Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Rabu Merupakan Bagian dari Saat-Saat Mustajabnya Doa

Agama | Wednesday, 21 Sep 2022, 06:11 WIB

Secara tersurat tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang menyebutkan hari Rabu. Tapi, secara tersirat terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang menyebut-nyebut hari Rabu, diantaramya surat al-Qamar : 18-21.

“Kaum 'Ad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pohon-pohon kurma yang tumbang, maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.”

Jalaluddin Ash-Shuyuthi dalam Dzur al Mantsur fi Tafsiri bi al Ma’tsur, Juz XXII, hal. 80 berpendapat, yang dimaksud dengan riihan sharsharan, yakni angin lebat yang bergemuruh, dihembuskan sebagai siksaan bagi kaum ‘Ad. Peristiwa ini merupakan yaumin nahsin mustamir, hari-hari kesialan yang tiada hentinya. Azab ini terjadi pada hari Rabu akhir bulan, namun tidak disebutkan nama bulannya.

Imam Al-Qurthuby dalam Tafsir Al-Qurthuby, Juz XX, hal. 87, mengutip pendapat al-Juzaj, siksaan yang diturunkan kepada kaum ‘Ad terjadi pada hari Rabu akhir bulan. Sedangkan Imam Al-Baghawy dalam Ma’alim al Tanzil, halaman 1254 berpendapat, siksaan bagi kaum ‘Ad berupa angin lebat yang berdebu tebal. Siksaan yang tiada hentinya, ini berlangsung selama setahun terus menerus. Tak ada orang yang selamat akibat siksaan tersebut. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu akhir bulan.

Imam Asy-Syaukani dalam Fath al Qadir Juz IV, hal. 669 berpendapat, Allah menurunkan siksaan kepada kaum ‘Ad pada hari Rabu akhir bulan Syawal. Kejadiannya berlangsung selama tujuh hari delapan malam, dimulai pada hari Rabu, dan berakhir pada hari Rabu berikutnya.

Sementara dalam hadits Nabi saw, ada beberapa hadits yang menerangkan nama-nama hari, diantaranya dalam Kitab Asma wa Shifat, karya Imam al Baihaqy, Juz II, hal. 250, hadits nomor 812 dan 813. “...Allah ‘azza wa jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu, kemudian Ia menciptakan gunung di atasnya pada hari Ahad. Ia menciptakan pepohonan pada hari Senin dan menciptakan perkara yang dibenci pada hari Selasa, dan Ia menciptakan cahaya pada hari Rabu. Kemudian Ia menebarkan seluruh binatang yang merayap pada hari Kamis. Dan Allah menciptakan Nabi Adam a.s pada hari Jum’at ba’da Ashar...”

Kebanyakan mufassir berpendapat azab berupa angin lebat yang bergemuruh pada hari Rabu akhir bulan hanya berlaku untuk kaum ‘Ad. Tak ada alasan untuk berkeyakinan, hari Rabu merupakan hari yang penuh kesialan. Sebaliknya, jika kita menelusuri perjalanan ibadah Nabi Muhammad saw, hari Rabu merupakan hari yang baik, merupakan salah satu saat mustajab (terkabulnya) do’a.

“Rasulullah saw telah berdo’a di masjid ini, yakni masjid Al-Fath, selama tiga hari, Senin, Selasa, dan Rabu. Kemudian do’a Rasulullah saw tersebut dikabulkan pada hari Rabu diantara dua waktu shalat. Jabir berkata : ‘Tidaklah aku mendapat kesulitan yang besar, kecuali aku memilih waktu tersebut, kemudian aku berdo’a kepada Allah pada hari Rabu diantara dua shalat. Tidaklah aku berdo’a pada waktu tersebut, kecuali aku mengetahui bahwa do’aku terkabul.’ “

Berdasarkan hadits tersebut dapat kita ketahui, do’a Rasulullah saw terkabul pada hari Rabu setelah berdo’a selama tiga hari. Sebagian ulama hadits memberi keterangan, waktu dikabulkannya do’a Rasulullah saw tersebut antara Dhuhur dan Ashar.

Syaikh Nashiruddin Al-Bani, salah seorang ulama hadits terkenal dalam karyanya Syarah Adab al Mufrrad memberikan komentar terhadap hadits tersebut. “Kalau bukan karena seorang sahabat Nabi saw yang telah memberi faidah kepada kami dan menyaksikan terkabulnya do’a Rasulullah saw pada hari Rabu, yang tentunya kesaksian sahabat tersebut jauh lebih berharga daripada komentar orang-orang yang tak pernah menyaksikan terkabulnya do’a Rasulullah saw., kami meyakinkan bahwa terkabulnya do’a Rasulullah saw pada hari Rabu benar-benar terjadi.”

Kemudian ia melanjutan komentarnya, “Selain itu, sahabat Rasulullah saw yang menyaksikan peristiwa terkabulnya do’a Rasulullah saw tersebut, juga mengamalkan perbuatan seperti yang dilakukan Rasulullah saw, yakni berdo’a pada waktu yang sama, dan do’anya pun dikabulkan Allah. Kesimpulannya, berdasarkan informasi dari seorang sahabat Rasulullah saw tersebut (sahabat Jabir), kami memahami perbuatan tersebut (berdo’a pada hari Rabu) merupakan sunnah ta’abudiyah (perbuatan yang tergolong ibadah), bukan perbuatan yang bersifat ‘afuwiyyah (kebetulan terjadi).”

Seperti halnya Jabir, pada saat ini masing-masing dari kita bisa jadi tengah dirundung masalah besar. Karena itu, marilah kita manfaatkan kesempatan mustajab ini untuk memohon kepada Allah agar segala kesulitan hidup yang tengah menimpa kita segera dilenyapkan dari diri dan sekitar kita. Kita juga memohon kepada Allah agar diberi keimanan yang kokoh, kesabaran, dan ketawakalan dalam menghadapi segala musibah.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Kau sebaik-baiknya Penolong. Ya Allah, berilah kami kemenangan, sesungguhnya Kau sebaik-baiknya Pemberi kemenangan. Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami, sesungguhnya Kau sebaik-baiknya Pemberi ampun. Ya Allah, kasihanilah kami, sesungguhnya Kau sebaik-baiknya Pemberi kasih sayang. Aamiin.

Ilustrasi : kalender (sumber gambar : republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image