Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

HUT Kemerdekaan RI Ke-77 dan Momen Menghidupkan Permainan Rakyat

Sejarah | 2022-08-04 20:17:54
Sumber gambar: cantik.tempo.co

Indonesia sebagai negara yang berdaulat melalui proses perjuangan fisik dan diplomasi yang cukup panjang dan melelahkan, maka tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkan Proklamasi Kemedekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, Ir. Soekarno membaca Teks Proklamasi didampingi Drs. Mohammad Hatta. Terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia ingin meraih kemerdekaan dengan usaha dan jerih payahnya sendiri dengan mengorbankan tenaga, pikiran, jiwa dan raga, serta harta benda.

Tanggal 17 Agustus 2022 bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-77 tahun. Peringatan HUT Kemerdekaan RI biasanya diisi dengan beragam kegiatan di tengah-tengah masyarakat, seperti; perlombaan berbagai permainan tradisional, pentas seni, gerak jalan, dan sebagainya.

Puncak kegiatan utama adalah upacara bendara tanggal 17 Agustus yang diselenggarkan pemerintah tingkat kelurahan sampai pusat (Istana Merdeka), di lembaga pendidikan, BMUN, BUMD, LSM di seluruh Indonesia mengadakan upacara detik-detik proklamasi. Upacara bendera merupakan salah satu manifestasi dan rasa peduli atas perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Selama dua tahun (2020-2021) bangsa Indonesia tidak memperingati HUT Kemerdekaan RI karena pandemi Covid-19. Hampir seluruh aktivitas kehidupan manusia terganggu dengan adanya pandemi Covid-19, seperti; sektor ekonomi, sosial, pendidikan, politik, dan sebagainya. Seluruh kegiatan yang sifatnya masal dan terbuka ditiadakan, pemerintah memberikan alternatif bekerja dan belajar dari rumah.

Tahun 2022 bangsa Indonesia berkesempatan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke 77, Momen terbaik untuk menghidupkan kembali permainan rakyat dan mengenalkan kepada kaum melenial khazanah kekayaan bangsa Indonesia yang berbasis kearifan lokal (local genius) yang hampir punah.

Nasib Permainan Rakyat di Ujung Tanduk

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Sedangkan menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, membagi folklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipologinya, yaitu: folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan (Alpine G. Wibatsuh, 2011).

Folklor sebagian lisan merupakan permainan rakyat atau permainan tradisional yang disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congklak, teplak, galasin, bekel, lompat tali, bentik, gobak slodor, petak umpet, egrang, ular naga, engklek,balap karung, pesawat kertas, layang-layang, kelereng, dan sebagainya.

Saat ini permainan rakyat seperti di atas sudah tidak lagi dimainkan oleh anak-anak usia sekolah dasar atau usia remaja, karena permainan rakyat telah terdesak oleh permainan modern yang berbasis online. Kemajuan teknologi dan informasi telah menggeser hampir seluruh sektor kehidupan manusia, di samping berdapak positif tetapi dampak negatifnya yang tidak dipertimbangkan.

Kemajuan teknologi dan informasi bagian gejala globalisasi, menurut Michael Haralambos dan Marin Holbon, Globalisasi merupakan proses yang di dalamnya batas-batas negara luluh dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial. Arus globalisasi telah membuat dunia menjadi seperti satu kesatuan tanpa batas yang pasti.

Era globalisasi tidak hanya berdampak posistif untuk perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, pendidikan, hukum, seni, dan budaya. Tetapi juga berdampak negatif bagi sendi-sendi kehidupan, seperti penyebaran budaya gaya hidup punk dan kecanduan game online bagian bentuk westernisasi yang melanda anak-anak usia remaja.

Globalisasi telah mengakhiri zaman kejayaan dan keemasan permainan rakyat menuju titik kepunahan dengan ditandai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang telah memasuki level insdustri 4.0. Anak usia sekolah (remaja) lebih familiar dengan permainan yang berbasis komputer atau gadget, seperti game online dengan berbagai macam pilihan yang ditawarkan.

Memang harus diakui dalam satu sisi, permainan modern menjadikan anak lebih gaul dan mahir dalam urusan kecanggihan teknologi komputer. Tetapi di sisi lain, permainan modern telah menjadikan anak seperti robot yang tunduk atas perintah tombol keybord pada komputer dan gadget atau lebih nyaman pegang stik playstation (PS).

Permainan modern memiliki kecenderungan untuk membentuk karakter anak bersifat individualis dan miskin nilai pendidikan humanis. Hasil permainan modern melahirkan anak yang bersifat acuh terhadap lingkungan sekitar dan tidak memiliki kepedulian sosial, serta menjadikan anak bersifat konsumerisme.

Sumber gambar: robiarmilus.com

Momen Menyelamatkan Permainan Rakyat

Berdasarkan kajian secara sosio humanis, permainan rakyat syarat dengan nilai-nilai pendidikan, perberdayaan, kemandirian, kreatifitas, kepedulian sosial, kecerdasan sosial, hemat, dan ketrampilan individu. Jadi permainan rakyat memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan anak secara fisik dan mental, serta berbasis kemanusian sebagai makhluk sosial.

Lewat permainan rakyat, manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) dikembalikan kepada kodratnya. Narasi permainan rakyat jelas bangunannya, terintegrasi antara kecerdasan otak kiri dan kanan berjalan seimbang melalui gerakan fisik, serta kecepatan dan ketepatan. Bandingkan dengan permainan modern tanpa banyak gerakan dan hanya diam di tempat.

Momen HUT Kemerdekaan RI ke-77 merupakan kesempatan yang tepat untuk menghidupkan kembali permainan rakyat, karena hampir di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke rakyat Indonesia menyelenggarakankan beragam kegiatan perlombaan yang berbasis local genius berupa permainan rakyat.

Pemerintah daerah mempunyai modal dan kebijakan yang strategis untuk menerbitkan peraturan daerah atau keputusan bupati (peraturan bupati) tentang jenis-jenis permainan rakyat yang harus dilombakan dalam kegiatan HUT RI. Perda atau Perbup diedarkan ke kantor kecamatan dan pemerintah desa tentu menjadi salah satu senjata untuk menghidupkan permainan rakyat.

Di samping itu, lembaga pendidikan (sekolah) memiliki peran yang sangat urgen dalam melestarikan permainan rakyat melalui peserta didik. Apalagi saat Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI telah mencangkan Implentasi Kurikulum Merdeka (IKM) tahun 2022 secara masal dengan pilihan ‘Mandiri Berubah’.

Salah satu ruh dan spirit IKM adalah memberikan kesempatan sekolah untuk menjabarkan muatan lokal (local genius) dimasukan dalam struktur kurikulum sejajar dengan mata pelajaran nasional. Kesempatan ini memberikan kepada peserta didik untuk mengenal kembali permainan rakyat asal daerahnya masing-masing.

Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menjadi media untuk mengenalkan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang permainan rakyat. Dengan usaha dan semangat kebersamaan, semoga permainan rakyat hidup kembali dan menjadi idola masyarakat Indonesia.(*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image