah jenis slada keriting. Warung makanan yang memakai slada keriting pada olahan masakannya cukup banyak seperti warung lalapan, tahu campur, gado – gado, kebab, burger dan lain – lain. Untuk serapan slada pada warung makan jumlahnya cukup banyak. Seminggu petani bisa menjual sayur 10 – 20kg slada untuk memenuhi warung langganan.

Saat ini sayur hidroponik hasil budidaya petani binaan CSR PTOI sudah mampu menembus pasar di Lawang dan Malang Raya. Dan bahkan penjualan sayur hidroponik warga juga sudah mampu menembus pasar sayur di kota – kota lain di Jawa Timur seperti Pasuruan, Surabaya, Lamongan, Sumenep. Khusus untuk Lamongan kebutuhan sayur per minggu sebanyak 70kg slada keriting yang diambil langsung dari hasil panen petani.

Konsumen sayur hidroponik (dokpri)

Sedangkan di kota Lawang sendiri sebagian besar pasar sayur di dominasi oleh penjual makanan. Banyak warung makan yang sudah mulai beralih memakai sayur hidroponik untuk menu makanannya. Alasan yang mereka sampaikan sayur hidroponik lebih bersih, lebih segar, lebih kres, tidak pahit, dan lebih awet untuk penyimpanannya karena sayurnya masih ada akar. Jadi untuk warung makan lebih cocok untuk memakai sayur hidroponik untuk menu hidangannya.

Sebut saja salah satu warung makanan Ayam Goreng Gober di Lawang yang sudah lebih dua tahun berlangganan memakai sayur slada hidroponik petani untuk menu lalapan ayam gorengnya. Menurut cerita pemilik warung, bahwa slada hidroponik rasanya kres dan tidak pahit, sehingga pelanggan sangat menyukai. Dan jika sayur slada konvensional dari pasar, ternyata pelanggan banyak yang tidak mau makan sayurnya. Sejak saat itu pemilik warung selalu memakai sayur slada hidroponik untuk menu makanannya.

Kondisi penjualan sayur hidroponik yang terus membaik ini tentu saja memotivasi petani untuk terus konsisten menanam sayur hidroponik. Mereka sudah mampu merasakan maanfaat langsung dari kegiatan hidroponik yang memang bisa menambah income keluarga mereka. Jadi jangan heran jika beberapa petani hidroponik rumahan yang konsisten menanam disini sudah bisa meraih penghasilan jutaan rupiah dari hasil jualan sayur hidroponik. Jadi penguatan pemberdayaan masyarakat melalui CSR hidroponik sudah terbukti mampu membangkitkan ekonomi warga.

Kunjungan Tamu

Fenomena sayur hidroponik yang ditanam di sekitar rumah, baik di halaman ataupun di lantai atas tempat jemuran, atau bahkan di pagar – pagar rumah itulah yang menjadi alasan penyebutan petani hidroponik rumahan. Karena tempat menanamnya tidak luas bukan di green house atau kebun, melainkan hanya di halaman sempit rumah. Karena banyak petani rumahan yang menanam hidroponik di wilayah ini, maka kelurahan Kalirejo sekarang juga dikenal dengan sebutan baru sebagai Kampung Hidroponik Lawang.

Dinamika petani hidroponik rumahan di Lawang ini pada akhirnya bisa menarik masyarakat luas untuk datang dan belajar tentang cara menanam hidroponik. Petani yang sudah bisa memproduksi sayur dengan senang hati mau menularkan ilmunya kepada warga masyarakat yang datang dan belajar kepada mereka. Dengan demikian maka perkembangan hidroponik di Lawang dan sekitarnya dengan cepat menyebar ke masyarakat luas.

Kegiatan hidroponik warga ini mampu menarik kelompok masyarakat dari luar desa untuk datang berkunjung ke kampung hidroponik ini. Mereka tertarik datang untuk melihat langsung bagaimana kegiatan hidroponik bisa dijalankan dengan baik oleh warga binaan CSR PTOI.

