Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Layli

Quarter Life Crisis: Ketika Hidup Berada di Persimpangan Jalan

Agama | Sunday, 11 Sep 2022, 12:40 WIB

Pernah gak sih kamu merasa bingung menjalani kehidupan ini? Bingung mencari jati diri dan overthingking tentang masa depan nanti. Belum lagi tuntutan lingkungan yang semakin membebani. Akhirnya hal itu membuat kita putus asa dan berhenti meraih mimpi. Bahkan yang lebih parah lagi, sampai depresi dan ingin bunuh diri.

Fenomena semacam ini biasa kita sebut dengan Quarter Life Crisis. Dilansir dari laman psikologi.unnes.ac.id, Quarter Life Crisis adalah suatu periode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun. Jadi, orang-orang pada rentang usia ini tengah dihadapkan pada persimpangan jalan dalam menentukan arah kehidupannya.

Beberapa gejala yang dirasakan pada masa Quarter Life Crisis diantaranya sulit mengambil keputusan, merasa terisolasi dan kesepian, merasa kehilangan arah, insecure, dan yang lainnya. Ada gak nih diantara kalian yang pernah merasakan salah satu dari gelaja-gejala tadi? Atau saat ini kalian tangah merasakannya? Wah, kalau iya berarti kalian juga tengah mengalami fase Quarter Life Crisis. Kalau begitu, jangan berlarut-larut dalam kondisi seperti ini ya. Yuk segera move on! Eits, tapi gimana nih caranya?

Oke, sebelum kita bahas solusinya kita harus tahu dulu nih apa sih akar masalah dari Quarter Life Crisis ini. Karena kalau kita gak tahu akar masalahnya, kita gak akan bisa menyelesaikannya secara tuntas. So, apa sih penyebab dari Quarter Life Crisis ini? Penyebab utama seseorang mengalami krisis dalam hidupnya adalah karena seseorang tidak memahami dengan benar tujuan hidupnya. Pernah gak sih, kalian memikirkan tentang diri kalian? Tentang siapa diri kita, apa tujuan hidup kita sebenarnya, dan akan kemana kita setelah kehidupan dunia?

Okey, mungkin kita bisa menjawab pertanyaan tentang siapa diri kita dan akan kemana kita setelah kehidupan dunia ini. Yups betul banget! Kita adalah manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah dan tentunya akan kembali kepada-Nya. Okey, sampai sini pasti kita sudah paham dengan jawabannya. Tapi untuk pertanyaan tentang tujuan hidup kita, sudahkah kita menjawabnya dengan benar?

Ketika kita membahas tentang tujuan hidup, mungkin banyak di antara kita yang menyebutkan bahwa tujuan hidup ini adalah untuk mencapai kebahagiaan dengan punya pekerjaan yang bagus, rumah yang mewah, gaji digit dua, bisa healing kemana-mana. Benar gak nih? Atau tujuan hidup yang lainnya yang kebanyakan saat ini hanya berfokus pada pencapaian materi semata. Semua orang berpacu untuk saling meraih kesuksesan duniawi. Akhirnya, bagi mereka yang merasa gagal mencapainya pasti akan merasa insecure, depresi bahkan ingin bunuh diri. Wah ngeri ya, kondisi orang-orang saat ini. Kira-kira apa ya yang menyebabkan kondisi masyarakat kita seperti itu?

Semua itu berawal dari mindset masyarakat kita yang hanya berfokus pada pencapaian materi atau bisa dikatakan bermindset kapitalistik. Sebuah mindset yang hanya mengejar manfaat dan kesenangan duniawi. Jadi, apapun akan dilakukan untuk mencapai manfaat itu tanpa memandang lagi apakah yang dilakukan itu halal atau haram. What? Emang boleh kayak gitu? Eits, ya gak boleh dong! Karena dalam hidup ini kan ada aturan mainnya. Jadi kita gak bisa seenaknya aja.

Tapi kenapa ya, kok bisa mayarakat kita bermindset seperti itu? Kalian merasa gak sih kalau kondisi masyarakat saat ini tuh jauh dari Islam, jauh dari agama atau bahasa intelektualnya itu sekulerisme. Dikutip dari Wikipedia, sekulerisme sering didefinisikan sebagai pemisahan agama dari urusan sipil dan negara. Jadi, agama hanya digunakan ketika melaksanaan ibadah ritual saja. Selain dari itu, agama tidak dijalankan sebagaimana mestinya dan masyarakat bebas dalam menjalani kehidupannya.

