Gagasan Pentahelix, Festival Lumbung Mataraman, dan Ketahanan Pangan
Edukasi | 2022-08-29 15:33:54Pada bulan lalu, tepatnya hari selasa-rabu, 12-13 Juli-2022 Pemprov. DIY melalui DPKP menyelenggarakan kegiatan Lumbung Mataraman. Acara dihadiri oleh berbagai pihak melibatkan unsur kolaborasi pentahelix yaitu akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media. Konsep pentahelix ini sejatinya merupakan inovasi untuk mendorong suatu ekosistem yang mengedepankan kreativitas dan pengetahuan yang berbasis pada inovasi dan teknologi yang melibatkan peranan masyarakat dalam hal ini untuk mewujudkan ketahanan pangan lokal yang diharapkan berlanjut pada tataran global. Acara berlangsung secara meriah. Acara dibuka dengan penampilan seni, seminar, bazar, perlombaan, live musik dan sekaligus launching Gebyar Petani Milenial. Pada acara ini juga, Gubernur DIY memberikan sambutan agar seluruh pihak dapat terus berkolaborasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.
Lumbung mataraman ini bukanlah yang pertama kali diselenggarakan oleh DPKP Provinsi DI Yogyakarta. Lumbung Mataraman ini pun mendorong pada pengembangan tanaman pangan berbasis rumah tangga. Pada tahun 2021 Lumbung Mataraman mengangkat ikon pertanian berbasis pemanfaatan pekarangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Hal tersebut wajar karena pada tahun 2021 perekonomian sangat terguncang oleh adanya pandemic Covid-19. Pada tahun 2022, acara ini memiliki tajuk “Gebyar Potensi Petani Milenial DIY 2022”.
Kegiatan Lumbung Mataraman sejatinya terinspirasi oleh kejayaan Mataram pada masa lalu sesuai dengan pernyataan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X pada kegiatan Lumbung Mataraman tahun 2021. Pada tahun 1613-1645, Mataram yang dipimpin oleh Sutan Agung telah mengenal konsep pola pertanian Crop Livestock System (CLS) yang mengintegrasikan cocok tanam dengan ternak pada abad 17. Konsep pertanian ini berhasil sebab peranan masyarakat dalam upaya intensifikasi pangan. Semangat tersebut kemudian direfleksikan dalam kegiatan Lumbung Mataraman saat ini. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono pada kegiatan Lumbung Mataraman 2022.
Jika pada masa lalu sebelum kemajuan zaman hadir seperti ini, maka saat ini dan di masa yang akan mendatang, kejaan tersebut dapat terulang. Sultan Agung yang telah menerapkan kolaborasi antara pemerintahan pada saat itu dengan masyarakat dengan upaya intensifikasi tanaman, maka hari ini kesuksesan pertanian dapat lebih sukses jika menggunakan konsep kolaborasi pentahelix.
Kolaborasi pentahelix mulai ramai dibicarakan saat ini. Gagasan Pentahelix merupakan pengembangan dari gagasan triple helix yaitu kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah yang berkembang pada tahun 2000 dari teori Etzkowitz & Leydesdorff. Seiring berkembangnya gagasan ini, pada tahun 2014 muncul gagasan quadruple helix oleh Lindberg yang menambahkan masyarakat. Barulah pada tahun 2018 konsep pentahelix yang dikenal saat ini muncul dengan pelibatan media seperti yang disampaikan oleh Riyanto. Arief Yahya kemudian mempopulerkannya menjadi Pentahelix ABCGM Stakeholder yang meliputi, Academic (Kampus), Business (Pelaku Usaha), Community (Komunitas), Government (Pemerintah), dan Media.
Sumber: Etzkowitz & Leydesdorff (2000); Lindberg (2014); Yahya (2018); diolah oleh Penulis.
Menarik kelanjutan dari acara ini. Pertanian selalu menjadi sektor yang sangat tangguh karena kemampuannya yang dapat bertahan dalam berbagai zaman. Pangan sebagai kebutuhan utama manusia menjadikannya hal yang wajib hadir bahkan dalam situasi sesulit apapun. Pada saat pandemic covid-19 memukul berbagai sektor perekonomian, pangan menjadi sektor unggulan yang tidak mengalami penurunan permintaan selain sektor Kesehatan dan digital yang mengalami peningkatan.
Semangat masa lalu dan kekuatan kolaborasi pentahelix sangat memungkinkan mewujudkan ketahanan pangan dimulai dari pangan lokal hingga tataran global sesuai tujuan pembangunan global yang berkelanjutan yang tertuang dalam SDGs utamanya pada poin kedua yaitu masyarakat dunia tanpa kelaparan. Namun, gagasan pentahelix hanya akan berakhir sebagai slogan jika tanpa diiringi komitmen seluruh pihak. Kemampuan dalam komunikasi dan membangun kepercayaan dapat memperkuat gagasan pentahelix itu. Tanpanya, gagasan pentahelix akan berlalu begitu saja dalam pidato-pidato pihak-pihak yang terlibat tanpa menyelesaikan permasalahan pangan yang masih dihadapi hingga hari ini. Perlu kita nantikan. [SSR]
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.