Kunjungan kader lingkungan sekolah ke hidroponik warga (dokpri)

Sebelum pandemi banyak tamu yang berkunjung ke kampung hidroponik Lawang. Mereka ada yang berasal dari pemerintahan, dari perusahaan, dari pondok pesanten, dari sekolah, Karang taruna, dan ibu – ibu PKK. Kunjungan tamu ke kampung hidroponik ini memberi dampak baik positif bagi petani, karena mereka bisa juga menjual sayurnya on the spot dengan model petik sayur sendiri dari kebun. Selain itu petani juga bisa menjual produk olahan sayur lainnya seperti jus sayur, puding, makanan olahan dari sayur dan sebagainya.

Menjadi Tempat Penelitian Mahasiswa

Keberadaan petani hidroponik rumahan di Lawang ini ternyata juga menarik minat kalangan akademisi untuk dijadikan obyek penelitian. Banyak mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Malang yang datang untuk melakukan penelitian tentang budidaya hidroponik di Lawang.

Kegiatan mahasiswa bersawa petani hidroponik (dokpri)

Penelitian yang mereka lakukan untuk pemenuhan tugas akhir mereka menyusun skripsi dengan mengangkat topik petani hidroponik rumahan. Ada mahasiswa yang melakukan penelitian terhadap perkembangan budidaya hidroponik warga. Ada pula mahasiswa yang melakukan penelitian terkait aspek sosial masyarakat yang tergabung dalam kelompok petani hidroponik.

Sudah pasti keberadaan petani hidroponik di Lawang yang tumbuh melalui program CSR PTOI ini mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat lainnya termasuk kalangan akademisi untuk belajar banyak tentang hidroponik di masyarakat.

Komentar Warga

Berikut ini beberapa komentar dari petani hidroponik binaan CSR PT Otsuka Indonesia yang sudah sukses berbudidaya hidroponik dan sudah bisa meraih tambahan income dari jualan sayur hidroponik.

Yami ( Ibu Rumah Tangga )

Assalamualaikum wr wb. Saya bu Yami warga RW 15 kelurahan Kalirejo Lawang. Saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada tim CSR PT. Otsuka Indonesia yang telah mengikutsertakan saya dalam pelatihan Hidroponik pada bulan Agustus 2017.

Banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dalam pelatihan tersebut, diantaranya Saya bisa menanam sayur yang segar dan sehat tanpa perlu lahan yg luas. Selain itu saya juga bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan positif dan yang penting bisa menambah income keluarga. Dan yang lebih penting lagi bahwa dengan hidroponik lingkungan menjadi bersih, sejuk dan sehat.

Pada Awal tahun 2018 saya mulai menanam sayur. Awalnya hanya untuk konsumsi sendiri dan dibagi - bagikan ke tetangga. Tapi berkat saran dan bimbingan dari Tim CSR Otsuka sayur tersebut mulai saya jual dan saya tawarkan ke beberapa teman yang mempunyai usaha makanan. Alhamdulillah sampai saat ini saya sudah mempunyai beberapa pelanggan yang setia menggunakan sayur saya dalam usahanya, di antaranya " Ayam Gober Sumber Waras, Dapur mak Cus, mie ayah mbak Ning, Gado - gado sumber sekar, dan beberapa usaha nasi kotak. Harapan saya setelah mengikuti pelatihan Marketing Hidroponik dari CSR Otsuka yang baru diadakan pada bulan September 2022 ini makin bisa meningkatkan pasar sayur Hidroponik dengan lebih baik lagi.

Terimakasih CSR Otsuka Indonesia, semoga makin berkembang dan tetap eksis.

Lilik Pudjiastuti ( Pensiunan Guru SMA)

Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT karena karuniaNya saya dipertemukan dengan PT Otsuka dan sekaligus diberikan bimbingan sampai saat ini. Saya wanita tipe pekerja, pada saat purna yang saya butuhkan kegiatan dan alhamdulillah kegiatan itu sesuai dengan hobby saya yaitu berkebun. Suka duka telah saya alami pada proses menanam hidroponik ini..

