Penyampaian Wamenhan Tepat
Info Terkini | 2022-09-15 23:40:45Pemahaman dan penjelasan harus diberikan kepada generasi penerus bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang kuat. Artinya, kuat dalam hal pertahanan negara.
Semua negara besar memiliki pertahanan yang kuat. Mereka negara besar memiliki pertahanan yang kuat karena sudah dipersiapkan. Begitu juga Indonesia. Terus berupaya memperkuat pertahanan negara. Dengan terus berlatih untuk persiapan saat kondisi perang.
Pertahanan yang dibangun negara bukan hanya memperkuat ketika diserang oleh luar. Tapi juga memperkuat pertahanan ancaman dari dalam.
Menarik dan bagus soal penyampaian Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI) M. Herindra. Saat menjadi tamu undangan dan sekaligus pembicara dalam kegiatan EDUFAIR SMAN 8 Jakarta Tahun 2022, Rabu (14/9).
Di depan civitas dan alumni SMA Negeri 8 Jakarta, Wamenhan M. Herindra berbicara mengenai filosofi pentingnya pertahanan bagi sebuah negara dengan merujuk pada pandangan sejumlah tokoh terkenal seperti Titus Maccius Plautus (254-184 SM), Thucydides (460 SM – 395 SM), Publius Flavius Vegetius Renatus (5 M), Sun-Tzu (500 SM).
Wamenhan M. Herindra menjelaskan mengenai ungkapan Homo Homini Lupus yang dicetuskan oleh Titus Maccius Plautus dan dipopulerkan oleh Thomas Hobbes (tahun 1651), yang menjelaskan tentang “Manusia adalah serigala bagi manusia lain, ketika dia belum menemukan jati dirinya seperti apa dia”.
Bahwa manusia pada dasarnya hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, segala tindakan manusia mengarah pada pemupukan kekuasaan dan hak milik sehingga akan menjurus pada perang antara semua lawan semua.
Secara alamiah manusia memiliki naluri kekerasan. Menurut Hobbes kekerasan terjadi karena tidak tersalurnya naluri seperti harapan, keinginan atau kehendak yang berlebihan.
“Ketika masyarakat tidak lagi memegang nilai-nilai seperti kejujuran dan kebenaran serta keadilan dan kepedulian pada eksistensi orang lain maka akan ada kesewenang-wenangan terhadap golongan yang lemah. Oleh karena itu diperlukan adanya peran negara untuk mencegah ini.”
Hal ini ditegaskan dengan paham yang diungkapkan Thucydides (460 SM – 395 SM) bahwa hubungan antarbangsa berdasarkan siapa yang kuat, ketimbang siapa yang benar.
Demikian pula yang ditegaskan oleh Publius Flavius Vegetius Renatus, dalam bukunya yang berjudul de Re Militari pada sekitar abad ke 5 Masehi tentang Si Vis Pacem, Para Bellum.
Menurutnya, cara terbaik untuk menjaga perdamaian adalah selalu siap berperang.
“Jadi inilah paradoksnya: jalan menuju perdamaian adalah melalui persiapan perang.”
Wamenhan M. Herindra juga mengutip taktik militer Sun-Tzu dari buku The Art of War, bahwa jika anda mengenal musuh dan mengenal diri anda sendiri, maka anda tidak perlu takut akan hasil dari seratus pertempuran.
Jika anda mengenal diri sendiri tetapi tidak mengenal musuh, maka untuk setiap kemenangan yang diperoleh anda juga akan menderita kekalahan.
Dan jika anda tidak mengenal musuh maupun diri anda sendiri, maka anda akan menyerah dalam setiap pertempuran.
Sumber : Kemhan.go.id
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.