Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image BIMA HERIANDA

Seblak Mang Tambur: Selalu Jadi Incaran Mahasiswa, 30 Tahun Jualan di tepi Jalan Pekayon, Bekasi

Kuliner | Saturday, 06 Aug 2022, 23:59 WIB

Warung Seblak Mang Tambur jadi warung seblak paling terkenal di Pekayon, Bekasi. Kata ‘tambur’ sendiri merupakan nama panggilan penjual yang mana Pak Yatno pernah berjualan bubur. Seblak ini sudah jadi langganan para pelajar dan terutama para mahasiswa dikarenakan lokasi tempat Mang Tambur berjualan dekat dengan salah satu Universitas di Bekasi.

Saya menatap langit sembari mengangkat tangan meraba hujan dan memastikan hujan deras tidak turun lagi. Namun, ketika hendak memacu motor lagi-lagi hujan deras mengguyur tanpa aba-aba. Saya terus berharap supaya intensitas hujan menurun. Sepertinya sore siang ini tidak akan sepenuhnya reda.

Hari itu Rabu (25/1), pukul 15.00 WIB, dengan jas hujan yang tipis saya memacu motor dan menerobos hujan yang tidak terlalu deras menuju warung makan Seblak Mang Tambur. Syukur, warungnya buka. Saya memesan seporsi Seblak Ceker dan segelas Es Teh Manis. Saya makan berdua dengan kekasih.

Bukan tanpa sebab, saya sengaja datang pada sore hari. Kedatangan kali ini adalah percobaan kedua, yang pertama saya tidak berhasil bertemu dengan sang pemilik. Biasanya pemilik warung akan datang pukul 17.00 WIB, begitulah yang disampaikan salah satu karyawan Seblak Mang Tambur. Sore ini kehadiran hujan membawa berkah, akhirnya saya bisa bertemu dan mengobrol dengan pemilik warung seblak.

Sudah 30 tahun jualan seblak

Selepas makan, saya terpaku pada sosok yang melayani pelanggan yang hendak membayar. “Hatur Nuhun, Ibu. Semoga ibu sehat selalu,” ucapnya pada pelanggan dengan nada ramah. Sosok itu adalah Niko Alfattah (30) pemilik warung seblak, anak dari Pak Yatno. Beliau menyambut hangat tawaran saya untuk melakukan wawancara.

Mulailah kami berbincang ihwal sejarah Seblak Mang Tambur, menurut penuturan Niko Alfattah, warung seblak ini lahir pada akhir tahun 90-an. “Pada tahun 1990-1991, dalam kurun waktu tersebut bapak mulai berdagang seblak, Mas,” ujarnya.

Namun dalam silsilah keluarga, Pak Yatno bukanlah yang pertama menjual seblak. Ia meneruskan usaha sang ayah yakni Mbah Manto. Mbah Manto berdagang seblak pada masa masa zaman penjajahan Belanda. Kisaran tahun 1950 an. Akan tetapi pada saat itu belum fokus jualan seblak, sebab sebagai masyarakat lokal Ibu Kota Jakarta, beliau juga berprofesi sebagai pengrajin kayu.

“Simbah dan bapak dulu sempat menjadi pengrajin kayu, tapi menyambi berdagang seblak,” katanya.

Dahulu Pak Yatno menjajakan seblaknya dengan berkeliling menggunakan gerobak pikul, ia berkeliling di sekitar wilayah Pekayon. Menggunakan gerobak pikul agaknya memang lebih menguras tenaga, kemudian pada saat itu Pak Yatno beralih menggunakan gerobak dorong, wilayah pasarannya juga masih sama di sekitar Pekayon, Bekasi.

Di tahun 1995, di daerah PML, tepatnya di kawasan Mall Galaksi Pekayon, Bekasi. Pak Yatno mulai menjajakan seblaknya dengan konsep kaki lima bongkar pasang. Saat itu Mall galaksi merupakan lahan luas yang masih kosong. Baginya wilayah tersebut cukup strategis karena bisa dijangkau para pelanggannya di sekitar Pekayon. Warung sate inilah yang akhirnya bertahan hingga kini. Terhitung sudah 32 tahun berjualan di Pekayon. Namun, jika dirunut lagi ke belakang, maka Seblak Mang Tambur sudah 40 tahun lebih eksis berjualan sate.

“Kalau ada yang bertanya Pak Yatno di mana, beliau sudah berpulang tahun 2010,” kata lelaki yang disapa Niko tersebut.

