Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Program Profil Pelajar Pancasila di SMPN 1 Sindangkerta

Guru Menulis | Wednesday, 07 Sep 2022, 15:17 WIB
Program Profil Pelajar Pancasila di SMPN 1 Sindangkerta Bandung Barat

Oleh: Sri Sunarti, S.Pd., M.Pd

(SMPN 1 Sindagkerta)

Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan masyarakat, pendidikan ini menjadi sebuah proses yang dilalui setiap individu menuju ke arah yang lebih baik dalam melangsungkan kehidupannya, karena pendidikan adalah salah satu jalan seseorang mendapatkan pengetahuan untuk dijadikan sebagai modal dan acuan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurutnya, Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.

Di sisi lain, Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Jadi menurut KHD (2009), ‘Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluasluasnya

Seperti diketahui, Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Sesungguhnya, pemikiran-pemikiran KHD dalam pendidikan dan pengajaran erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Dari beberapa pemikiran KHD dapat disimpulkan bahwa sejatinya pendidikan merupakan proses panjang perubahan yang berorientasi pada peserta didik. Pendidikan seyogyanya harus berpusat pada peserta didik. Peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran.

Sebagaimana dipahami, peserta didik adalah subyek dalam pembelajaran, sedangkan pendidik adalah fasilitator dan motivator. Pendidik harus dapat penciptakan pembelajaran yang menyenangkan, anak bebas mengeluarkan pendapat, beropini, berkreasi,dan berkolaborasi.

Selain itu, peran seorang pendidik tergambar dari semboyang Ki Hadjar Dewantara ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani, mengandung arti bahwa seorang pendidik di depan harus mampu menjadi contoh dan tauladan bagi anak baik sikap maupun pola pikir, jika pendidik berada di tengah-tengan peserta didik maka pendidik harus mampu memberikan inspirasi/ideu, membangun semangat, dan membangkitkan motivasi peserta didik, dan di belakang memberikan dorongan dan keperyaan kepada peserta didik.

Filosofis Ki Hadjar Dewantara yang lainnya, yaitu prinsip melakukan perubahan. Perubahan yang akan membentuk kebudayaan suatu zaman. Untuk mencapai perubahan sesuai dengan perkembangan zaman maka diperlukan adanya pembentukan budi pekerti.

Budi mengandung makna cipta yang berarti menajamkan pikiran, rasa yang berarti mengendalikan perasaan, dan karsa yang berarti adanya kemauan, sedangkan pekerti berarti olah jasmani. Penanaman budi pekerti akan mendukung terciptanya karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

Profil pelajar Pancasila di sini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya.

Dimensi tersebut, yakni: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Semuanya merupakan gerbang untuk memasuki pendidikan yang menyesuaikan salah satu kodrat murid, yaitu kodrat zaman. Sama halnya dengan pendidikan itu sendiri yang senantiasa terbuka terhadap perubahan.

Salah satu profil pelajar Pancasila yang dikembangkan oleh penulis adalah dimensi yang pertama, yakni Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Penulis memilih dimensi ini dengan alasan bahwa kunci utama seorang anak untuk selamat dalam kehidupan dunia maupun akhiratnya adalah dimensi yang pertama.

Agama merupakan pegangan hidup dan pedoman hidup untuk seluruh umat manusia di dunia untuk mencapai keselamatan sebuah peradaban. Upaya ini harus tetap dilakukan terutama di masa pandemi ini.

Ketika pembelajaran di sekolah dalam bentuk daring, maka para pendidik hanya memberikan materi melalui aplikasi Google-Suite pada kelas maya/Google-Classroom. Sehingga, kegiatan ekstrakurikuler dan penanaman pendidikan karakter melalui kegiatan pembiasaan secara otomatis tidak dapat dilaksanakan.

Alhasil, sikap dan karakter peserta didik jadi kurang terpantau oleh pendidik. Kedisiplinan menurun, penanamam budi pekerti sulit dilaksanakan, dan penampilan peserta didik pun mulai tidak mencerminkan seorang pelajar, rambut gondrong, tutur Bahasa kurang sopan, dan kurang menghargai terhadap pendidik.

