Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rizal Solihin

Asing Di Rumah Sendiri

Sastra | Monday, 12 Sep 2022, 13:55 WIB
Sumber Gambar : diarioaviero.pt

Ini adalah kisah seorang anak bernama Asheera. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Asheera bukanlah sebuah nama yang diambil dari bahasa Sansekerta, Yunani kuno, ataupun bahasa Ibrani tapi ia adalah nama yang diambil dari bahasa tarbaik yang pernah diperkenalkan oleh Sang Penguasa alam semesta yaitu bahasa Arab yang berarti sepuluh.

Nama yang mengandung kesempurnaan karena jika ia dikurangi ataupun ditambah walau hanya satu angka akan menjadikannya menjauh dari hakikat kesempurnaan.

Ia masih kebingungan dan meraba-raba mencari jati diri. Banyak potensi bagus yang saya lihat ada padanya. Tahun ini ia akan melanjutkan studinya di salah satu perguruan tinggi yang terkenal dan barometer perguruan ini adalah keahlian ilmu juga peraturan yang sangat disiplin.

Sudah banyak rencana yang berkumpul dipikiran Asheera dan ia juga meyakini langkah yang ia ambil saat ini adalah sebuah batu loncatan yang akan mengantarkannya ke gerbang pintu kesuksesan. Dua kaka Asheera juga sedang merajut kain kemuliaan dengan menuntut ilmu disana.

Entah apa yang direncanakan oleh Sang Ilahi, tapi bumi yang kemarin tersenyum seakan berpaling dan berhenti berputar mengekspresikan kesedihan yang ia rasakan. Virus yang bernama corona itu berhasil membuatnya kesakitan yang belum berkesudahan.

Apa yang dirasakan bumi juga dirasakan oleh Asheera yang memaksanya untuk belajar di dalam kamarnya yang sepertinya akan membuat ia agak kesulitan untuk menggapai impiannya, karena ia tidak bisa mencicipi dua hal yang menjadi barometer sekolahnya itu terkenal akibat belajar via online

Belajar di rumah membuat Asheera tidak bisa memahami apalagi menerapkan apa yang ia pelajari. Di saat yang membuatnya terpojok, orang tua yang harusnya menjadi penyangga malah menjadi penjegal bahkan ia seperti diasingkan di rumah sendiri dan diikat di sebuah kamar yang jauh dan tidak disukai oleh banyak orang. Ia hidup dengan penuh penderitaan di sana bahkan setetes air pun dengan susah payah harus ia dapatkan di sana.

Berbeda dengan kedua kakanya yang mendapat fasilitas juga perhatian yang lebih dari orang tuanya, bahkan si bungsu yang bernama awal, pun nampak bahagia dengan pakaian indah juga rapi yang selalu ia kenakan.

Rasa sedih, marah dan kecewa bukanlah hal yang asing dirasakan oleh Asheera. Nampaknya air asin pun tidak akan ada garamnya dihadapan Asheera akibat panca indra yang ia miliki telah dibuat mati oleh derita yang ia alami.

Malanglah engkau wahai Asheera, rasa-rasanya kau bisa melontarkan beberapa kalimat kepada orang tuamu sebagaimana yang pernah dilontarkan oleh Malin Kundang kepada ibunya hingga membuatnya membatu di muka bumi ini.

Tapi tidak mungkin rasanya bagi Asheera yang baik itu meludahi sumur yang ia minum airnya. Untuk Asheera terus tembuslah langit-langit impian yang telah engkau susun sedemikian rapi karena potensi besar didalam dirimu terlalu banyak yang sayang untuk di sebelah matakan. Takutnya jika dibiarkan ia akan menciut bagaikan kerupuk yang disentuh oleh udara.

Terima kasih Asheera, banyak pelajaran yang telah engkau berikan kepada jiwa yang kurang bersyukur ini. Marilah sama-sama kita bersabar agar bisa tersadar dari kebodohan yang sedang mengerogoti kepribadian bangsa. Bersabarlah bersamaku di sini di lembah yang beratapkan komolunimbus tapi tidak beroase ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image