Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Atropal Asparina

Berkah CSR: Dari Konfrontasi hingga Sinergi dan Pemberdayaan

Lomba | Sunday, 18 Sep 2022, 10:17 WIB
 
 
NAMA TOKOH
 

Sejak dahulu, permainan layang-layang di kota Garut, sudah menjadi budaya turun-temurun. Sampai kemudian tahun 1982, Pembangkit Listrik Tenaga Panas-Bumi (PLTP) Kamojang beroperasi dan menjadikan beberapa kecamatan di Garut dilewati Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Sejak itulah, mulai tercatat adanya insiden ledakan sutet akibat layang-layang.

Pada tahun 2000-an, penghobi layang-layang mulai menggunakan benang kawat dalam menerbangkan layangannya. Penggunaan benang kawat ternyata menambah banyak insiden ledakan transmisi antar-sutet, karena kawat adalah penghantar yang dapat menyebabkan hubungan singkat atau korsleting listrik. Selain sangat membahayakan sekitar, korsleting berupa dentuman besar seperti bom itu, juga merusak dan menghambat pasokan listrik.

Ketika masa pandemi (2020-2021), intensitas permainan layang-layang begitu tinggi. Akibatnya, ledakan kabel transmisi sutet di Garut menjadi yang terbanyak di seluruh pulau Jawa. Menurut data sejak tahun 2019 sampai 2021 telah terjadi 185 kali ledakan yang 80 % di antaranya diakibatkan layang-layang (Kompas.com, 26/07/2022). Sedangkan pusat pengrajin dan penghobi layang-layang sekaligus lokasi paling rawan terjadi ledakan yakni di kampung saya, kampung Panawuan, kelurahan Sukajaya, kecamatan Tarogong Kidul.

Dok. Pribadi: Sutet di Kp. Panawuan, Kel. Sukaja dan beberapa kelurahan lain di zona rawan ledakan sutet terlihat sangat dekat dengan pemukiman. terlihat juga petugas sweeping dari Karang Taruna sedang memantau setiap sutet.

Konfrontasi Panjang antara PLN-ULTG dan Masyarakat

Razia (sweeping) layang-layang oleh gabungan PLN-Unit Layanan Transmisi dan Gardu-Induk (ULTG) Garut, TNI, Polisi, dan kepala kelurahan mulai masif terjadi sejak tahun 2020 awal. Logika razia itu sangat sederhana: menjaga aset negara dari bahaya dan kerugian sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 02 Tahun 2019 tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada sutet atau Perda Nomor 18 tahun 2017 poin H dan I. Tindakan razia itu sangat mencolok dan berhasil membuat geger karena aparat yang datang sampai membawa senjata laras panjang. Berdasar hasil wawancara, saya mendapat pengakuan serius berupa rencana meledakan sutet secara sengaja jika cara yang dilakukan terus seperti itu. Masyarakat juga tahu, bahwa meledaknya sutet di Garut tidak berdampak apa-apa bagi listrik di Garut. Sebab sutet-sutet itu hanya transmisi bagi listrik di Jawa-Bali dan Jabodetabek.

Meski di Panawuan pernah ada korban jiwa seorang anak yang bermain layangan kemudian kesetrum dan meninggal (Sindonews.com, 10/08/2015), namun masyarakat tetap menolak langkah represif PLN-ULTG dan aparat. Bagi masyarakat seperti di Panawuan, layang-layang bukan sekadar hobi atau budaya, tapi lebih dari itu yakni simpul ekonomi. Ribuan layang-layang dibuat secara home industri setiap harinya, kincir layangan buatan Panawuan adalah yang teratas di algoritma online marketplace, serta pabrik gelasan Panawuan adalah yang terbesar di Garut. Karenanya langkah represif, dalam perspektif masyarakat sama dengan membunuh simpul kecil ekonomi di tengah goncangan pandemi.

Menyadari hal itu, PLN-ULTG kemudian segera mengubah pendekatan menjadi lebih kultural dan humanis. Hal itu dicirikan misalnya dengan program razia yang tidak menyertakan aparat dengan senjata laras panjang. Jika sebelumnya razia dilakukan secara sporadis pada semua orang yang menerbangkan layang-layang, kini hanya dikhususkan bagi layang-layang yang menggunakan benang kawat. Sifat razia dari tadinya represif menjadi lebih edukatif. Papan imbauan yang tadinya berbahasa indonesia dan berisikan undang-undang ancaman pidana, diubah menjadi istilah bahasa Sunda yang mudah dimengerti.

Sumber: Instagram pln_ultg_garut. Ternyata penyebab utama ledakan sutet bukan semua penghobi layang-layang, tapi hanya yang menggunakan benang kawat serta yang menerbangkan menghadap langsung ke sutet tanpa memperhitungkan arah angin.

Adapun langkah paling signifikan menurut saya adalah keberhasilan PLN-ULTG merangkul hampir semua komunitas pengrajin dan penghobi layang-layang. Keberhasilan itu bermula dari dilibatkannya unsur-unsur penting dalam masyarakat seperti tokoh agama dan tokoh pemuda yakni Karang Taruna. Pada titik inilah fakta-fakta di lapangan menunjukkan program CSR atau Corporate Social Responsibilty (tanggung jawab sosial perusahaan) diterima dengan baik dan menciptakan perubahan nyata di masyarakat.