Pembiasaan di SMPN 1 Sindangkerta

Namun, pada pertengahan bulan September, Alhamdulillah pemerintah mulai memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Dengan adanya pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas maka kami bisa mengaktifkan lagi kegiatan pembiasaan dengan menambah kegiatan-kegiatan baru dalam rangka mewujudkan profil pelajar Pancasila dimensi kesatu, yaitu: Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Tolok Ukur Kegiatan

Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan yang akan dicapai oleh profil pelajar Pancasila yaitu untuk mewujudkan Pelajar Indonesia sebagi pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

Hal ini lagi adalah sejalan dengan konsep pendidikan Long Life Education yang sudah menjadi salah satu konsep pendidikan di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus dari aksi nyata ini adalah untuk menumbuhkan salah satu profil pelajar Pancasila, yaitu: Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia pada diri peserta didik, dan meningkatkan keterlibatan peserta didik, pendidik, kepala sekolah, dan seluruh warga sekolah yang tercermin pada saat sebelum pembelajaran dimulai, selama proses pembelajaran berlangsung, dan setelah proses pembelajaran.

Sementara itu, tolok ukur keberhasilan kegiatan di atas adalah mengenal dan mencintai Tuhan yang Maha Esa, mempunyai pemahaman terhadap agama yang dianutnya, melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan menjauhi larangannya.

Selanjutnya, mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan, memiliki sikap toleransi, berempati kepada orang lain, dan menghormati orang tua, guru, dan saling menyayangi dengan teman.

Kemudian, berbicara sopan dan santun, mematuhi peraturan sekolah, dan menanamkan cinta terhadap tanah air.

Adapun dukungan yang dibutuhkan adalah peserta didik-sebagai sasaran utama parameter ketercapaian program. Kemudian, Calon Guru Penggerak yang berperan membuat program dan menggerakkan komunitas belajar. Guru PABP yang akan mendukung dan melaksanakan program. Wakasek Kesiswaan dan Pembina OSIS yang akan menggerakkan siswa dan seluruh warga sekolah.

Berikutnya adalah rekan guru di sekolah yang mendukung dan melaksanakan program, Kepala Sekolah yang berperan memfasilitasi dan memberikan pengawasan, dan Komite Sekolah serta orang tua siswa yang berperan sebagai motivator, pendukung, dan melakukan pengawasan.

Pelaksanaan Aksi Nyata

Untuk menyukseskan program dibutuhkan kerjasama dan komitmen yang sama dari seluruh warga sekolah. Selain itu, contoh dan keteladanan dari guru adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan seluruh guru.

Kedisiplinan, tatakrama, dan sopan santun harus diawali dari guru terlebih dahulu. Kemudian penanaman karakter dan pembiasaan harus diterapkan secara terus-menerus dan di evaluasi pelaksanaannya. Pemantauan dari kepala sekolah juga menentukan berhasil tidaknya program sekolah ini.

Guru selalu datang lebih awal dari siswa dan menyambut kedatangan siswa dipintu gerbang. Disini pembiasaan 7S (senyum, salam, sapa, sopan, santun, Sindangkerta satu) dilaksanakan.

Di awal pembelajaran sebelum siswa memasuki kelas, siswa berbaris terlebih dahulu dipandu oleh KM. Siswa diminta untuk merapikan pakaian dan berbaris yang rapi. Pada kegiatan ini diharapkan muncul budaya antri, disiplin, dan sabar.

Sebelum belajar, siswa membaca do’a terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan salah satu lagu wajib nasional. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap tanah air.

Setelah itu dilanjutkan membaca buku non mata pelajaran di minggu kesatu dan ketiga, dan membaca Asmaul Husna di minggu kedua dan keempat. Kemudian siswa memulai pembelajaran. Dalam setiap mata pelajaran diintegrasikan dengan penanaman budi pekerti.

