Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufik Ryan

Resensi Buku: Harapan di Kehidupan Modern

Sastra | Thursday, 25 Nov 2021, 21:34 WIB

Judul Buku: "Segala-Galanya Ambyar: Sebuah Buku Tentang

Harapan"

Pengarang : Mark Manson

ISBN : 9786020522838

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku : 368 Halaman

Terbit : Februari - 2020

Harga Buku : Rp 90,000

Mark manson lahir dan dibesarkan di Austin, Texas Amerika. Ia lulus sarjana di universitas boston pada tahun 2007 di jurusan Finance.

Pada awalnya Mark bukanlah seorang penulis buku. Ia merupakan blogger yang bisa dibilang sangat sukses.

Mark bergeser menjadi full time blogger di dunia digital karena blognya mampu mengundang sekitar dua juta pembaca setiap bulan. Mark telah menulis sebanyak tiga buku. Salah satu buku yang ia tulis berjudul “Segala-Galanya Ambyar: Sebuah Buku Tentang Harapan”.

Sesuai dengan judulnya, buku “Segala-Galanya Ambyar: Sebuah Buku Tentang Harapan” adalah sebuah buku tentang harapan. Buku ini membahas tentang bagaimana pentingnya harapan bagi manusia. Seperti yang di jelaskan di buku ini, harapan adalah bahan bakar untuk mesin mental kita.

Tanpa harapan hidup serasa tidak berguna. Tidak ada motivasi untuk hidup dan kita menjadi bimbang. Maka secara spiritual kita bisa dibilang mati. Sifat nihilisme dan kecemasan kronis merupakan bentuk dari krisis harapan. Mark Manson bisa membawa pembaca di wilayah existensialisme dan refleksi diri dengan menjelaskan apa itu harapan dan hubunganya dengan kehidupan kita.

Kita semua memiliki hal yang kita harapkan. Ada yang ingin sukses. Ada yang ingin mendapat pasangan. Ada juga yang hanya ingin mendapat makanan setiap hari supaya tidak kelaparan. Apapun situasinya, kita semua pasti berharap untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

Sebelum kita bisa membangun rasa harapan, kita harus memiliki fondasi yang kuat. Di dalam buku ini, Mark Manson membawa pembaca di sebuah wisata tentang apa itu harapan. Darimana harapan timbul, cara membangunnya, bagaimana kita bisa kehilangan harapan, dan membuat kita sadar bahwa kita bukan manusia yang “hidup” tanpa adanya harapan.

Mark berargumen bahwa harapan adalah bahan bakar yang mengisi kita dengan tenaga untuk hidup. Harapan merupakan hal yang memberikan kita alasan di kehidupan kita yang tampak hampa. Kita bukanlah apa-apa di dunia ini. hanya satu dari sekian banyak debu di alam semesta yang sangat besar. Menurut Mark kita harus bisa mengakui kenyataan yang tidak nyaman tersebut untuk membangun kehidupan yang penuh harapan dan bermakna.

Mark menjelaskan bahwa dua bagian otak kita tidak mampu berinteraksi dengan baik. Menuruti hal yang otak perasa kita inginkan selalu di anggap sebagai hal yang negatif karena tidak logis dan otak pemikir lebih penting prioritasnya. Tentu saja hal ini tidak benar. Ada alasan mengapa otak perasa kita masih ada di manusia setelah ber tahun-tahun lamanya.

Di buku ini dijelaskan bahwa kedua otak tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Otak pemikir bersifat hati-hati, akurat, dan tanpa prasangka. Bekerja secara metodik dan rasional, namun juga lamban. Otak pemikir harus terus dilatih dan bisa ambruk jika terlalu lama diperas tenaganya.

Sebaliknya berlaku dengan otak perasa. Otak perasa mengambil keputusan secara cepat dan mudah. Masalahnya, sering tidak akurat dan tidak rasional. Otak perasa juga kadang cari perhatian dan memiliki kebiasaan buruk gemar bereaksi berlebihan. Jadi intinya semua harus seimbang, tidak ada yang lebih atau kurang.

Terdapat beberapa tokoh terkenal yang digunakan sebagai contoh di buku ini. Witold Pilecki, satu-satunya orang yang berhasil menyusup di Auschwitz, yaitu kamp nazi paling kejam. Friedrich Nietzsche, seorang filosofer terkenal dunia. Immanuel kant, seorang yang idenya menginspirasi terbentuknya PBB, dan banyak lagi. Dari cuplikan kehidupan tokoh-tokoh tersebut kita dapat mengetahui filosofi, pengaruh, dan pendapat mengenai harapan yang mereka miliki.

Di dalam buku ini kita juga bisa melihat beberapa ide original mark seperti “Kebebasan Sejati. Satu-satunya bentuk kebebasan yang sejati, satu-satunya bentuk kebebasan etis, adalah melalui pembatasan diri. Ini bukan hak istimewa untuk memilih semua yang Anda inginkan dalam hidup Anda, melainkan memilih apa yang akan Anda korbankan dalam hidup Anda.”.

Buku Mark adalah cara bagus untuk memperkenalkan pembaca pada berbagai teori dan teknik yang digunakan oleh para filosofer dan psikolog. Argumentasinya yang kuat dengan di lengkapi dengan hasil penelitian, data statistik, dan pengalaman kehidupan Mark Manson.

Buku ini memiliki cover yang sangat menarik. Paduan warna biru cerah dengan judul yang berbeda dengan buku biasanya dapat membuat orang menoleh ke buku ini. Material kertas cover yang enak di pegang dan harga buku yang tidak mahal.

Tidak lupa dengan gaya penulisan Mark yang unik. Paragraf di selipi dengan humor yang sedikit sarkas dan kalimat blak-blakan dapat ditemukan di buku ini.

Buku ini tidak cocok untuk semua kalangan karena kontennya yang sulit dan kadang membosankan. Terdapat banyak kata bahasa asing dan kata rumit yang masyarakat umum tidak paham maksud dari kata tersebut. Meskipun di akhir buku terdapat penjelasan untuk kata-kata tersebut, pembaca tidak akan membaca buku dari halaman terakhir.

Buku ini lebih cocok untuk pembaca dewasa karena membahas berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan kehidupan modern. Saran saya dalam membaca buku ini adalah untuk lebih open minded karena bahasanya yang blak-blakan dan mengandung kenyataan yang tidak enak untuk di akui.

Peresensi :

Nama: Taufik Ryan

Mahasiswa: Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas: Ilmu Kesehatan

Prodi: Farmasi

Dosen Pembimbing: Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image