Penguatan Sinergitas dan Pemberdayaan Masyarakat melalui CSR

Sebelum pendekatan intensif-persuasif kepada masyarakat terkait layang-layang, tawaran program CSR dari PLN bisa disebut dilematis. Hal itu dikatakan sendiri oleh Hari Sabar Akbar, Supervisor Pemeliharaan Jaringan ULTG Garut, saat acara rembuk bersama demi menjaga sutet. Demikian juga menurut elemen masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Karang Taruna, tokoh agama, dan puluhan komunitas layang-layang seperti Perlaga dan Pelangi. Mereka beranggapan CSR kepada komunitas voli, sepak bola, badminton bukanlah jawaban utama jika yang diharapkan adalah terciptanya sinergitas antara masyarakat dan PLN dalam menjaga sutet.

Tercatat, sejak awal tahun 2021 PLN-ULTG menggandeng Karang Taruna, Babinsa, Bhabinkamtibmas untuk secara profesional menjadi perpanjangan tangan dalam melakukan pemantauan sutet di setiap kelurahan. Adapun bagi komunitas layang-layang, PLN-ULTG menjadi sponsor utama dalam berbagai kompetisi permainan layang-layang di Garut, baik skala lokal maupun nasional.

Perhelatan yang didukung langsung oleh PLN ini tentu sangat berarti banyak bagi pengrajin layang-layang, tidak hanya di kampung saya Panawuan atau kota Garut, namun seluruh Periangan Timur. Simpul kecil ekonomi dari layang-layang dan alat-alat penunjang lainnya, punya ruang yang luas untuk terus berkembang. Bahkan saat ini di dalam komunitas-komunitas layangan, menguat isu agar layang-layang jadi salah satu cabang olah raga resmi di tingkat nasional dan mancanegara.

Kompetisi atau festival layang-layang yang didukung PLN dapat membangkitkan roda ekonomi kreatif masyarakat secara sangat luas. Parameter luas diketahui dari jumlah pengrajin dan penghobi layang-layang yang terdaftar di Garut mencapai angka 3000 orang, berdasar data dari Kang Dani selaku sekretaris Persatuan Layangan Garut (Perlaga) (Kompas.com, 26/07/2022).

Bagi pihak PLN, dukungan terhadap perhelatan kompetisi atau festival layang-layang tentu serupa satu kali mendayung dua tiga pulau terlampaui. PLN tidak perlu lagi blusukan merazia dan mengedukasi sekitar 400 tempat yang suka dijadikan arena permainan layangan di sepanjang sutet Garut. Sebab PLN mempunyai relasi-kuasa lebih untuk mengarahkan langsung bagaimana sebaiknya bermain layang-layang tanpa membahayakan diri dan merugikan rakyat banyak. Dalam acara seperti itu juga, sosialisasi lebih terstruktur dari otoritas lebih tinggi seperti tingkat bupati dan gubernur menjadi lebih mungkin.

jabaronline.com. Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman; Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, ketika peresmian satuan tugas Sapu Bersih Layangan Berkawat (Saber Lekat) di Kabupaten Garut, Rabu (7/10/20)" />
sumber: jabaronline.com. Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman; Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, ketika peresmian satuan tugas Sapu Bersih Layangan Berkawat (Saber Lekat) di Kabupaten Garut, Rabu (7/10/20)

Akhirnya saat ini, pihak yang merasa bertanggung jawab menjaga sutet tidak hanya PLN-ULTG Garut, aparat dan perangkat kelurahan, tapi juga para komunitas pengrajin dan penghobi layang-layang. Terdapat sukarelawan dari para pengrajin dan penghobi yang setiap hari rawan insiden, yakni Jum’at sampai Ahad, yang siap sedia menyisir, mengedukasi dan merazia siapa pun yang berpotensi membahayakan sutet. Hadirnya banyak relawan dari pihak komunitas pengrajin dan penghobi, memberikan hasil yang signifikan.

Dok. Pribadi: Kang Iwan seorang pengrajin layang-layang dan gelasan, memakai seragam relawan "sosialisasi manfaat dan bahaya listrik" dari PLN-ULTG. Setiap hari Jum'at sampai Ahad, secara sukarela akan menyisir arena-arena permainan layangan demi mengamankan sutet.
Republika.co.id dan Kompas.com " />
Grafik adalah hasil pengolahan penulis sendiri berdasarkan beberapa sumber di antaranya Republika.co.id dan Kompas.com

Sebagai penguatan dan pemberdayaan lebih menyeluruh, PLN kini berhasil memberikan CSR lebih variatif sesuai posisi strategis dan fungsi CSR. Hasil penelurusan saya melalui akun instagram resmi PLN-ULTG Garut program SCR berupa pemberian bibit ikan dan bibik pohon kopi pada petani, bibit domba sebagai khas kota Garut kepada peternak, membangun tempat wudu di masjid dan MCK, berhasil diterima dengan sangat baik. Dengan itu semua, relasi PLN dan masyarakat menjadi lebih dekat, sinergis dan saling menguatkan seiring tingkat kesalingpercayaan antara keduanya semakin baik.

beberapa contoh program CSR PLN-ULTG Garut kepada masyarakat. bahkan menurut hasil wawancara penulis dengan komunitas layang-layang, mereka sekarang ditawari membangun koperasi mandiri bagi pengrajin dan penghobi layang-layang di Garut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image