Niko lantas berkisah saat masih kecil dirinya juga kerap membantu bapaknya berdagang. “Sepulang sekolah aku dulu sering membantu bapak, Mas. Tapi saat bapak wafat aku masih ganti-gantian jaga warung dengan 2 saudaraku yang lain. Saat kuliah aku juga nyambi jaga warung,” jelasnya.

Ia melanjutkan, setelah ayahnya tiada warung seblak ini kemudian dikelola bersama dengan saudara-saudaranya. Namun, akhirnya saudaranya memilih bekerja sesuai dengan keinginan mereka sendiri. “Ada yang jadi PNS dan ada yang jadi Arsitek,” ucap Niko.

Niko tak ingat kapan ia memulai mengelola secara mandiri warung seblaknya. Karena menurutnya warung seblak tersebut warisan keluarga turun-temurun yang harus dijaga bersama-sama. “Kalau aku juga bertekad meneruskan usaha warisan simbah sama bapak ini,” ucap beliau.

Tak ada resep rahasia

Rintik hujan yang jatuh menimpa terpal terdengar nyaring. Warung Seblak Mang Tambur sudah bersiap akan tutup. Waktu sudah menunjukan pukul 19.00 WIB. Beberapa karyawan sibuk bekerja di bagiannya masing-masing. Ada yang memindahkan gerobak, mencuci piring, dan disusul ada yang menggulung terpal. Warung benar-benar akan tutup.

“Jujur tidak ada resep rahasia, Mas,” ucap Niko

Ia berkisah, selama ia menjaga warung makan tak sedikit media yang meliput secara langsung. Mulai dari tv swasta nasional hingga youtuber kuliner Hobi Makan. Pada saat itu ia menunjukan cara mengolah dan membuat bumbu makanan khas bandung tersebut, tak ada yang dirahasiakan. Menurutnya, ia yakin bahwa bumbunya sama dengan seblak pada umumnya.

“Tapi kalau urusan takaran dan penanganan mengolah makanan setiap orang pasti beda-beda ya,” ucap Niko. “Kalo ada yang mau tanya bumbunya monggo,” imbuhnya

Seperti halnya penyeduh kopi, antara tangan satu dan tangan penyeduh yang lain pasti memiliki keunikan dan kekhasan rasa masing-masing. Barangkali begitulah maksud dari cara penanganan dan takaran yang dijelaskan oleh Niko. Bahkan Niko pun sampai bingung jika ditanya rasanya kok bisa khas banget, ia pun mengatakan bahwa inilah yang dimiliki warung Seblak Mang Tambur. Memang tidak ada resep rahasia, akan tetapi soal rasa yang unik dan khas memang sulit untuk ditiru dan diduplikasi.

Seblak Incaran Para Siswa dan Mahasiswa

Warung Seblak Mang Tambur menjadi serbuan para mahasiswa maupun masyarakat setempat yang ingin menyantap menu Seblak andalannya. Jika anda datang ke warung ini, tidak perlu risau dengan harga yang ditarifkan. Disini untuk bisa menikmati satu porsi Seblak hanya dibandrol dengan harga mulai dari 9 ribu untuk seblak original, sampai 13 ribu saja.

Yang buat aku lebih milih Seblak Mang Tambur dibanding seblak lainnya itu karena seblak di sini kerasa banget semua rempah-rempahnya, selain itu juga Seblak disini dilengkapi dengan balungan atau tulang belulang ayam yang memang sudah dibumbuin sebagai penyedap rasa dari seblaknya itu, jadi seblak di sini punya ciri khasnya sendiri. Kebetulan juga letak warung Seblak Mang Tambur ini strategis, ada di sekitaran kota

"Dulu kan aku sekolah di daerah Mall Galaksi nah, pertama kali aku coba Seblak Mang Tambur. Aku sama temen-temenku itu favorit banget jajan seblak di situ pas lagi nunggu jam istirahat les. Padahal aku tuh awalnya nggak suka seblak jadi suka banget sama seblak gara-gara Seblak Mang Tambur itu bumbunya ngeresep banget dan rempah-rempahnya juga kerasa, nggak kayak seblak yang lain", ucap salah seorang pembeli yang kebetulan sejak ia sekolah menjadi langganan Seblak Mang Tambur.

Ciri khas Seblak Mang Tambur

menurut saya Seblak andalan Mang Tambur ini memang memiliki resep jitunya tersendiri, dilengkapi dengan beberapa 'balungan' ayam yang semakin menambah gurihnya kuah pedas dari kaldu yang dihasilkan balungan ayam tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image