Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gilang Hadiana Suntana

Belajar Sejarah Mengisi Ruang Kemerdekaan

Sejarah | Tuesday, 16 Aug 2022, 09:57 WIB

Oleh : Gilang Hadiana Suntana, S.Pd

Guru di SMA AT-Tajdid Boarding School dan MA Al-Muniroh Sukaratu

Pembacaan Teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno didampingi Mohammad Hatta

Proklamasi Bagian dari Sejarah

Proklamasi merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa ini mengingatkan seluruh bangsa Indonesia bahwa penjajahan bisa diusir dengan upaya gigih, gotong royong, serta rasa nasionalisme yang tinggi. Faktanya, tepat pada hari Jumát tanggal 17 bulan Agustus tahun 1945 Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.

Pada hari itu, sejarah mencatat Indonesia memasuki babak baru. Kehidupan yang harus dilalui adalah upaya menjaga keutuhan kemerdekaan, kedaulatan wilayah serta ketahanan nasional dari upaya penjajahan. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah peristiwa sejarah yang begitu melekat dalam hati rakyat hingga dewasa ini. Proklamasi seolah telah menyulap kejamnya kolonial menggaruk sumber daya alam dan manusia menjadi hadiah indah seluruh bangsa. Proklamasi adalah puncak ikhtiar dari seluruh bangsa, mengusir belenggu penjajah dan proklamasi adalah anugerah Tuhan Yang Maha Eta yang harus selalu kita syukuri bersama.

Proklamasi merupakan puncak dari kerinduan seluruh elemen bangsa, untuk hidup damai, rukun, adil dan hidup berdampingan baik dengan sesama bangsa maupun lintas bangsa. Proklamasi telah mencatatkan sejarahnya, bahwa usaha merebut kemerdekaan yang berlangsung lama, terobati dengan peristiwa satu hari yang sampai saat ini melekat di hati seluruh bangsa Indonesia. Proklamasi tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang Indonesia, proklamasi adalah bagian dari sejarah.

Kaitan Proklamasi Dalam Konteks Masa Lalu, Masa Kini Dan Masa Yang Akan Datang

Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia di masa lalu. Sejarah harus mengandung unsur peristiwa, unsur waktu dan ruang serta pembuktian kejadian atau peristiwa melalui sumber-sumber. Peristiwa proklamasi merupakan bagian dari sejarah yang mengandung beberapa unsur tersebut. Selain itu, sejarah juga memiliki aspek-aspek yang berkenaan dengan makna suatu peristiwa yaitu; masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

1. Masa Lalu

Merupakan bagian dari kehidupan yang telah terjadi. Umumnya, masa lalu mengandung unsur waktu yang bersifat kuno atau tua. Dalam hal ini, proklamasi diartikan sebagai peristiwa yang pernah dan telah terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Masa lalu memiliki nilai dan moral yang harus dipelajari. Masa lalu adalah cerminan untuk masa depan. Proklamasi memiliki nilai moral yang luhur, makna yang mendalam dari para pejuang kita terdahulu. Ini mengingatkan bahwa kemerdekaan diraih bukan hasil “rebahan” melainkan pengorbanan.

2. Masa Kini

Aktualisasi dari masa lalu adalah masa kini. Peristiwa yang sedang terjadi dan bercermin dari masa lalu. Presiden Pertama Indonesia, Ir.Soekarno pernah mengatakan dalam sebuah pidatonya yang sangat terkenal yaitu “Jasmerah” jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Artinya, apa yang kini sedang dilakukan jangan lupa untuk bercermin dari kejadian yang telah berlalu. Kesimpulannya, mengisi kemerdekaan saat ini harus bercermin dari masa lalu, mengandung nilai dan moral yang telah dipetik dari perjuangan bangsa Indonesia meraih gelar merdeka.

