Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Firdarainy Nuril Izzah

CSR dan Pembangunan Pasca Pandemi Covid-19

Lomba | 2022-09-17 11:05:50

Pembangunan yang telah diupayakan selama bertahun-tahun setelah krisis moneter 1998 seolah ter-reset akibat merebaknya pandemi Covid-19. Korona melumpuhkan peradaban manusia dalam waktu yang tidak singkat. Tidak terkecuali sektor ekonomi yang ikut terdampak olehnya. Tiadanya pilihan kebijakan lain selain lockdown dan social distancing memicu kemandekan perdagangan, mulai dari industri kecil sampai industri raksasa sekalipun.

Penduduk indonesia yang kebanyakan adalah kelas menengah ke bawah, begitu pandemi ini muncul mereka terguncang dan anjlok ke jurang kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada tahun 2020, naik 2,76 juta orang dari tahun 2019.

Infografik dari penulis

Era new normal membuka kesempatan untuk dapat merestorasi kerusakan sendi kehidupan selama pandemi. Maka dari itu, diperlukan strategi penguatan dan pemberdayaan masyarakat yang tepat untuk bisa mengakselerasi pembangunan pascapandemi.

Konsep kolaborasi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan industri yang menjadi resep kesuksesan Swedia sebagai negara inovatif sedunia juga bisa diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Karena betapapun usaha mati-matian yang dilakukan pemerintah, hasilnya tidak akan optimal tanpa sinergitas dengan pihak lain.

Terkhusus industri, mereka bertanggung jawab untuk andil dalam memberikan dampak kesejahteraan, seperti yang tertuang dalam model bisnis Corporate Social Responsibility (CSR). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 secara tegas mengatur kewajiban tersebut. Bahkan disebutkan pula bagi perusahaan yang tidak melaksanakannya akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan.

Kekuatan solidaritas yang memampukan China melawan pandemi dapat dijadikan contoh untuk mendorong kerjasama memerangi Covid-19 di negeri ini. Mestinya, kalangan bisnis tergugah untuk melibatkan dirinya.

Di puncak-puncak naiknya kasus Covid-19 beberapa waktu lalu, tidak sedikit kemudian perusahaan yang ikut berderma berbagai bentuk bantuan penanganan pandemi, seperti masker, tabung oksigen, dan sembako. Akan tetapi, harapannya kesukarelawanan ini juga berlanjut pada misi besar guna memulihkan kesejahteraan pascapandemi.

Bantuan masker diserahkan Unit Manager Communication, Relation & CSR Pertamina RU IV Balongan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu. sumber: republika.co.id

Data BPS tahun 2019 memperlihatkan terdapat sekitar tujuh juta industri berkategori besar-sedang. Dengan ini bisa dibayangkan jika semua perusahaan tersebut menerapkan model bisnis CSR, maka akan tercipta titik-titik pembangunan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bukan sebatas memberikan bantuan sosial, namun CSR dalam implementasinya adalah sosok pekerja sosial yang melaksanakan tugas pemberdayaan masyarakat. Mengacu pada paradigma pembangunan people centered development yang dianjurkan oleh Robert Chamber, seorang praktisi pembangunan Inggris, pemberdayaan masyarakat harus diupayakan berjalan partisipatif. Artinya, masyarakat bukan ditempatkan sebagai objek melainkan subjek pembangunan yang terlibat aktif dalam setiap tahapan program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring serta evaluasi.

Selain itu, program yang diberikan seharusnya tidak berlaku sekali jalan, tetapi berlanjut agar diperoleh manfaat secara terus menerus.Tidak hanya membawa manfaat bagi masyarakat, namun manifestasi CSR menjadi wajah bagi perusahaan yang melaksanakannya. Dengan kata lain, CSR berperan penting untuk membangun citra perusahaan. Citra yang baik adalah elemen yang kuat untuk menarik konsumen agar memilih produk atau jasa perusahaan.

Bencana global pandemi Covid-19 bisa jadi merupakan peringatan atas kondisi lingkungan yang semakin tidak lestari akibat pembangunan modern ini. Kehadiran CSR diharapkan dapat mengarahkan kembali pembangunan kepada model berkelanjutan sesuai dengan prinsip 3P, People, Planet, Prosperity. Singkatnya, model pembangunan semacam ini tidak hanya terpusat pada kepentingan meraih profit, namun juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.

Intinya, CSR memiliki posisi strategis bersama dengan pemerintah sekaligus akademisi dalam pembangunan. Melalui CSR, pembangunan pascapandemi dapat berjalan lebih mudah dan berkembang dari segala arah.

Aktualisasi CSR harapannya tidak sebagai formalitas dan mencari “wajah” semata, tetapi disertai dengan keseriusan moral untuk memberdayakan masyarakat. Dengan demikian, akan tercipta masyarakat kuat dan berdaya yang mampu bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image