Pada waktu panen pertama belum punya dan belum tahu pasar, berbagai cara saya lakukan dengan belajar ke petani yang sudah sukses, disana saya diajari cara mencari pasar.

Saya mulai mengemas sayur saya dan menawarkan ke teman-teman saya dengan cara posting di WA.

Syukur Alhamdulillah akhirnya saya diberikan jalan keluar. Sekarang saya memiliki total 1200 lobang tanam. Hasil panen saya dari panen pertama pada waktu pelatihan 12 kg per bulan sekarang per bulan saya bisa panen 115 kg sayur Alhamdulillah .

Setiap kali panen sayur saya posting dengan tujuan mengajak teman-teman untuk bersemangat lagi menanam. Sehingga tujuan PT Otsuka untuk membuat lingkungan kita hijau, oksigen lingkungan tetap sehat dan menambah peningkatan ekonomi keluarga di Kalirejo ini bisa tercapai. Mungkin ini yang dapat saya sampaikan, sekali lagi terimakasih PT Otsuka semoga semakin banyak ilmu-ilmu yg diberikan ke masyarakat sekitarnya.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Meilini Herna ( Ibu Rumah tangga & Penggerak PKK )

Awal mula kenalan dengan hidroponik adalah ketika kami diberi pelatihan hidroponik oleh PTOI pada tahun 2016 tepatnya bulan Agustus 2016. Sebelumnya memang sudah pernah juga mengetahui tentang hidroponik ini lewat media sosial FB dan google. Kami adalah kelompok pertama yang diberi pelatihan oleh PTOI.

Selama 2 hari pelatihan kami mendapatkan banyak ilmu dari para mentor HIMA. Mulai dari cara menyemai, cara pindah tanam, cara mencampurkan nutrisi ke dalam wadah air untuk asupan tanamannya, cara merakit alat instalasi nya sekalian. Alhamdulillah banyak ilmu yang kami dapatkan.

Setelah itu saya mulai menanam hidroponik di rumah. Setelah dua bulan lebih saya bisa panen sayur kangkung dan sawi pokchoy bahagia banget rasanya.. Amazing...Bagi bagi tetangga dan anggota kelompok.. Bahagiaaa banget.

Beberapa bulan kemudian kami dikumpulkan kembali untuk dilakukan evaluasi dari hasil pelatihan. Disini saya merasa sangat senang karena kami sebagai pelaku pemula hidroponik ini selain diberi pelatihan juga dibantu bilamana ada kesulitan. Alhamdulillah sekali lagi.

Seterusnya sampai sekarang saya masih menjalani kegiatan ini hitungan lebih dari 6 tahun sebagai pelaku hidroponik. Alhamdulillah...gak muluk-muluk sich sebenarnya... Tetapi jika dilakukan dengan sabar dan telaten hidroponik ini ternyata sudah bisa menambah income saya. Saya pribadi sangat berterimakasih kepada PT. Otsuka Indonesia dan mentor dari HIMA sudah memberikan kesempatan saya untuk belajar tentang Hidroponik. Semoga barokah buat semua.

M. Yusuf (Karyawan PTOI)

Alhamdulillah . kegiatan hidroponik itu menyenangkan. Apalagi hasil tanamannya juga bisa dijual. Rencana ke depan kalau penjualan lancar insyallah akan menambah instalasi dengan harapan untuk memperpendek jarak masa panen dengan rotasi panen setiap 5 hari. Sebagai petani hidroponik kami berharap setiap hasil panen sayur bisa diserap pasar. Sehingga rotasi tanaman bisa berjalan baik. Kepada teman-teman saya mengajak ayo kita tanamkan semangat rasa senang dalam berhidroponik sehingga bisa menghasilkan sayuran yang segar berkualitas, insyallah dijamin rejeki akan datang kepada kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image