Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Affan Safani Adham

Cagar Budaya Kotagede Bisa Menghidupi Masyarakat

Sejarah | Wednesday, 10 Aug 2022, 18:49 WIB
Budayawan asli Kotagede, Drs Achmad Charris Zubair, MA, bercerita banyak soal Kotagede Yogyakarta.

YOGYAKARTA - Kotagede sebagai kota tua di Kota Yogyakarta memiliki peninggalan cagar budaya yang sangat bernilai tinggi.
Peninggalan sejarah itu bersinggungan dengan serangkaian tradisi besar di Nusantara. Dari Kerajaan Majapahit, Demak, Pajang, dan Kesultanan Kotagede, harus terawat dan menjadi nilai tambah bagi masyarakat dari segi nilai sosial, ekonomi dan budaya.Budayawan asli Kotagede, Drs Achmad Charris Zubair, MA, menyatakan, Kotagede dengan keindahan cagar budaya dan kotanya pernah dinobatkan sebagai terindah di Asia oleh Cable News Network (CNN) Internasional.Bagi Charris Zubair, Kotagede ini disejajarkan dengan Hoi An (Vietnam), Yufuin (Jepang), George Town (Malaysia), City of Vigan (Filipina), Luang Prabang (Laos), Kampot (Kamboja), Galle (Sri Lanka), Zhouzhuang (China), Mawlynnong, (India), Ghandruk (Nepal), Sai Kung (Hong Kong), dan Phuket Town (Thailand).

Dalam perbincangan dengan host Podcast Kutunggu di Pojok Ngasem Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Puji Qomariyah, S.Sos, Achmad Charris Zubair, MA menyatakan bahwa dinamika sosial, ekonomi, budaya kontemporer di Kotagede dan kota-kota lain di Yogyakarta mendorong perubahan tertentu. "Baik dari segi fungsi bangunan maupun perubahan penggunaan cagar budaya," tandasnya.

Menurut Charris Zubair, perubahan apapun di kota bersejarah itu semestinya memperkuat latar belakang sosio-kultural dan ekonomi cagar budaya dan masyarakatnya. "Cagar budaya terawat secara prinsip, tetapi juga bisa menyejahterakan masyarakatnya," ungkap Charris Zubair, Rabu (10/8/2022).Bagaimanapun juga, lanjut Charris Zubair, kawasan cagar budaya itu adalah sesuatu yang menghidupkan masyarakat. "Ini menjadi tantangan ketika kita harus melestarikan cagar budaya sekaligus bagaimana cagar budaya menghadirkan nilai ekonomi atau mensejahterakan warganya," ungkapnya.

Ketika ditanya Puji Qomariyah, apa istimewanya Kotagede, Charris Zubair menegaskan bahwa Kotagede sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Yogyakarta memiliki sejarah panjang yang dapat dipergunakan untuk pembelajaran. "Selain itu, Kotagede juga memiliki kekhasan yang tidak dimiliki daerah lain," paparnya.Mantan dosen Filsafat UGM Yogyakarta itu menyatakan, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 186 Tahun 2011, Kotagede merupakan salah satu dari enam kawasan cagar budaya di samping Keraton, Malioboro, Pakualaman, Kotabaru, dan Imogiri. "Khusus Kotagede terdapat beberapa keunikan," kelakarnya.

Tata ruang kota sangat unik karena merupakan bekas ibukota kerajaan Mataram yang masih dapat dilacak walaupun sudah ditimbun oleh dinamisnya pergantian zaman. "Kemudian, kota ini memiliki keunikan arsitektur bangunan kuno karena di kawasan ini terdapat gaya arsitektur mulai dari Hindu, Jawa, Jawa-Islam sampai dengan gaya Indische-Eropa," kata Charris Zubair.Selanjutnya, Kotagede juga memiliki potensi keunikan atas makanan dan kerajinan yang merupakan kemahiran masyarakat setempat.

Kotagede tempat lahir maupun besar dari beberapa tokoh gerakan sosial -- mulai dari tingkatan lokal sampai nasional -- beberapa di antaranya adalah pahlawan nasional seperti Sultan Agung dan Abdul Kahar Mudzakkir. Ada juga Menteri Agama RI pertama Prof Dr H Mohammad Rasjidi.Charris menjelaskan lebih lanjut tentang konsep pembangunan Kotagede sebagai ibukota kerajaan.Konsep yang digunakan adalah filosofi catur gatra yang terdiri dari Kraton, Alun-alun, masjid, dan pasar. Secara simbolik, Kraton merupakan pusat pemerintahan, Alun-alun merupakan pusat ruang publik, masjid merupakan pusat spiritual, dan pasar yang merupakan pusat ekonomi.

"Konsep ini merupakan pemilahan wilayah agar dapat terintegrasi menjadi satu," kata Charris Zubair.Ketika ditanya, apakah seluruh kawasan cagar budaya Kotagede bisa direvitalisasi total? Charris menyatakan, "Apakah itu memungkinkan? Saya pikir itu tidak mungkin," tandasnya. (Fan)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image