Ketika agama dipisahkan dari kehidupan, masyarakat akan jauh dari Islam dan menjadikannya tidak paham dengan Islam itu sendiri. Sehingga wajar jika masyarakat saat ini, tidak paham jati dirinya sebagai seorang muslim dan apa tujuan hidupnya yang sebenarnya. Mereka kehilangan arah dalam menjalani kehidupannya atau seperti bahasan kita di awal yaitu mengalami Quarter Life Crisis. So, gak mau kan terus-terusan terjebak di kondisi seperti ini. Okey, kalau gitu kita harus tau dulu apa sih sebenarnya tujuan hidup kita.

Allah telah berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 yang artinya, “Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”. Nah dari ayat ini kita tahu, bahwasanya tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah bermakna menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Dengan kata lain, dalam hidup ini kita harus taat pada seluruh hukum syariat-Nya Allah, bukan setengah-setengah. Karena Allah juga sudah memerintahkan kita untuk taat terhadap syariat-Nya secara keseluruhan.

Allah telah berfirman di dalam QS. Al-Baqarah ayat 208 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” Jadi Allah itu memerintahkan kita untuk taat secara totalitas yaitu menjalankan seluruh syariat-Nya dalam setiap lini kehidupan. Karena dalam Islam pun juga sudah diatur tentang semua urusan, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, mulai bangun rumah tangga hingga bangun negara. Semua sudah diatur oleh Islam!

Okey, sampai sini kita paham bahwa tujuan hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan seluruh syariat-Nya secara keseluruhan. Tapi, di sistem sekulerisme saat ini, apakah mungkin kita bisa taat secara totalitas? Ya pasti, bakal sulit banget. Tapi, kita gak boleh nyerah gitu aja dong. Kita harus berikhtiar untuk menjalankan tujuan hidup kita. Jadi gimana nih caranya?

Pertama banget nih, kita harus belajar Islam dulu. Karena kalau gak belajar, kita gak akan tahu apa aja sih syariat Islam yang harus kita jalankan. Nah belajar Islamnya secara intensif dan dibersamai oleh seorang guru agar kita tidak salah dalam mempelajari agama. Setelah kita belajar, kita akan paham dan berusaha untuk menerapkannya. Tapi, apakah cukup dengan belajar Islam saja? Oh tentu tidak! Bagaimana dengan masyarakat kta saat ini? Masa iya, kita membiarkan masyarakat kita berendam dalam sistem sekulerisme?

Maka yang kedua, kita harus memahamkan masyarakat juga tentang Islam. Agar tercipta masyarakat yang Islami yang saling amar ma’ruf dan nahi munkar. Lalu gimana caranya memahamkan masyarakat? Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah yaitu dengan cara berdakwah. Menyampaikan Islam ke tengah-tengah masyarakat. Akhirnya akan tercipta sebuaah masyarakat yang paham dan mau untuk menerapkan syariat Islam. Okey, kalau kita secara individu maupun masyarakat sudah paham Islam apakah itu sudah cukup? Eits, jangan lupa kalau sitem kita masih sekulerisme. Lalu harus gimana dong?

Nah maka yang ketiga, kita perlu mengubah sistem sekulerisme tadi dengan sistem yang bisa mendukung kita untuk bisa menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Tapi sistem apa ya? Bukan lain adalah sistem Islam itu sendiri dong. Karena hanya dalam sistem Islam inilah kita dapat menjalankan seluruh syariat-Nya Allah. Yang mana sistem Islam ini secara fiqih disebut dengan Khilafah Islamiyah.

Khilafah merupakan sebuah sistem kepemimpinan secara global yang menggunakan Islam sebagai asasnya. Khilafah juga pernah diterapkan dimasa Rasulullah dan dilanjutkan oleh para khalifah setelahnya. Islam bisa diterapkan secara sempurna dan mencapai puncak kejayaannya ketika berada dalam naungan khilafah. Maka hanya dengan khilafahlah, syariat Islam bisa diterapkan secara keseluruhan. Dengan kata lain, tujuan hidup kita bisa terwujud ketika khilafah ditegakkan dalam kehidupan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image