Bandung Diserang HIV/ AIDS
Gaya Hidup | 2022-09-04 01:09:51Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum - M.A.W. Brouwer
Siapa saja yang pernah datang ke kota Bandung pasti pernah melihat kalimat di atas. Apalagi warga Bandungnya sendiri. Kota yang punya julukan Paris van Java juga kota kembang ini memang sangat Indah. Indah alamnya, nyaman lingkungannya, ramah serta santun para penduduknya, ditambah rupawan paras mojang jajakanya.
Sebagian besar para perantau yang merantau di Bandung pun kerasan di kota ini. Sulit untuk meninggalkannya pergi. Tapi sayang, kini Bandung sedang tidak baik-baik saja.
Bandung dan HIV/AIDS
Dilansir dari laman republika.co.id (25/8/2022), Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung melaporkan 5.943 orang yang memiliki KTP Kota Bandung mengidap HIV-AIDS. Mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa hingga ibu rumah tangga. Wali Kota Bandung Yana Mulyana, mengungkapkan kasus HIV-AIDS bisa lebih banyak dibandingkan data yang ada saat ini.
Sepakat dengan pernyataan bapak wali kota, penyakit HIV/AIDS ini seperti fenomena gunung es. Yang nampak hanya yang ada di atas, hanya yang melapor. Sementara fakta di lapangan bisa jadi jauh lebih banyak. Bisa jadi tak melapor karena malu dan sebagainya.
Bandung dan Hiburan
Di Bandung sendiri, kecamatan Andir menjadi kecamatan dengan kasus positif HIV/AIDS terbanyak. Awalnya, Ketua Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi mengungkapkan, bahwa kasus HIV/AIDS di Kecamatan Andir banyak ditemukan karena banyaknya populasi di wilayah tersebut.
Sementara Asisten Daerah 1 Kota Bandung, Asep Gufron, mengungkapkan faktor tempat dan lingkungan turut memengaruhi tingginya tingkat penularan HIV/AIDS. Mengingat Andir merupakan wilayah dengan banyak tempat hiburan termasuk kos-kosan.
Apalagi Ketua Tim Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Yudi Koharudin menjelaskan, penyebab penularan HIV/AIDS di Jawa Barat adalah hubungan heteroseksual, homoseksual, biseksual, pengguna Napza suntik, dan penularan dari ibu kepada bayinya. Namun penularan paling banyak adalah akibat aktivitas seksual yang berisiko atau bukan dengan pasangannya.
Dari sini dapat dipahami mengapa Bandung menjadi kota dengan angka HIV/AIDS tertinggi se-jawa Barat. Juga dapat dimengerti mengapa Kecamatan Andir menjadi wilayah dengan kasus HIV positif terbanyak. Jawabannya adalah karena pergaulan bebas yang difasilitasi oleh berbagai tempat hiburan yang ada di kota kembang ini.
Kondom jadi Solusi?
Menanggapi fenomena ini pemerintah tentu tidak tinggal diam. Berbagai program dicoba agar menjadi solusi merebaknya penyakit ini. Salah satunya program Kemenkes yang akan mengalokasikan 425.808 kondom untuk mencegah HIV/AIDS. (Republika.co.id,1/9/2022)
Apakah ini solusi? Ya kalau memang pemakaian kondom saat berhubungan memang bisa mencegah HIV/AIDS. Tidak jika ternyata akar masalahnya bukan pada ada tidaknya pengaman. Tapi lebih pada perilaku gaul bebas. Baik itu free sex, drugs, dan aktivitas lain yang menimbulkan penularan HIV/AIDS. Apalagi ada penelitian yang menyatakan memakai kondom atau sex aman tidak menjamin akan bebas HIV/AIDS.
Jadi, bisa disimpulkan pemakaian kondom bukan solusi atas HIV/AIDS. Justru yang harus dibenahi adalah pola pikir masyarakat yang sudah bebas kebablasan ini. Dengan alasan hak, 'consent', my body my authority, yang penting tidak mengganggu, banyak yang akhirnya terjerumus nafsu sesaat. Perzinahan menjadi gaya hidup. Gonta ganti pasangan, memakai obat-obatan terlarang hingga perilaku eljibiti.
Hal ini diperparah dengan sikap permisif masyarakat. Atas nama toleransi, menghargai, dan sejenisnya hotel dibebaskan menerima tamu pasangan walau bukan suami istri, kos-kosan sekamar dengan pasangan tak lagi jadi soal, bawa pacar ke dalam kamar dianggap biasa. Konten porno pun makin ramai di dunia Maya.
Enyahkan Liberalisme
Solusi hakiki atas kasus HIV/AIDS yang kian merebak ini adalah dengan mengenyahkan pemikiran liberal, permisif. Kita tak bisa hidup semau kita, sesuka kita karena kita hanya makhluk lemah dan terbatas.
Kita tak tahu apa yang terbaik untuk diri kita sendiri. Lihatlah anak kecil yang serba ingin tahu. Ingin pegang api, ingin main di kolam. Melarang anak kecil bermain dengan api bukan berarti bentuk intoleransi. Memberinya rambu-rambu saat berada di dekat kolam yang dalam bukan juga bentuk pengekangan. Tapi, itulah penjagaan karena sayang.
Sayang, ingin menjaga anak agar tak terbakar, tak tenggelam. Sayang untuk memelihara kehidupannya. Begitu pula dengan aturan. Sayangnya aturan saat ini bersumber dari manusia yang lemah juga. Oleh karena itu, tak menghapus akar masalah yang ada.
Islam Solusinya
Islam tak hanya datang sebagai agama yang mengatur sholat, puasa, zakat saja. Islam juga mengatur hubungan antara manusia, termasuk hubungan pria dan wanita. Ada anjuran menundukan pandangan pada pria kala melihat wanita, begitu juga sebaliknya. Ada kewajiban menutup aurat bagi keduanya. Ada larangan berkhalwat apapun alasannya.
Di dalam al qur'an pun kita tahu ada ayat yang melarang untuk mendekati zina. Mendekatinya saja tidak boleh apalagi sampai melakukannya. Dosa besar jadinya.
Inilah aturan yang Allah turunkan karena sayang pada kita. Tak ingin manusia hancur dalam gerusan nafsu syahwatnya yang sekejap saja. Hancur kesehatannya, hancur masa depannya.
Turunkan ego dan kesombongan, percayalah aturan Allah pasti yang terbaik bagi kita. Mari terapkan jangan hanya jadi bacaan dan teori dalam pengajian semata. Agar tuntas masalah gaul bebas dan semua turunannya yang merusak ini.
Wallahua'lam bish shawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.