Puasa Tanggal 9 Muharram Sunnah Hamiyah yang Mengiringi Puasa Asyura
Agama | 2022-08-05 20:31:50Rasulullah saw mendapat informasi, 10 Muharram merupakan hari terbaik dan hari kemenangan bagi kaum Bani Israil. Pada hari yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram, mereka melaksanakan ibadah puasa sebagai peringatan atas kemenangan dan keselamatan Nabi Musa a.s beserta umatnya yang dikejar-kejar Fir’aun beserta bala tentaranya.
Imam Bukhari meriwayatkan, ketika Rasulullah saw sampai di kota Madinah, ia melihat orang-orang keturunan Bani Israil melaksanakan puasa pada hari ‘asyura. Kemudian ia bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian melaksanakan ibadah puasa pada hari ini?”
“Hari ini adalah hari terbaik bagi kami. Pada hari ini, dahulu Allah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Nabi Musa a.s melaksanakan ibadah puasa,” demikian jawab mereka.
Selanjutnya Rasulullah saw bersabda, “Aku lebih berhak mengikuti Nabi Musa a.s daripada kalian.” Kemudian Rasulullah saw berpuasa pada hari tersebut, dan memerintahkan umatnya untuk melakukannya.
Melaksanakan puasa ‘asyura (10 Muharram) dianjurkan Rasulullah saw. “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada ‘bulan Allah’, yakni bulan Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam” (H. R. Imam Muslim, at Tirmidzy, al Jami’ al Kabir at Tirmidzy, Juz II : 108, hadits nomor 740 ).
Keutamaan lainnya dari puasa ‘asyura adalah pengampunan dosa yang dilakukan setahun yang lalu. “ dan puasa pada hari ‘asyura, sungguh saya berharap kepada Allah swt agar dapat menggugurkan dosa setahun yang lalu” (H. R. at Tirmidzy, al Jami’ al Kabir at Tirmidzy, Juz II : 118, hadits nomor 752 ).
Berkenaan dengan puasa ‘asyura yang hanya dilaksanakan satu hari seperti yang dilaksanakan oleh keturunan Bani Israil, Abdullah Ibnu Abbas bertanya, “Ya Rasulallah, apakah puasa ‘asyura yang kita laksanakan tidak berarti kita menyamai cara ibadah mereka?”
Rasulullah saw menjawab, “Jika tahun depan Allah masih memberiku umur, aku akan berpuasa juga pada tanggal 9 Muharram” (Sunan Abu Daud Juz II : 327).
Para ahli fiqih menyebut puasa sunat pada tanggal 9 Muharram dengan istilah tasu’a (sembilan). Sementara itu, Rasulullah saw wafat sebelum sempat melaksanakan ibadah puasa pada tanggal 9 Muharram tahun berikutnya seperti yang dicita-citakannya. Para ulama ahli fiqih menggolongkan hukum puasa tanggal 9 Muharram dengan sebutan sunnah hammiyah, perbuatan yang pernah diidam-idamkan Rasulullah saw.
Dalam hadits lain disebutkan, untuk membedakan kebiasaan puasa ‘asyura yang dilaksanakan kaum Yahudi dan Nashrani, Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar melaksanakan pula puasa sehari sebelum tanggal 10 Muharram atau sehari sesudahnya. Dengan demikian, melaksanakan puasa tasu’a sebelum ‘asyura merupakan pembeda antara puasa yang dilakukan kaum muslimin dengan kaum Yahudi dan Nashrani
“Berpuasalah kalian pada hari ‘asyura dengan cara yang berbeda dengan puasa yang dilaksanakan orang-orang Yahudi, yakni dengan berpuasa sehari sebelumnya (9 – 10 Muharram) atau berpuasa sehari sesudahnya (10 – 11 Muharram)” (I’anatuthalibin Juz II : 265, al Jami’ al Kabir at Tirmidzy, Juz II : 120, hadits nomor 755, Jamiush Shaghir Juz II, Huruf Shad : 47).
Berdasarkan hadits-hadist tersebut, para ulama menyimpulkan bahwa puasa ‘asyura dapat dilaksanakan dalam tiga tingkatan yakni, dapat dilaksanakan pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram, dapat juga dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram, serta dapat juga dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Muharram (Fiqih Sunnah Juz I : 317, al-fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz II : 590, Bidayatul Mujtahid Juz I : 225).
Namun demikian, ada juga ulama yang membolehkan melaksanakan ibadah puasa hanya pada tanggal 10 Muharram saja. Hal ini berdasarkan kepada keumuman hadits anjuran melaksanakan ibadah puasa pada tanggal 10 Muharram yang telah disebutkan sebelumnya, “ dan puasa pada hari ‘asyura, sungguh saya berharap kepada Allah swt agar dapat menggugurkan dosa setahun yang lalu.”
Untuk tahun1444 H / 2022 M, tanggal 9 Muharram bertepatan dengan 7 Agustus 2022 M, sedangkan untuk tanggal 10 Muharram bertepatan dengan 8 Agustus 2022 M. Dalam upaya memuliakan bulan Muharram, kita selayaknya melaksanakan ibadah puasa sunat pada bulan Muharram ini. Waktu untuk melaksanakannya dapat dipilih dari cara yang telah disimpulkan oleh para ulama fikih.
Selain itu, dalam memuliakan bulan Muharram yang merupakan tonggak menghidupkan spirit hijrahnya umat Islam, kita selayaknya membulatkan tekad untuk memperbaiki diri, meningkatkan ibadah kepada Allah, berupaya menjauhi perbuatan maksiat, dan meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama, terutama anak-anak yatim.
“Apabila engkau meninggalkan perbuatan keji, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, mendirikan shalat , dan menunaikan zakat, maka engkau adalah orang yang berhijrah” (H. R. Ahmad dan Al-Bazzar). Wallahu a’lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.