Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Drama Kenaikan Harga BBM

Bisnis | Tuesday, 06 Sep 2022, 08:52 WIB
Antrian pembelian BBM di SPBU.

Sejak akhir Agustus tersiar kabar BBM akan naik, hal ini membuat rakyat panik padahal belum ada pengumuman resmi dari pemerintah. Berbagai SPBU terpantau penuh oleh antrian kendaraan yang mengular karena isu awal September BBM akan naik lagi. Diantara rakyat yang bersiaga, ada juga rakyat yang berusaha berbaik sangka, pemerintah takkan tega menaikan BBM saat situasi rakyat masih sulit.

Kejutan yang Diduga

Boom! Sabtu siang tanggal 3 September 2022, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan harga terbaru BBM dari Istana Merdeka. Pemerintah menetapkan harga Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, solar subsidi dari Rp5.150 per liter jadi Rp6.800 per liter, Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 jadi Rp14.500 per liter berlaku pada Sabtu 3 September 2022 pukul 14.30 WIB. (Republika.co.id,3/9/2022)

Sungguh gerak cepat dalam menaikan harga BBM, tak membiarkan rakyat bersiap terlebih dulu. Pengumuman dikeluarkan hari Sabtu, siang itu juga sudah sah harga barunya di SPBU. Luar biasa.

Banyak yang kecewa akan sikap pemerintah ini. Banyak yang mempertanyakan lantas apa gunanya kemarin heboh meminta rakyat menginstal aplikasi my Pertamina jika akhirnya harga BBM mahal juga. Apalagi kejutan kali ini tak sendiri, ia pasti membawa efek domino kenaikan harga bagi yang lainnya.

Perang Harga

Dikala harga BBM negeri ini melonjak tinggi, harga minyak dunia justru anjlok. Kalau dulu kita dengar alasan penyesuaian harga dengan minyak dunia. Mengapa kini pemerintah menaikan harga kala harga minyak dunia justru sedang turun?

Fakta menjawab pertanyaan ini. Setelah pemerintah menaikan harga BBM. BBM tanpa subsudi dijual lebih mudah dari harga Pertalite oleh SPBU Vivo. Warganet menyarankan rakyat beralihnya mengisi bensin di SPBU Vivo yang berada di bawah bendera PT Vivo Energy Indonesia, perusahaan sektor hilir minyak dan gas bumi yang masih terafiliasi dengan Vitol Group, raksasa minyak yang berbasis di Swiss. (Kurusetra.republika.co.id, 4/9/2022)

Sudah terlihat siapa yang untung ketika pemerintah menaikkan harga BBM. Yang jelas bukan rakyat, tapi kapital. Jika BBM di SPBU pertamina masih lebih murah dari SPBU asing, tentu mereka akan sepi peminat. Maka, penghilangan subsidi menjadi opsi agar para SPBU asing bisa bersaing dan dipilih oleh rakyat negeri.

Nirempati

Setelah kemarin saat telur menjadi mahal pejabat berkomentar jangan ribut. Kini, pejabat lainnya berkomentar,"akan sakit tapi beberapa bulan saja."

Jauh sebelumnya rakyat juga pernah diminta untuk menanam sendiri harga bahan pangan yang melambung tinggi. Sungguh inikah komentar dari para pejabat yang mengaku sebagai wakil rakyat. Wakil dari rakyat yang mana yang tidak ribut saat harga naik? Rakyat mana yang tidak sakit saat bahan bakar naik? Oh, mungkin para pejabat yang memang gajinya besar. Atau para kapitalis yang meraup untuk dari bisnis kebijakan yang digelontorkan.

Lupakah mereka akan janji manis yang diucapkan saat kampanye pemilihan? Amnesiakah mereka akan sumpah di bawah kitab suci untuk menjalankan amanah dengan penuh kesadaran? Tak ingatkah mereka dengan beratnya hari penghisaban? Astagfirullah.

Sedih, miris, ironis tapi inilah fakta sosok pejabat di masa kini. Betapa mereka dekat dengan para kapital karena mereka pun butuh modal untuk mengamankan jabatan. Apalagi kebutuhan politik, termasuk pemilu di alam demokrasi sangat mahal harganya. Wajar jika suara jeritan, tangisan rakyat tak didengar, atau bahkan dibungkam.

Aqidah dan Syarak

Betul kita harus yakin akan rezeki yang Allah turunkan. Walau harga barang naik, dunia berubah, Allah pasti akan memberikan kita rezeki. Kita hanya perlu ikhtiar untuk menjemput rezeki tersebut.

Namun, dalam Islam tak hanya itu. Kita juga harus paham bagaimana pandangan syarak terhadap hal ini. Rasulullah saw bersabda, "Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Hadits ini menyatakan bahwa kepemilikan sumber daya alam yang melimpah dari sumber padang gembalaan, air juga tambang adalah milik kaum muslim secara umum. Tidak diperkenankan untuk dikuasai oleh individu naik lokal atau asing. Pengelolaan SDA ini dilakukan oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Bisa dipakai untuk pendidikan, kesehatan, keamanan, atau penyediaan sandang, pangan, juga papan yang terjangkau bahkan gratis.

Jadi, tak cukup dengan meyakini akan konsep rezeki, kita pun harus menerapkan tuntunan syarak agar sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw. Penerapan aqidah dan syarak bukan hanya membawa solusi bagi permasalahan yang ada, tapi juga pintu dibukanya keberkahan dari langit dan humi seperti yang Allah firmankan dalam al qur'an.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-A'raf: 96)

Akankah kita menjadi golongan yang beriman dan bertakwa dengan menerapkan aturan dari Allah? Atau akankah kita menjadi bagian orang yang mendustakan ayat-ayat Allah? Na'udzubillah. Semoga kita semua termasuk golongan yang beriman dan bertakwa. Aamiin.

Wallahu'alam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image