Angkringan, Meeting Point Untuk Semua Kalangan
Kuliner | 2022-08-05 20:25:53Bahwa sebenarnya terlalu naif apabila percaya Daerah Istimewa Yogyakarta sama dengan provinsi atau kota-kota lain. Yogyakarta memiliki kisah tersendiri bagi yang datang. Bukan bermaksud untuk meromantisasi kota kelahiranku, tetapi memang begitu adanya. Walaupun sisi kelam kota ini juga terlalu menyedihkan, Yogyakarta tetap menjadi meeting point bagi semua kalangan.
Saking mandarah dagingnya budaya srawung, banyak bermunculan warung mie(warmindo), café, dan bar yang mewadahi orang-orang yang berjiwa srawung ini untuk berkumpul. Tapi, sebelum adanya warung mie (warmindo), café, dan bar untuk berkumpul, Yogyakarta sudah akrab dengan angkringan. Bahkan hingga sekarang angkringan tetap banyak peminat.
Konon katanya angkringan sendiri bukan berasal dari Yogyakarta, melainkan berasal dari Klaten. Walaupun bukan berasal dari jogja, namun angkringan sudah identik dengan kota Yogyakarta. Lagi-lagi bukan bermaksud meromantisasi kota Yogyakarta, tapi memang begitu adanya. Bahkan di salah satu kudut kota jogja terdapat tulisan “Yogyakarta terbuat dari pulang, rindu, dan angkringan”, kurang lebih seperti itu redaksi yang saya ingat.
Secara umum menu yang ada di angkringan adalah nasi oseng tempe, nasi teri, berbagai minuman, dan tentunya rokok ketengan. Khusus nasi teri dan oseng tempe, biasa orang jogja menyebutnya dengan sego kucing (nasi kucing). Ada salah satu penjual angkringan yang saya tanyai mengenai sego kucing ini, “Sebenarnya kenapa to pak kok sego kucing ini dalamnya teri bukan kucing?” tanya saya sedikit bercanda. Beliau menjawab “karena ikan teri itu kesukaan kucing, dan kucing suka mengambilnya. Makanya namanya menjadi sego kucing”. Tanpa berpikir panjang saya percaya saja, walaupun sebenarnya saya tidak mengetahui bapak itu serius atau bercanda. Pada saat itu suasana angkriang yang saya kunjungi memang sedang ramai, sehingga jawaban dari bapak tadi cukup memecahkan suasana.
Jika dilihat dari bentuknya, hampir semua angkringan sama. Terpal sebagai atap guna menutup gerobak yang ada di bawahnya yang mana di gerobak itu terdapat nasi kucing, nasi oseng tempe, teko untuk teh dan air panas, dan beberpa minuman kemasan yang digantung. Begitu juga dengan angkringan Pak Narto ini.
Angkringan Pak Narto berada di Jalan Sorosutan, atau lebih tepatnya jika datang dari perempatan Tamansiswa ambil arah ke timur, lalu sekitar 200meter ada jalan menuju ke selatan masuk, angkringan pak narto berada di sisi kiri jalan. Secara tempat, angkringan pak narto cukup strategis karena persis dipinggir jalan sehingga dari arah utara atau selatan pasti terlihat. Ditambah suasana lingkungan yang cukup mendukung untuk berbisnis kuliner khususnya angkringan, itulah mengapa saya bisa mengatakan Angkringan menjadi meeting point semua kalangan. Bisa dibilang di panjangnya jalan sorosutan, saat malam hanya angkringan Pak Narto inilah yang selalu buka dan juga ramai pembeli. Angkringan Pak Narto ini buka mulai pukul 18.00 sampai 02.00 WIB atau sampai sepi pembeli.
Secara tampilan, angkirngan Pak Narto ini tidak cukup jauh berbeda dengan angkringan pada umumnya. Dengan gerobak cukup besar dengan terpal birunya, Angkringan Pak Narto menjadi tujuan utama warga sekitar atau pendatang untuk memuaskan nafsu makan dan nafsu berkumpul atau srawung.