Berikut aksi nyata yang dilaksanakan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dimensi pertama, Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Yaitu: berdoa sebelum belajar, membaca Asmaul Husna sebelum belajar, pelaksanaan IMTAQ setiap hari Jumat selesai sholat Jumat, dan salat Zhuhur berjamaah di sekolah.

Kemudian, membimbing salat Dhuha, pembiasaan 7S-senyum, salam, sapa, sopan, santun, Sindangkerta satu, membantu siswa yang tidak mampu, dan Saling menolong dan kerjasama antar warga sekolah.

Selanjutnya, menjaga kebersihan kelas, menengok teman yang sakit, memperingati hari-hari besar keagamaan, pelaksanaa Sanlat pada bulan Ramadhan, dan menggiatkan kegiatan ektrakurikuler keagamaan dan pramuka

Hasil Kegiatan

Dari pelaksanaan kegiatan aksi nyata, siswa lebih bersemangat namun serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Sedangkan dari sisi positif lainnya, siswa memiliki bekal ke depan untuk dapat menjadi insan yang berguna dalam berkehidupan, berbangsa dan bertanah air. Sehingga dalam pembelajaran ke jenjang yang lebih tinggi, kehidupan di lingkup pembelajaran sudah mampu menciptakan siswa yang memiliki profil pancasila karena hasil yang diharapkan dari aksi nyata ini adalah terbentuknya Profil Pelajar Pancasila.

Tindak Lanjut Kegiatan

Untuk perbaikan selanjutnya, diharapkan pelaksanaan aksi nyata yang terkait dengan penerapan filosofi Ki Hadjar Dewantara untuk menumbuhkembangkan Profil pelajar Pancasila ini akan dapat berjalan dengan maksimal dan lebih memusatkan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan pembiasaan, dan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler.

Murid merasa nyaman dan senang dengan seluruh program pembiasaan, tidak ada paksaan, tidak ada punishment. namun yang muncul adalah keinginan dan kemauan untuk melaksanakan program ini dengan baik sehingga murid merdeka dalam belajar dan mampu menciptakan kondisi belajar yang lebih menarik dan efektif.

Supaya kegiatan ini terus berlangsung dan membudaya pada warga sekolah, maka kegiatan ini harus dilaksanakan secara terus-menerus dan selalu diadakan evaluasi untuk perbaikan program selanjutnya.***

Sumber dan Dokumentasi Kegiatan : https://drive.google.com/file/d/1ATZnoa9Y57NN25C674LvijbZICJ1o7tQ/view?usp=sharing, https://drive.google.com/file/d/1wo95ZVsOwS2ajCDRgsPVClj1akwqH6Fk/view?usp=sharing, https://drive.google.com/file/d/1pf89lxmMgsG4CFtdGFlDOtXSWhnyjxm4/view?usp=sharing

Penulis:

Sri Sunarti, lahir 11 Mei 1972 di Jakarta. Masa balita penulis tinggal di Jakarta. Sekarang penulis tinggal di Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Penulis adalah guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Sindangkerta Kecamatan Sindangkerta. Pengalaman penulis selama 25 tahun menjadi guru diantaranya adalah penulis pernah membuat sebuah film pembelajaran tentang teks Procedure dan media pembelajaran berupa Multi Media Interaktif tentang pembelajaran teks Descriptive yang dilatih dan didanai oleh Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Provinsi Jawa Barat. Penulis juga menulis beberapa essay, beberapa PTK dan best Practice, penulis buku antologi cerpen Perlindungan Guru “Kuceritakan Kisahku Disini”, penulis antologi puisi SMPN 1 Sindangkerta, penulis artikel Perlindungan Guru “Jejak Langkah Menuju The Sunan”. Penulis juga pernah mengikuti Short Course ke Adelaide, Australia selama 21 hari. Pengalaman dalam organisasi diantaranya adalah pengurus Pramuka Kwarran Kecamatan Sindangkerta, Ketua MGMP Bahasa Inggris SR 5, bendahara MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Bandung Barat, dan Ketua Komunitas Praktisi "RANCAGE" di Kecamatan Sindangkerta. Email : [email protected] Fb: Sri Sunarti IG: Sunarti.sri

Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image