3.Masa Yang Akan Datang

Sebuah konsep yang masih bersifat asbtrak, gagasan- gagasan dan ide dari segala yang telah terjadi merupakan inti dari konteks ini. Jika dikaitkan dengan proklamasi, apa yang menjadi gagasan, ide dan tujuan membangun bangsa Indonesia sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 serta harus sesuai dengan nafas dan ruh perjuangan. Tahun 2045 adalah tahun emas bagi negara tercinta ini, dimana 100 tahun kita menjadi negara yang bergelar merdeka. Tahun ini, kita menginjak usia 77 tahun. Dengan slogan, Pulih Lebih Cepat Bangkit lebih Kuat diharapkan mampu menjadi negara yang bangkit pasca pandemi.

Mengisi Kemerdekaan Dengan Belajar Sejarah

Menurut falsafah, memperkenalkan sejarah berarti mengenalkan jati dirinya. Jati diri bangsa Indonesia yang kental dengan ke-timuran. Tidak berlebihan jika penulis menggaris bawahi beberapa hal yang terjadi saat ini. Menginjak usia yang ke-77 tahun, Indonesia mengalami krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegera.

Pertama, terkikisnya moral oleh perkembangan teknologi. Kasus kriminal berkelas kakap beberapa kali diungkap oleh pihak kepolisian. Hal ini membuktikan, Indonesia dijadikan sarang dari cyber crime. Mudahnya akses informasi dan lemahnya pengawasan. Jika belajar dari sejarah dan mengetahui jati dirinya sebagai bangsa yang bernafaskan budi pekerti luhur, dengan menjaga kedaulatan dengan persaudaraan serta memperkokoh jati diri bangsa, Indonesia akan menjadi negara yang tidak terbawa derasnya arus globalisasi.

Kedua, kemajemukan berbangsa dan kepentingan golongan. Masalah ini menguat dengan beberapa isue yang menyangkut pedoman luhur kita, Pancasila. Isue yang berkembang hangat sampai ke pembicaraan di warung-warung kopi. Upaya untuk menguatkan Pancasila gencar dilakukan pemerintah dan beberapa lembaga lainnya. Sebagai negara yang dianugerahi keberagaman, hendaknya kita bersyukur. Jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya 28 Oktober 1928 seluruh komponen bangsa yang masih berusia muda, dengan latar belakang yang berbeda, suku dan adat kebiasaan yang berbeda, pada hari itu mengikrarkan diri dengan sumpah pemuda. Keberagaman ini yang menjadi pemanis dalam kehidupan bangsa kita tercinta, sesuai dengan semboyannya “Bhineka Tunggal Ika”.

Ketiga, tingkat kesadaran akan sejarah berkurang. Presiden Soekarno dalam pidatonya dengan lantang mengatakan, Jangan Sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah). Hal tersebut menandakan betapa pentingnya belajar dari sejarah sesuai dengan fungsi sejarah yang bersifat edukatif. Setiap peristiwa memiliki nilai dan moral yang bisa diambil sebagai pembelajaran ke arah yang lebih baik. Dari sejarah kita belajar buruknya masa lalu, dari sejarah kita mengetahui kekayaan dan keluhuran jati diri bangsa Indonesia.

Sebagai seorang pengajar dan pendidik, penulis menilai upaya menyadarkan sejarah harus dimulai dari ranah pendidikan. Faktanya kesadaran sejarah dikalangan pelajar masih dikatakan rendah. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan rendahnya pengetahuan pelajar terhadap sejarah bangsanya sendiri, dan image yang dibangun pelajar bahwa belajar sejarah itu membosankan.

Dalam suasana menyambut kemerdekaan ini, mari kita isi dengan ucap syukur atas nikmat kemerdekaan selama ini mengantarkan Indonesia menuju usia 77 tahun. Selain itu, mari kita isi dengan membuka lembaran sejarah Indonesia bahwa Proklamasi diraih dengan persatuan bukan perpecahan, proklamasi diraih dengan kerja bersama bukan kerja sendiri, dan mengisi proklamasi dengan ide, gagasan dan aktualisasi merupakan cara mengisi kemerdekaan yang mulia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image