Mesti Terus Diingat, Selain Wujud dari Keimanan, Sabar Itu Kunci Kesuksesan dan Kemenangan
Agama | 2022-09-11 02:23:50Sabar itu merupakan salah satu barometer kesempurnaan iman. Sabar itu setengah dari keimanan. Demikian sabda Nabi saw.
Suatu ketika Nabi saw bertanya kepada sekelompok Anshar, “Apakah kamu semua orang-orang yang beriman?”
“Ya,betul sekali.” Jawab mereka.
“Lalu apa ciri-ciri bahwa kalian itu mukmin? Lanjut Nabi saw.
“Kami senantiasa bersyukur jika kami memperoleh kemenangan, bersabar ketika ditimpa musibah, dan rela dengan ketetapan Allah swt.”
Inti dari kesabaran adalah keteguhan hati, keyakinan akan perubahan hidup selama kita mau berjuang dengan sungguh-sungguh. Kesabaran juga berarti kerelaan hati untuk menanggung beban ketetapan dari Allah disertai keyakinan bahwa Allah tak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuan.
Kesabaran juga berarti mengunci lidah untuk tidak mengeluh, tidak mengadukan segala kesulitan yang kita hadapi kepada orang lain, kecuali mengadukannya hanya kepada Allah seperti yang dilakukan Nabi Ya’qub a.s. ketika mendapatkan musibah kehilangan anaknya, Nabi Yusuf a.s.
“Dia (Ya‘qub) menjawab, ‘Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.’ ” (Q. S. Yusuf : 86).
Imam Sufyan Ats-Tsauri membagi kesabaran menjadi tiga, yakni tidak menceritakan musibah yang menimpa kepadamu kepada orang lain, tidak mengeluh ketika menghadapi musibah atau kesulitan hidup, dan tidak menganggap diri sebagai orang suci (Mawaidh Al Imamu Ats-Tasuri, hal. 81,Ath-Thab’atul Ula, 1998, Beirut :Al Maktab Al Islami).
Sikap sabar merupakan kunci keberhasilan dalam berjuang. Seberat apa pun rintangan yang kita hadapi dalam berjuang, jika kita sabar dalam menghadapinya, sudah pasti keberhasilan yang gemilang dapat kita raih.
Nabi Isa a.s pernah bersabda, “Sesungguhnya kalian semua tidak akan mencapai sesuatu yang kamu cita-citakan, kecuali jika kalian memiliki sikap sabar dalam menghadapi segala sesuatu yang kamu benci untuk menjalaninya.”
Dalam banyak sabda Nabi saw disebutkan, akhir zaman merupakan zaman yang penuh gejolak, fitnah, dan berbagai rintangan yang menghadang perkembangan dakwah dan tegaknya syiar Islam. Menghadapi masa-masa seperti itu, kesabaran menjadi perisai utama untuk menghadapinya.
Dalam berbagai kesempatan, Nabi saw senantiasa berwasiat agar umatnya berjuang dengan penuh kesabaran dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Sabar ketika melaksanakan perintah Allah, sabar dalam menjauhi segala perkara maksiat, juga sabar tatkala petaka menimpa.
Memperhatikan kondisi umat Islam yang semakin terpuruk dari hari ke hari, maka kesabaran mutlak kita miliki dalam memperjuangkan hak-hak kita, demi tegaknya syi’ar Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
Sampai saat ini, kondisi umat Islam di belahan bumi manapun memiliki nasib yang jauh berbeda dengan umat beragama lainnya. Umat Islam senantiasa menjadi korban pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Dunia hanya memandang nasib umat Islam dengan sebelah mata. Perlakuan terhadap umat Islam sangat diskriminatif dalam segala hal.
Sepulang dari perang Hunain, di depan sekelompok sahabat Anshar dan Muhajirin Rasulullah saw bersabda, “Sepeninggalku nanti, kamu akan menemui sikap monopoli dan mengutamakan diri sendiri/egois. Maka bersabarlah, sampai kalian bertemu denganku pada hari kiamat di dekat telaga sorga.” (H. R. Bukhari dan Muslim).
Kesabaran merupakan kunci pembuka datangnya pertolongan Allah swt. Dalam berbagai perjalanan kesuksesan dakwah para nabi, kunci utamanya adalah sabar dalam menghadapi rintangan dan tantangan.
“(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin, ‘Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’ Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” (Q.S. Ali Imran : 124 – 125).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.