Ujian Keimanan
Agama | 2022-08-28 20:51:18Ujian Keimanan
Oleh : Moch. Hisyam
Keimanan merupakan perkara yang agung disisi Allah SWT. Karenanya, Allah SWT tidak akan membiarkan seorangpun menyatakan keimanannya begitu saja, kecuali Allah akan mengujinya. Tujuannya, untuk melihat akan kebenaran keimanannya.
Allah SWT berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?" Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-'Ankabut : 2-3)
Dengan demikian, ujian keimanan merupakan cara Allah swt untuk mengetahui apakah keimanannya itu benar atau sekedar lipstik semata karena keimanan bukan hanya sekadar kata-kata, bukan hanya pengakuan semata, akan tetapi, harus dibuktikan pula dalam kehidupan nyata.
Ketika Allah SWT menguji keimanan seseorang maka ujiannya disesuaikan dengan kadar keimanannya. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling besar ujiannya adalah para para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim)
Adapun bentuk ujian dari keimanan ini bisa berbentuk musibah dan bisa juga berbentuk kezaliman orang lain terhadap dirinya. Dalam kitab Makaarim Al Akhlaq, Abu Bakr bin Laal meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian; mukmin yang menghasudnya, munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, nafsu yang menentangnya, dan setan yang selalu menyesatkannya.” (HR Ad Dailami).
Oleh karena itu, ketika seseorang diberikan ujian atau musibah tidak menunjukan akan kehinaannya. Akan tetapi, Allah SWT hendak menguji keimanannya dan memberikan kebaikan kepadanya. Rasulullah saw bersabda,“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan mengujinya” (HR. Bukhari)
Dalam hadis lain, “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR. Al-Bukhari).
Kemampuan kita menghadapi ujian dan musibah akan menjadikan derajat kita ditinggikan oleh Allah SWT, hidup akan tenteram, dan akan dimasukkan kedalam surga. Allah SWT berfirman, “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman.” (Q.S Al-Mujadalah ayat 11)
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan.” (Q.S Fushshilat ayat 30)
Untuk itu, janganlah kita memohon kepada Allah dihindarkan dari ujian, akan tetapi mintalah kepada Allah SWT kekuatan dan kemampuan untuk menghadapi beragam ujian dengan keimanan karena dengannya keimanan kita akan meninggi dan kita akan meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.Wallahu’alam***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.