Namun saya tidak heran mengapa angkringan Pak Narto ini jarang sekali sepi pembeli. Secara personal, Pak Narto selaku pemilik adalah warga asli kampung sorosutan yang mencoba peruntungan melalui bisnis kuliner. Pak Narto sudah mendirikan angkringan sejak kurang lebih tiga sampai lima tahun yang lalu. “Mendirikan angkringan ini tujuannya ya untuk menghidupi keluarga mas” ujar Pak Narto saat ditanya alasan mendirikan angkringan. Dengan kelebihan sebagai warga asli sorosutan, pak narto jelas mengetahui target pasar dari angkringan yang dia dirikan. Target paling dekat adalah tetangganya sendiri yang ingin nongkrong atau mencari lauk pauk untuk makan malam. Ditambah lagi sekitaran jalan sorosutan banyak kost-kostan yang banyak dihuni oleh mahasiswa mahsiswi yang berkuliah di UAD, UST, dan kampus lainya. Dengan pertimbangan target pasar tersebut, Pak Narto akhirnya mendirikan angkringan.
“Ya kebanyakan anak-anak nongkrong mas, ada yang nongkrong setalah narik orderan karena menjadi driver ojek online atau nongkrong ya sebatas mahasiswa nongkrong. Tapi juga ada yang sampai rapat juga anak-anak mahasiswa itu.” Begitu penjelasan pak narto saat saya tanya kegiatan yang biasa dilakukan pembeli saat berkunjung ke angkringan Pak Narto. Walaupun hanya sebatas duduk dipinggir jalan beralaskan tikar, tapi justru anak-anak mahasiswa suka yang seperti ini. Menurut pernyataan Pak Narto, anak-anak mahasiswa baru datang untuk nongkrong sekitar jam delapan atau Sembilan malam. Sedangkan saat jam-jam setelah adzan maghrib, pengunjung yang beli lebih banyak tetangga atau mahasiswa yang ingin beli lauk pauk untuk makan malam. Jadi, bagi kalian yang ingin membeli lauk pauk sebaiknya datang setalah maghrib agar tidak kehabisan.
Faktor lain yang membuat angkringan Pak Narto ini memiliki keunikan adalah dari segi kelengkapan menu dan harga yang dipatok oleh Pak Narto. Secara kelengkapan, Angkringan Pak Narto ini sangat lengkap pilihan menunya. Nasi teri, nasi oseng tempe, teh,dan jeruk tentunya ada. Namun, masih ada kikil, telur bunder balado, telur dadar balado, rica-rica, ayam goreng, nasi gudeg, segala macam sayuran dan gorengan, dan masih banyak lagi. Saat ditanya kenapa menu yang ada bisa dibilang lengkap, Pak Narto mengaku menu-menu yang ada merupakan buatan dari sang istri, Bu Tutik. “Untuk pilihan menu sebenernya ini adalah masakan istri yo mas, jadi yo rasanya kayak masakan rumahan.” Jelasnya. Untuk melihat menu-menu yang ada, lebih disarankan untuk datang sendiri ke Angkringan Pak Narto sekaligus nongkrong biar enggak kopong.
Walaupun menu yang lengkap, tapi masalah harga angkringan Pak Narto masih wajar. Membawa bekal uang 10-15 ribu pun sudah bisa sangat kenyang. Ditambah suasana yang “Njogjani” banget, semakin membuat betah untuk lama-lama nongkrong di angkringan Pak Narto.
Saya juga melontarkan penrtanyaan kepada pembeli yang baru nongkrong atau srawung, tentang kenapa lebih memilih angkringan khususnya angkringan Pak Narto sebaga tempat nongkrong.
“Kebetulan warga sini e mas, jadi sehabis pulang narik orderan ya saya pasti ke sini sama temen-temen. Toh yang jual tetangga sendiri jadi tambah nyaman”ujar apan.
“Udah bosen untuk rapat di café mas, mau suasana baru biar ga bundet. Jadi milihnya angkringan aja. Dan yang deket kost ya angkringan Pak Narto.” Ujar Ageng, Mahasiswa yang sedang rapat.
“Kalo aku seneng suasananya mas, pinggir jalan enak gitu. Ditambah hargane yo murah.” Ujar Rendy, mahasiswa yang sedang nongkrong bersama teman-teman.
Dan terakhir yang membuat betah di angkringan Pak Narto adalah dari Pak Nartonya sendiri. Beliau adalah orang yang komunikatif enak diajak ngobrol. Sehingga jika kalian datang sendiri tidak usah takut kesepian, penjualnya lucu dan asik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.